Hamdan, Sang Penjaga Mata Air di Hutan Rarung : Cerita Menarik di Balik Usaha Mebel

Reporter : Redaksi
Hutan Rarung

Hamdan adalah seorang tokoh yang sangat berdedikasi dalam menjaga kelestarian alam dan sumber daya air di Lombok Tengah. Pria asli Suku Sasak ini menjabat sebagai Penjaga Hutan Rarung di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dan telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi dan mengembangkan puluhan sumber mata air di wilayahnya selama 20 puluh tahun lebih.

Hamdan dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) bersekolah di desanya, yaitu Desa Pemepek, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah. Dia melanjutkan pendidikan kuliah di Sekolah Tinggi Tarbiyah. Selain menjadi penjaga mata air dan Hutan Rarung, Hamdan juga mempunyai toko mebel. Alasan Hamdan menjadi tukang mebel karena ingin mengetahui dan mengamati orang-orang yang mengambil kayu secara ilegal.

Hamdan menjadi penjaga mata air dan Hutan Rarung karena Hutan Rarung menjadi saksi cerita masa kecilnya. Saat kecil, warga desanya pernah mengalami kekurangan air. Warga harus mengambil air ke atas bukit, lalu dibawa turun ke bawah menggunakan jerigen dengan kondisi jalan bebatuan dan licin saat turun hujan.

Cerita dari Hamdan, bahwa dia pernah mengambil air saat musim hujan. Dia harus menunggu hujan reda karena jalanan sangat licin. Pernah saat hujan tidak berhenti, Hamdan bersama ibunya tidak pulang. Semasa Hutan Rarung belum menjadi hutan, daerah tersebut menjadi kawasan yang tandus dan kering. Namun, semenjak ada program penanaman pohon dan konservasi bambu di KHDTK, sumber mata air menjadi melimpah dan sumber mata air tersebut dapat menghidupi 2 desa di Lombok Tengah.

Hijaunya Kawasan Hutan Rarung : Menanam 1000 Pohon untuk kelestarian mata air Gunung Rinjani

Hamdan telah berperan aktif dalam menyelamatkan sumber mata air di Lombok Tengah. Salah satu contoh nyata adalah saat ia melakukan konservasi penanaman pohon di kawasan sumber mata air Kelebut Desa Pemepek, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah. Penanaman pohon ini dilakukan dalam rangka mengembalikan ekosistem hutan yang gundul dengan harapan dapat menjaga kelestarian alam dan memastikan debit mata air tetap terjaga.

Setiap bulan dilakukan penanaman, monitoring dan evaluasi pohon yang ditanam. Jenis pohon yang ditanam adalah gaharu, mahoni, jati, majegau, rajumas. Jenis pohon tersebut ditanam karena menjadi habitat satwa, seperti kera abu dan lutung ekor panjang. Satwa yang dikembangkan untuk kepentingan budidaya adalah Rusa Timor (Cervus timorensis timorensis) dan Lebah Klanceng (Trigona sp).

Tantangan Hutan Lindung Rarung : Melawan Ilegal Logging Lewat Edukasi dan Swadaya Koperasi

Hamdan mempunyai cara tersendiri dalam menyadarkan masyarakat sekitar terkait arti penting pohon bagi keberlangsungan mata air dan ekosistem. Hamdan rutin melakukan edukasi dan ajakan kepada masyarakat untuk menjaga kawasan hutan dan sumber mata air melalui wadah Koperasi Wanita Tani. Kegiatan edukasi ini melibatkan Pemerintahan Desa dan Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Mataram.

Hamdan juga sangat menentang perilaku masyarakat yang sembarangan menebang pohon di kawasan hutan, yang kemudian perilaku ilegal tersebutr dapat merusak sumber mata air. Ia berharap agar semua stakeholder dapat bersama-sama menjaga alam dan melakukan penanaman pohon setidaknya satu orang lima pohon setiap tahunnya.

Disisi lain, kawasan Hutan Rarung merupakan kawasan hutan lindung yang kemudian pada tahun 1997, status hutan lindung berubah menjadi Wanariset. Kemudian pada tahun 2004 ditetapkan menjadi KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus). Luas kawasan cakupan hutan Rarung mencapi 325,868 hektar.

Kawasan hutan ini memiliki beragam potensi dan daya tarik, seperti keindahan alam, flora dan fauna, sumber mata air vital bagi masyarakat dan berbagai vegetasi yang bersifat edibel, seperti pucuk pakis, jamur dan nangka muda.

Selain itu, fungsi dan potensi Hutan Rarung yang begitu besar. Hutan ini berfungsi sebagai laboratorium lapangan untuk berbagai penelitian dan pengembangan, termasuk silvikultur, rehabilitasi lahan, dan pemberdayaan masyarakat. 

Selain itu, KHDTK Rarung juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam dan ekowisata Bambu Tabah : Konservasi Dengan Sejuta Manfaat.

Selain penanaman pohon, Hamdan juga telah melaksanakan berbagai kegiatan konservasi lainnya, seperti konservasi Bambu Tabah. Ia berharap agar kegiatan tersebut dapat memberikan dampak bagi alam dan menjaga kebutuhan air masyarakat.

Dengan demikian, ia berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem sumber mata air.

Konservasi bambu tabah adalah upaya pelestarian bambu tabah yang memiliki banyak manfaat seperti konservasi air, konservasi lahan, peningkatan ekonomi dan ekspor. Kegiatan konservasi bambu tabah di KHDTK Rarung dilakukan oleh beberapa pihak, di antaranya: Yayasan Kehati, Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK), Koperasi Syariah Wana Makmur Lestari, CIMB Niaga.

Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Lombok Tengah

Kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukan oleh pak Hamdan dan teman-temannya telah memberikan dampak positif bagi masyarakat di Lombok Tengah utamanya di Desa Pemepek dan sekitarnya.

Ia telah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga alam dan sumber daya air. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih sadar akan peran mereka dalam menjaga lingkungan dan sumber daya alam.

Sumber mata air yang telah dijaga dan dirawat bisa menghidupi dua desa yang ada di kawasan KHDTK Rarung, sehingga masyarakat tidak pernah membeli air minum untuk sehari-hari.

Debit air yang dijaga juga terus meningkat dibuktikan dengan jumlah sumber mata air yang semakin bertambah, yang awalnya hanya satu yaitu mata air Kelebut sekarang menjadi lebih dari 10 sumber mata air dengan nama yang berbeda-beda.

Dalam kesimpulan, Hamdan, adalah seorang tokoh yang sangat berdedikasi dalam menjaga kelestarian alam dan sumber daya air di Lombok Tengah. Kegiatan-kegiatan konservasi yang dilakukannya telah memberikan dampak positif bagi masyarakat dan menjaga kebutuhan air masyarakat.

Sumber mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah Air sedau, air Merta Pao  dan air Eyat Gue. Sumber air tersebut dimanfaatkan oleh warga untuk memasak, minum, mandi dan mencuci. (*)

Editor : Syaiful Anwar

Peristiwa
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru