Haul Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi Shohibul Maulid Simtudurror ke 112

lintasperkoro.com
Peserta haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi

Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi lahir pada hari Jumat 24 Syawal tahun 1259 Hijriyah di kota Qosam ±186 tahun yang lalu. Habib Ali bin Muhammad Habsyi terlahir dari kedua orang tua yang saleh dan sholehah.

Ayah Habib Muhammad bin Husein adalah seorang da'i besar yang menjadi Mufti Mazhab Syafi'i fiharamin. Sedangkan ibunya ialah Hababah Alawiyyah binti Husein bin Ahmad Al Jufri adalah seorang da'i wanita yang gigih untuk menyebarkan ajaran Rasulullah SAW.

Diceritakannya (Hubabah Alawiyyah), ketika masuk ke suatu tempat dan di tempat itu ada banyak wanita yang belum salat, begitu beliau berdakwah di sana tidak lama tiga shaf salat para wanita di belakang beliau bahkan ada di antara wanita-wanita tersebut yang terkadang seumur hidupnya belum pernah salat. Mereka orang-orang awam yang tinggal di daerah pedalaman jauh dari para ulama dan tersentuh dakwahnya Hababah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al Hadi Al Jufri.

Ayah Habib Ali merupakan murid dari seorang ulama, yang karyanya, sudah tidak asing lagi. Hampir setiap Pondok Pesantren ataupun majelis pasti membacanya, yaitu kitab Sulam Taufiq.

Al Habib Abdullah bin Husein siapa? Habib Abdullah bin Husein seorang kekasih Allah yang ilmunya luar-

luar biasa, amalan amalan beliau setiap hari membaca :

25.000 kali kalimat ya Allah 

25.000 kali kalimat lailahaillallah 

dan 25.000 kali sholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam

Shalat malamnya beliau baca 10 juz Al Quran

Shalat dhuha-nya 8 juz Alquran.

Dari sosok seperti inilah lahir pendidikan-pendidikan yang luar biasa. Manusia ditarbiyah dan didik agar dalam hidupnya yang dicari adalah ridho Allah Subhanahu wa ta'ala.

Habib Abdullah mengatakan sungguh Muhammad bin Husein (ayah Habib Ali)  adalah seorang yang sangat tulus di dalam berdakwah dan Allah nanti akan menjadikan keturunan-keturunan beliau akan menjadi ulama-ulama yang saleh dan ilmunya bermanfaat.

Habib Muhammad Habsyi itu apabila telah mendapatkan perintah dari gurunya untuk berdakwah, beliau pergi ke satu tempat dan tidak pernah berpikir di sana tinggal dimana, ongkosnya gimana, kemudian hidup dari mana.

Pernah suatu hari gurunya menyampaikan, "Muhammad ingin balasan apa kamu? Ingin saya beri apa?"

Maka Habib Muhammad mengatakan, "Wahai guruku, tidak usah. Allah yang memberi rezeki aku. Di tempatku juga Allah akan memberi rezeki di sana. Saya cuma melakukan ini untuk taat kepada Allah Taala, menyenangkan Rasul, dan menuruti perintah engkau wahai guruku."

Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi tumbuh. Beliau dididik oleh ayahnya dan juga dididik oleh ibunya. Namun di usia beliau 7 tahun, ketika itu ayah Habib Ali, Habib Muhammad, beliau mendapatkan tugas dari gurunya untuk pergi ke Mekah dan untuk berdakwah di sana.

Gurunya Habib Muhammad mewasiatkan, "Kamu pergi ke Mekah dan kamu datangi pedalaman-pedalaman, pelosok itu. Orang-orang yang tidak kenal dengan agama, tidak kenal dengan Allah, yang tidak tahu caranya salat, tidak tahu caranya berwudhu, maka kamu ajari mereka semuanya ajaran suci-Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Habib Ali tumbuh di dalam pendidikan ibunya. Sejak kecil, Habib Ali sudah ditarbiyah oleh ibunya, sehingga tidak salah pilih idola, yang diidolakan orang-orang Saleh. 

