Tentang Gusti Nurul: Sang Putri Keraton yang Mengguncang Hati Tokoh Bangsa

Gusti Nurul lahir di Istana Mangkunegaran pada 17 September 1921, buah pernikahan Sri Paduka Mangkunegara VII dengan permaisuri, Gusti Ratu Timur. Hidup di era kolonial jelas sulit dan banyak aturan. Dan sebagai putri keraton, dia tumbuh dalam tradisi yang kuat. Belajar menari hingga tata krama.
Majalah legendaris, Lifeyang diterbitkan di Amerika Serikat, memajang foto putri cantik Mangkunegara VII, tengah menari dengan lihai dalam edisi 25 Januari 1937. Ia adalah Gusti Raden Ayu (GRAy) Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani, yang saat itu masih berusia 15 tahun. Tariannya disaksikan oleh Ratu Belanda dan orang-orang Eropa.
Mereka nampak terpikat dengan tarian, musik dan gamelan yang mengiringinya.
"Tarian itu diiringi alunan gamelan yang dimainkan dari Pura Mangkunegaran dan dipancarkan melalui Solosche Radio Vereeniging (sekarang menjadi Radio Republik Indonesia Solo), yang siarannya bisa ditangkap dengan jernih hingga ke Belanda" tulis Ira Adriati.
Ia menulis bersama dua rekannya, Almira Belinda Zainsjah dan Irma Damajanti, mengulas tentang sosok Gusti Nurul dalam tulisannya yang dimuat dalam Jurnal Visual Art and Design, berjudul Women's Perspective on The Surakarta Kebaya Based On Biography of Gusti Nurul and Utami Suryadana, terbit pada 2018.
Namanya kemudian melejit, dikenal luas seantero Hindia-Belanda. Kepandaiannya dalam lenggok tari, didukung juga dengan parasnya yang cantik, membuat banyak pria kesengsem dengannya. Martha Tilaar dalam bukunya Kecantikan Perempuan Timur, diterbitkan pada 1999, menjelaskan pandangannya tentang Gusti Nurul.
"Soal jamu dan kecantikan, sudah dipelajari Gusti Nurul sejak muda" tulisnya.
Pakar kecantikan dan kosmetik yang sohor di Indonesia sekalipun, belajar dari seorang Gusti Nurul. Wajar, mendalami dunia jamu-jamuan dan kosmetik Tradisional, membuatnya mampu menjaga kecantikan parasnya. Selain cantik, ia juga dikenal dengan multi-talenta.
Gusti Nurul memiliki hobi yang tak biasa. Mulai dari bermain tenis dan berkuda. Dia juga pernah bermain ski es. Pada zaman itu, kegiatan semacam itu terasa aneh untuk kaum hawa. Foto Gusti Nurul bermain ski es dikutip dari buku "Gusti Noeroel Mengejar Kebahagiaan" karya Ully Hermono. Di situ, Gusti Nurul berpose dengan seorang perempuan bule dan ada keterangan, 'Aku senang mencoba hal baru. Apalagi jika itu olah raga. Maka itu aku sempatkan bermain ski di antara salju yang dingin'.
Tak ada penjelasan detail soal foto, namun kemungkinan momen itu diambil saat Gusti Nurul pergi ke Belanda. Pada tahun 1937, Gusti Nurul diminta tampil oleh Ratu Belanda dalam rangka pernikahan Putri Juliana. Putri Solo itu menari sendirian. Iringan gamelan dimainkan dari Pura Mangkunegaran dan dipancarkan secara langsung ke Belanda melalui Solosche Radio Vereeniging (stasiun radio Solo).
Cinta, Kuasa, dan Penolakan Tak tanggung-tanggung, tercatat sejumlah nama besar pernah jatuh hati padanya. Ada nama Hamengkubuwono IX yang memiliki 9 selir, berniat untuk meminangnya. Gusti Nurul tak bergeming, ia tak mau dipersunting. Ayahnya yang menceritakan kepada Gusti Nurul, bahwa Hamengkubuwono IX berniat untuk meminangnya, namun pinangan itu ia tolak.
"Alasannya sederhana, karena beliau telah memiliki istri, bahkan selir" aku Gusti Nurul dalam biografinya.
Biografinya ditulis oleh Ully Hermono dalam buku yang berjudul Goesti Noeroel: Straven naar Geluk (Mengejar Kebahagiaan), terbitan Kompas tahun 2014. Hal itu lantas menunjukan bahwa ia tak ingin cintanya dimadu.
Kolonel besar Djatikusuma, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pertama juga menaruh hati padanya. Sayangnya, sesuai dengan prinsipnya, Djatikusuma yang telah beristri, ditolak oleh Gusti Nurul. Orang-orang besar ini gagal melabuhkan cintanya pada Gusti Nurul.

Datang lagi pria hebat lainnya, ia adalah Sutan Sjahrir. Siapa yang tak kenal dirinya. Belasan bahkan ratusan narasi sejarah menulis tentangnya.
"Setiap rapat besar di Yogyakarta, ia selalu mengirimkan hadiah khusus ke Pura Mangkunegaran, Solo melalui kaki tangannya, Siti Zoebadiah Oesman, yang ia beli dari Jakarta" tulis Ully.
Nama lainnya yang jauh lebih fenomenal adalah Ir. Soekarno.
"Banyak orang bilang bahwa Bung Karno menaruh hati padaku, tapi aku belum pernah mendengar langsung isi hatinya," ungkap Gusti Nurul dalam karya Ully.
Yang meyakinkannya malah diungkapkan langsung dari istri Soekarno, ibu Hartini. Ia terkejut saat diminta untuk menghadiri undangan Soekarno ke Istana Cipanas. Gusti Nurul kemudian datang bersama ibunya, Gusti Kanjeng Ratu Timoer. Di istana, pelukis Basuki Abdullah diminta oleh Sukarno untuk melukis Gusti Nurul, yang kemudian lukisannya ia pajang di ruang kerjanya.
Banyak pria hebat dengan prestasi mentereng, berupaya mendapatkan hati Gusti Nurul, namun tak satupun dari mereka yang ia pilih. Sampai akhirnya, pada 24 Maret 1954, ia melabuhkan pilihannya pada Letnan Kolonel Sujarso Surjosurarso. Dialah pria yang dipilihnya sebagai suami. Beberapa momen kemudian terekam.
Gusti Nurul mengungkapkan celetukan Soekarno, "Wah, aku kalah cepat dari suamimu."
Mungkinkah Soekarno patah hati?
Selain Soekarno, Sjahrir nampaknya masih penasaran. Meski sudah menyandang status sebagai istri Letkol Jarso, Sjahrir dalam satu kesempatan, berkunjung ke kediaman Gusti Nurul.
"Saat sesi foto, Sjahrir memilih foto didekatku" ungkapnya. Namun, ia mengaku bahwa suaminya tak cemburu. "Mas Jarso tahu siapa saja yang menaksirku" pungkasnya.
Gusti Nurul tutup usia pada Selasa (10/11/2015) pukul 08.20 WIB di Rumah Sakit Borromeus Bandung. Dia menggenapkan usia hingga 94 tahun dengan meninggalkan 7 orang anak, 14 cucu dan 1 cicit. Jenazahnya dimakamkan di Solo. (*)
Editor : Zainuddin Qodir