Pengusaha Oleh-oleh di Surabaya Dilaporkan ke Polda Jatim atas Dugaan Pemerasan

Reporter : -
Pengusaha Oleh-oleh di Surabaya Dilaporkan ke Polda Jatim atas Dugaan Pemerasan
NIE dan Dilly Wibowo usai laporan di Polda Jatim

Seorang perempuan berinisial NIE (50 tahun), warga Kelurahan Tambaksari, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya, melaporkan pengusaha toko oleh-oleh "Boga Jaya" Cabang Indragiri ke Polda Jawa Timur (Jatim) pada Senin siang, 19 Mei 2025. Laporan diterima oleh petugas Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) teregister nomor LP/B/686/V/2025/SPKT/POLDA JAWA TIMUR.

Terlapor ialah Pengusaha Oleh-oleh "Boga Jaya" yang berlokasi di komplek Ruko Landmark Jalan Indragiri, Surabaya, berinisial Sdr. Am. Tidak hanya Am yang dilaporkan, NIE juga melaporkan beberapa orang, termasuk 3 oknum Polsek Wonokromo. Laporan yang dilakukan oleh NIE atas dugaan pemerasan yang dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan juncto (jo) yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan turut serta melakukan perbuatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368 KUHP jo 55 KUHP.

Baca Juga: Warga Perumahan Alana Regency Cemandi Diadili atas Kasus Dugaan Pemerasan

Usai laporan ke Polda Jawa Timur dengan didampingi oleh Dilly Wibowo dari Lembaga Bantuan Hukum (Lembakum) Indonesia sebagai Kuasa Hukumnya, NIE mengaku mengalami kerugian sebesar Rp 21 juta. Menurut NIE, kerugian tersebut tidak hanya dialami olehnya, melainkan beberapa rekan sesama pegawai di Toko oleh-oleh milik Terlapor.

Kuasa Hukum NIE, Dilly Wibowo menjelaskan, kejadian yang dialami kliennya bermula pada Sabtu 12 April 2025, bertempat di salah satu Toko Oleh-oleh "Boga Jaya" di Ruko Landmark di Jalan Indragiri, Surabaya. Ketika itu, kliennya bersama dengan rekan sesama pegawai di Toko oleh-oleh tersebut dinterogasi oleh jajaran pemilik toko, mulai dari pukul 11.00 sampai larut malam.

Selama interogasi itu, terjadilah dugaan pemerasan, pemaksaan, intimidasi, dan ancaman terhadap kliennya dan rekan-rekanya, yaitu inisial Sdri. AKA (Kasir), Sdri. Yt (Kasir), Sdri. BAH (Sales), Sdri. MIR (Sales), Sdri. VAS (Sales), Sdri. Faw, dan Sdr. Ft (Driver).

Dugaan pemerasan, pemaksaan, intimidasi, dan ancaman itu disebut dilakukan oleh Sdri. SP (Direktur CV MJ yang menaungi Toko Oleh-oleh Boga Jaya dan suaminya inisial Am (Pengawas Toko Oleh-oleh “Boga Jaya”), agar kliennya bersama dengan beberapa rekannya, mengakui kehilangan uang dan barang yang dialami oleh Toko Oleh-oleh tersebut. Nilainya sebesar Rp 308 juta yang dihitung selama tahun 2024, dan Rp 125 juta di tahun 2025 ini. Totalnya Rp 433 juta.

“Kerugian itu tidak dilakukan oleh klien kami. Tapi, klien kami dan rekan-rekannya dipaksa membuat surat pernyataan pengakuan dan kesanggupan mengganti kerugian toko sebesar Rp. 15 juta per orang, dengan mekanisme membayar Rp 5 juta secara cash atau transfer di awal. Sisanya Rp 10 juta dicicil sebesar Rp 500 ribu per bulan. Jika tidak membayar, klien kami beserta rekan-rekannya akan dilaporkan ke Polsek Wonokromo,” jelas Dilly Wibowo usai mendampingi kliennya laporan di Polda Jawa Timur.

Menurut Dilly Wibowo, dugaan pemerasan, pemaksaan, intimidasi, dan ancaman yang dilakukan oleh Sdri. SP dan Am, dilakukan dihadapan 3 oknum Anggota Polsek Wonokromo, yang saat itu dipanggil oleh Sdri. SP dan Sdr. Am ke toko oleh-oleh “Boga Jaya” secara lisan. Tiga oknum Polsek Wonokromo tersebut seingat kliennya, bernama Gito, Andre dan Sandi.

“Tiga anggota Polsek Wonokromo tersebut tanpa Laporan Polisi atau surat tugas resmi dari institusi datang ke Toko Oleh-oleh Boga Jaya untuk menakut-nakuti klien kami. Kedatangan 3 anggota Polsek Wonokromo tersebut, dikatakan oleh Sdri. SP kepada klien kami, memang diundang secara lisan untuk datang ke toko Boga Jaya. Pengakuan itu diperkuat di hadapan Kanit Reskrim Polsek Wonokromo,” ujar Dilly Wibowo.

Dilly Wibowo mengungkap, 3 Anggota Polsek Wonokromo tersebut juga diadukan ke Bidang Propram Polda Jawa Timur. Karena ketiganya diduga menerima suap Rp 2 juta dari Sdri. SP. Hal itu diketahuinya dari pengakuan Sdri. SP, yang menyatakan jika telah melakukan pencairan klaim biaya sebesar Rp. 2 juta ke pemilik CV MJ berinisial Imd, untuk biaya mengurus Kepolisian. Sdri. SP mengaku jika uang Rp 2 juta digunakan ‘untuk membayar polisi yang datang kemarin’.

