Terdapat sebuah kisah terkenal berabad-abad yang lalu dari era Tabi’in. Tsabit bin Marzaban, seorang pemuda yang sedang berjalan di Kota Kufah, Irak, hendak menuntut ilmu. Saat di tengah jalan, ia merasa lapar dan kebetulan ia menemukan sebuah kebun buah-buahan yang sangat luas.
Tanpa disadari, Tsabit memetik sebuah apel dari pohonnya lalu memakannya dengan lahap. Sudah separuh apel ia makan, hatinya tersentak dan ia berhenti makan. Ia merasa bersalah karena sudah memakan apel itu tanpa seizin pemiliknya. Tsabit kemudian pergi mencari pemilik kebun tersebut.
Pemilik kebun sangat baik kepada Tsabit meskipun saat itu ia belum mengemukakan maksud kedatangannya. Ia disuguhi minuman dan buah-buahan. Namun Tsabit menolaknya.
“Sebenarnya ini mengapa aku kemari. Aku memakan sebuah apel dari kebunmu. Aku datang ke sini untuk meminta maaf atas perbuatanku,” ucap Tsabit.
“Baiklah aku akan memaafkanmu jika kamu menikahi putriku. Tapi kau harus tahu, dia buta, tuli, bisu, dan lumpuh,” kata pemilik kebun.
Setelah berpikir semalaman, dengan berat hati demi mendapat ridha sang pemilik kebun atas perbuatannya, akhirnya Tsabit bersedia untuk menikahi putri dari pemilik kebun. Usai ijab qabul, Tsabit memasuki kamar sang istri untuk menemuinya.
Betapa terkejutnya Tsabit saat melihat istrinya tidak seperti yang dikatakan oleh ayahnya. Istrinya ternyata adalah wanita solehah, cantik jelita, dan cerdas. Mereka kemudian dikaruniai anak yang tak lain merupakan Imam Abu Hanifah.
Perkara jodoh memang selalu menarik untuk dibahas. Jodoh bagaikan sebuah misteri, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Maka dari itu, berdoa lah kepada Allah SWT agar diberi jodoh yang baik. Meski saat ini jodoh belum datang, yakinlah Allah SWT sudah memiliki ketetapannya masing-masing. (*)
*) Source : Hijrahpedia
Editor : Zainuddin Qodir