Fakta Tragedi Kecelakaan yang Menewaskan 10 Guru SD Islam Tahfidz Al Quran As Syafiiyah

Reporter : -
Fakta Tragedi Kecelakaan yang Menewaskan 10 Guru SD Islam Tahfidz Al Quran As Syafiiyah
Para korban dan kendaraan yang terliba kecelakaan

Kecelakaan tragis menimpa mobil angkot yang ditumpangi rombongan sebanyak 14 guru di Sekolah Dasar (SD) Islam Tahfidz Al Qur'an As Syafi'iyah, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Kecelakaan tak terduga tersebut mengakibatkan 11 orang meninggal dunia, 10 diantaranya adalah guru SD Islam Tahfidz Al Qur'an As Syafi'iyah. Satu lagi ialah sopir angkot.

Kejadiannya pada Rabu siang (7/5/2025) sekitar pukul 11.00 WIB. Sebelum kecelakaan, 10 guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dari SD Islam Tahfidz Qur’an As Syafiiyah bersiap-siap. Mereka berpakaian sederhana tapi rapi. Sebagian membawa tas kecil berisi mukena dan air mineral.

Baca Juga: Kecelakaan Maut di Kelurahan Karya Merdeka

Tujuan mereka bukan wisata, bukan liburan, tapi takziah. KH. Barzakki, seorang ulama sepuh yang mereka hormati, telah berpulang. Mereka ingin hadir, bukan hanya untuk mendoakan, tapi karena bagi mereka, takziah adalah bagian dari cinta dan adab.

Di dalam angkot biru itu, mereka duduk berdempetan. Ada yang melantunkan shalawat, ada yang bercerita pelan tentang murid-murid mereka yang lucu.

"Kemarin si Abiy nangis gara-gara salah hafalan," ujar salah satu guru, diiringi tawa kecil.

Tak ada yang tahu bahwa tawa itu adalah yang terakhir. Bahwa perjalanan ini adalah perjalanan pulang, bukan ke rumah mereka, tetapi ke kampung akhirat.

Di jalan menurun di Desa Kalijambe, Kecamatan Bener, Kabupaten Magelang, truk tronton bermuatan pasir melaju kencang. Remnya blong. Kendali hilang. Truk itu tak menoleh pada doa, tak peduli pada air mata, tak tahu siapa yang akan dilindasnya. Ia meluncur seperti besi neraka, menabrak angkot biru yang penuh dengan cinta, ilmu, dan pengabdian.

Benturan itu memekakkan langit. Angkot terguling. Besi bengkok. Tubuh-tubuh mulia itu terhimpit di antara kerangka mobil yang hancur. Beberapa meregang nyawa dalam pelukan sahabatnya sendiri. Sebagian meninggal dengan mata terbuka, seolah masih ingin menyampaikan pesan terakhir yang tak sempat terucap.

Sebelas guru, semuanya perempuan. Semuanya pendidik anak-anak usia dini, mereka meninggal di tempat. Bukan karena mereka salah. Bukan karena mereka ceroboh. Tapi karena sistem jalan yang abai. Karena kendaraan tambang yang semestinya tidak melaju di jam dan jalan itu. Karena kehidupan yang tak adil, bahkan untuk orang sebaik mereka.

Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Purworejo, enam korban lain dilarikan dalam kondisi luka parah. Salah satu di antaranya belum sadarkan diri hingga kini. Suami dan anak-anak para guru itu datang satu per satu ke rumah sakit dan kamar jenazah.

Seorang anak perempuan berumur lima tahun bertanya, "Kenapa mama nggak bangun, Bu? Aku belum hafal doa tidur..."

Siapa yang bisa menjawab? Siapa yang mampu menenangkan hati seorang anak yang ibunya pergi tanpa pamit, tanpa pelukan terakhir?

Di sekolah tempat mereka mengajar, kelas PAUD sepi hari itu. Buku-buku bacaan kecil berserakan di meja. Kursi mungil kosong. Beberapa anak kecil menangis tak tahu kenapa. Mereka belum mengerti arti duka, tapi mereka tahu, guru mereka tak datang.

Di langit-langit kelas, nama para guru itu terukir dalam diam. Mereka tak akan kembali. Tapi suara mereka masih bergema, suara menyebut huruf hijaiyah, membacakan kisah Nabi, mengajari wudhu, menuntun anak kecil menyebut “Allah” untuk pertama kali.