“Atas kehadiran 3 Anggota Polsek Wonokromo ke toko oleh-oleh sudah diakui oleh Kanit Reskrim Polsek Wonokromo,” kata Dilly Wibowo.

Akibat dari adanya dugaan intimidasi dan ancaman akan dilaporkan ke Polsek Wonokromo yang dilakukan oleh Sdri. SP dan Am terhadap kliennya dan beberapa rekannya tersebut, Dilly Wibowo bilang, kliennya terpaksa melakukan pembayaran melalui transfer bank ke rekening atas nama CV MJ. Total yang telah dibayar oleh NIE dan 5 rekannya yang lain sejumlah Rp 21 juta. Sedangkan ada beberapa rekannya yang dianggap terlibat tidak diharuskan membayar oleh Terlapor.

“Saat ditanya darimana asal keluarnya angka kerugian yang dialami oleh toko oleh-oleh Boga Jaya sebesar Rp 308 juta selama tahun 2024, dan Rp. 125 juta di tahun 2025, kemudian nilai itu diralat oleh Sdri. SP menjadi Rp. 90 juta. Sdri. SP meralat saat mediasi di hadapan Kanit Reskrim Polsek Wonokromo, di Polsek Wonokromo. Kata Sdri SP, angka kerugian tersebut berasal dari perhitungan inisial HES, yaitu anak dari Pemilik CV MJ. Bukan dari perhitungan staf keuangan,” jelas Dilly Wibowo.

Baca Juga: Warga Perumahan Alana Regency Cemandi Diadili atas Kasus Dugaan Pemerasan

“Kami berupaya mediasi secara kekeluargaan, tapi klien kami dan rekannya berinisial AKA dilaporkan oleh Sdri. SP ke Polrestabes Surabaya atas tuduhan Penggelapan dalam Jabatan melalui LP/B/408/V/2025/SPKT/POLRESTABES SURABAYA/POLDA JAWA TIMUR tertanggal 1 Mei 2025. Klien kami dipanggil untuk klarifikasi pada Selasa, 20 Mei 2025. Anehnya, dalam panggilan klarifikasi itu, tertulis Surat Perintah Penyelidikan (SP.Lidik) tanpa nomor urut dan tanggal Kami menduga hal ini sebagai bentuk kriminalisasi terhadap klien kami,” kata Dilly Wibowo melanjutkan penjelasannya.

SP.Lidik tanpa nomor SP.Lidik tanpa nomor

Guna memperoleh keberimbangan informasi, Lintasperkoro.com menghubungi Sdri. SP melalui percakapan Whatsapp di nomor pribadinya. Kepada Media Lintasperkoro.com, Sdri. SP bilang jika perkara tersebut telah dikuasakan ke Pengacaranya, yaitu Okto R.

“Hubungi pengacara saya saja ya,” kata Sdri. SP.

Saat Okto R dihubungi melalui sambungan telpon oleh wartawan, dia berkata jika perkara tersebut telah diproses sesuai prosedur. Tanpa keterangan lebih lanjut, dia mematikan sambungan telpon.

Tanggapan Polsek Wonokromo

Baca Juga: Sidang Kasus Dugaan Pemerasan Terhadap Kepala Desa Sukosari, Oknum LSM Ajukan Keberatan

Di lain pihak, Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanitreskrim) Polsek Wonokromo, Ipda M. Zahari menanggapi laporan NIE kepada anggotanya ke Bidang PROPRAM Polda Jawa Timur. Lewat sambungan telpon, Kanitreskrim Polsek Wonokromo menjelaskan duduk perkaranya.

“Tidak ada Polisi menyelesaikan mediasi disitu (Toko Oleh-oleh Boga Jaya). Kejadian yang ada dari Pelapornya (Sdri. SP), katanya ‘sudah pak tidak usah’. Saya tidak buat laporan. Terus kita selesaikan secara kekeluargaan saja disini (Polsek Wonokromo). Mana ada Polisi melakukan mediasi, tidak ada,” terang Kanitreskrim Polsek Wonokromo.

Terkait laporan di Propram oleh NIE, Kanitreskrim Polsek Wonokromo tidak mempermasalahkannya. Sedikitpun dia mengaku tidak gentar. Karena menurutnya, dia maupun anggotanya, tidak terima uang ataupun menyelesaikan secara mediasi tersebut.

“Itu internal mereka melakukan mediasi. Karena merasa keberatan dengan keputusan tersebut, makanya melibat LBH (Lembaga Bantuan Hukum) yang mendampingi terduga pelaku. Karena tidak terima, pelapor (Sdri SP) melaporkan ke Polrestabes Surabaya,” terang Kanitreskrim Polsek Wonokromo.

Kanitreskrim Polsek Wonokromo juga membantah ada anggotanya yang melakukan intimidasi atau menakut-nakuti pegawai toko oleh-oleh. Dia juga menepis tudingan terkait biaya sebesar Rp 2 juta untuk mengurus ke Polisi dialamatkan kepadanya.

“Uang Rp 2 juta tersebut untuk akomodasi Pengacara Pelapor, bukan untuk Polisi. Hadirkan nanti. Terkait Rp 2 juta internalnya Pengacara dan pemilik toko, saya tidak tahu menahu. Tapi, pemilik toko menjelaskan di depan LBH, bahwa uang Rp 2 juta untuk pengacara dia melapor ke Polrestabes,” kata Kanitreskrim Polsek Wonokromo. (*)

Editor : Bambang Harianto