Maka setiap beliau baca biografi orang soleh, yang bisa ilmunya seperti ini, bisa menghafal sekian, bisa beribadah sekian banyak, dan beliau kagum dengan itu. Maka, beliau langsung mendatangi ibunya dan langsung berkata padanya, "Ibuku, tolong engkau menghadap kiblat angkat tanganmu dan doakan putramu ini bisa seperti orang ini."

Yang diminta bukan urusan dunia, yang diminta bukan urusan-urusan remeh-temeh, tapi yang diminta adalah urusan makam kedekatan dengan Allah subhanahu wa ta'ala.

Habib Ali pernah mengatakan, saat usianya 5 tahun, beliau pernah memandang Habib Abdullah bin Husein. Beliau mengatakan, sampai sekarang wajah itu terekam dalam memorinya. Dan bisa mensifati dengan jelas tentangnya.

Padahal, hanya bertemu sesaat, dan ketika itu usianya 5 tahun karena kecintaan dan pengaguman kepada kaum Solihin yang luar biasa.

Habib Muhammad menghabiskan waktunya untuk berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta'ala. Di siang maupun malam, beliau berdakwah bahkan metode dakwah Habib Muhammad mungkin lebih maju dari kita semuanya. 

Habib Muhammad punya metode yang luar biasa. Beliau ketika hendak mendakwahi petani-petani yang ada di ladang, maka ketika itu beliau bawa muridnya. Ini petani petani kalau pagi siang sore mereka kerja, kalau malam udah capek. Kalau mau diisi pengajian sudah tidak bisa. Maka, Habib Muhammad datang bawa muridnya-muridnya disuruh kerja di ladang di sawah, maka petaninya disuruh belajar ilmu agama. Sampai petani itu bisa belajar agama, maka pindah dari tempatnya.

Dengan hal itu, para petani tidak berat untuk belajar, kenapa? karena sekalipun belajar kerjaannya ada yang menyelesaikan.

Kamu lihat muridnya Habib Muhammad bin Husein, saking khidmahnya kepada guru, mau menggantikan tugas petani, agar tersebarnya dakwahnya Rasulullah SAW.

Habib Muhammad suatu ketika duduk bersama dengan 2 sahabat beliau, yaitu Habib Abdullah bin Umar bin Yahya dan Habib Muhsin bin Alawi Assegaf. Mereka buat 1 perjanjian bahwasanya sisa hidup mereka akan digunakan untuk dakwah di jalan Allah. Mereka betul-betul mengabdikan hidupnya di jalan Allah.

Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi mensifati ayah beliau dalam satu syairnya:

Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi siap dijadikan budak oleh ibunya dan rela dijual seandainya ibunya ingin menjualnya.

"Aku ini selama ibuku masih hidup, aku tidak pernah menganggap aku ini punya uang. Semuanya yang aku miliki itu milik ibuku. Bahkan apabila ibuku akan membawaku ke pasar kemudian akan menjual aku dan nanti orang akan bertanya, betulkah engkau budaknya? Maka aku akan mengakui aku adalah budaknya. Aku siap dijual oleh ibuku".

Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi diridhoi oleh ibunya dan disaksikan oleh para ulama.

Kedermawanan Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi dan cita-cita terbesar adalah ingin semua umat Nabi Muhammad SAW yang hidup di zaman beliau semuanya masuk surga dan tidak ada yang di adzab Allah.

Mauidloh Hasanah Habibana Muhammad bin Husein

Saduran dari Mauidloh Hasanah Habibana Muhammad bin Husein bin Anies bin Alawi bin Ali bin Muhammad Al Habsyi dan disampaikan di Haul Solo 4 November 2023. (*)

Editor : Ahmadi

Peristiwa
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru