Cara Pemusnakan Amunisi Kadaluarsa yang Benar

Cara pemushanan amunisi kadaluarsa yang baik dan benar, serta di sini saya ingin mengedukasi perihal istilah yang belum pernah kalian dengar, UXO disposal. UXO adalah Unexploded Ordnance atau senjata berpeledak yang belum meledak, seperti mortar, amunisi meriam, ranjau, bom, dan lain-lain.

UXO harus dihancurkan secara total karena sifatnya yang tidak bisa dikendalikan, liar. Untuk menghancurkannya, kita bisa pakai demolition charge macam M112. Demolition block berwarna hijau berisikan bahan peledak C4, kemudian dihubungkan dengan detonating cord yang membuat controlled demolition bisa dilakukan dari jarak yang aman dan di waktu yang dirasa sudah tepat.

Sejak awal, tim EOD (Explosive Ordnance Disposal) sudah menilai seberapa besar ledakan yang akan dihasilkan dan apakah ada efek lain selain ledakan, misal fragmentasi shrapnel.

Jika meledakkan bom yang dilepas dari pesawat, ranjau darat, munisi mortir, munisi meriam jenis apa pun, granat, kita sudah tahu kalau pasti akan ada fragmentasi tambahan, sehingga perlu digali lubang dengan kedalaman tertentu yang sering kita sebut sebagai sumur. Fungsinya bukan untuk mengubur UXO yang ingin kita ledakkan, namun untuk sedikit meredam fragmentasi tadi supaya tidak berterbangan ke segala arah dengan jarak yang sangat jauh.

Sumur untuk pemusnahan amunisi

Semuanya sudah aman, detonating cord dipicu dan UXO disposal terlaksana, namun tidak sampai di sini saja. Tim EOD akan memastikan terlebih dahulu jika lokasinya sudah benar-benar "dingin", aman dari ledakan susulan, karena semua UXO, demolition charge, atau bahan peledak apa pun di lokasi sudah meledak secara sempurna, dan ini bisa dilakukan dengan aman menggunakan robot EOD proper.

Robot EOD proper

Satu hal penting, penanganan UXO tidak bisa melibatkan WARGA SIPIL yang TIDAK MEMILIKI KEAHLIAN dan SERTIFIKASI untuk menangani bahan peledak militer. Perimeter area disposal juga harus benar-benar bersih dengan SOP yang dijalankan semua dari A-Z, tidak boleh ada celah kesalahan. (*)

*) Source : Random Warfare Worldwide

Editor : Bambang Harianto