Mereka bukan pahlawan nasional. Tak ada bintang jasa. Tapi mereka adalah pahlawan sesungguhnya. Mereka gugur saat dalam perjalanan cinta. Cinta kepada ulama, cinta kepada ilmu, cinta kepada adab.

Mereka syahid. Kita yang hidup, wajib memastikan bahwa mereka tidak gugur sia-sia.

Peristiwa itu menimbulkan kesedihan bertubi-tubi yang dialami oleh Kepala SD Islam Tahfidz Qur’an As Syafi’iyah bernama Nurul Faizah. Sebanyak 10 rekan guru yang juga merupakan kawan-kawannya tewas dalam kecelakaan saat perjalanan menuju rumahnya untuk melayat ayahnya.

“Jadi, saya nggak paham kronologinya yang sesungguhnya. Cuman, ketika mau pemakaman ayah saya (KH Barzaqi Yusuf) mendengar berita itu (kecelakaan),” Nurul kepada wartawan di sela-sela pemberian santunan dari Jasa Raharja, Kamis (8/5/2025).

Nurul yang kehilangan ayahnya dan juga kawan-kawannya yang hendak takziah ke rumahnya, merasakan kesedihan yang mendalam.

Baca Juga: Laka Lantas di Desa Tanjung Mulia, Toyota Avanza dan Pengemudi Hilang

Setelah peristiwa tragis ini, Yayasan As Syafi’iyah yang beralamat di Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, meliburkan siswanya selama 6 hari, mulai dari Kamis (8/5/2025) hingga Selasa (13/5/2025).

advertorial

Pihak Yayasan As Syafi’iyah sedang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang, Kantor perwakilan Kementerian Agama (Kemenag) Magelang, dan berbagai pihak lain untuk memastikan kegiatan belajar mengajar tetap bisa berjalan ke depan, mengingat 10 dari total 40 tenaga pengajar yang ada meninggal dalam peristiwa tersebut.

Daftar korban meninggal dunia :

1. Aulia Anggi Praktiwi (26 tahun) warga Desa Tamanagung ;

2. Divya Kreswinanda (25 tahun), warga Desa Mertoyudan ;

3. Isna Hayati (27 tahun) warga Desa Mungkid ;

4. Naely Nur Sadiyah (23 tahun), warga Desa Mungkid ;

5. Finna Mukaromah (28 tahun), warga Desa Mungkid ;

6. Nely Suroya, warga Desa Mungkid;

Baca Juga: Kronologi Kecelakaan Beruntun di Tigarunggu, 1 Korban Tewas

7. Melani Septiani (26 tahun), warga Desa Ambarketawang ;

8. Naqi Umi Rohmah (27 tahun), warga Desa Mungkid ;

9. Siti Khur Fatonah (27 tahun), warga Desa Borobudur ;

10. Hesti Nurngaini Rahayu (24 tahun), warga Desa Borobudur;

11. Edy Sunaryo (71 tahun) warga Desa Mungkid (sopir minibus angkot);

Selain korban meninggal dunia dari angkot, sopir truk tronton pengangkut pasir bernama Ladis (49 tahun), seorang warga Kabupaten Bojonegoro, juga meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sardjito Yogyakarta, pada Jumat (9/5/2025) pagi pukul 05.08 WIB.

Mobil angkot jenis minibus memuat 14 penumpang. Angkot nomor polisi (nopol) AA 1307 OA dikemudikan Edy Sunaryo. Di tengah perjalanan itu, tepatnya di Jalan Purworejo-Magelang, Desa Kalijambe, Kecamatan Bener sebuah truk kehilangan kendali.

Truk muat pasir bernopol B 9970 BYZ dikemudikan Ladis melaju tak terkendali dari arah yang sama, yakni dari Magelang ke arah Purworejo hingga menabrak angkot berisi para guru itu. Akibatnya, pengemudi angkot dan 10 guru di dalamnya tewas, sementara lainnya mengalami luka-luka.

Rombongan guru SD Islam Tahfidz Al Quran As Syafiiyah berangkat menggunakan tiga mobil. Namun, hanya dua kendaraan yang berhasil sampai tujuan. Mobil terakhir yang ditumpangi 14 orang mengalami kecelakaan di tengah perjalanan. (*)

Editor : Bambang Harianto