Kisah Sukses Pak Sadi Mendirikan Soto Ambengan

Reporter : -
Kisah Sukses Pak Sadi Mendirikan Soto Ambengan
Pak Sadi yang bernama lengkap Hasni Sadi
advertorial

Bagi penggemar masakan Soto, tentu nama Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli) sangat familiar. Apalagi warga Kota Surabaya dan Jakarta. Bahkan, Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli) menjadi legenda di dunia perkulineran di Indonesia.

Perjalanan Pak Sadi yang bernama lengkap Hasni Sadi membesarkan usaha kulinernya tidak dengan cara instan. Keterbatasan modal dan fasilitas pernah dialaminya. Namun, itu tidak mengurangi tekad dan semangatnya untuk terus menjalankan usahanya.

Pak Sadi mulai menggeluti usaha Soto Ayam sejak tahun 1960-an. Saat itu, dia membuka usaha soto keliling dengan cara dipikul. Kemudian, Pak Sadi berjualan soto di depan SPBU di Jalan Ambengan, Kota Surabaya. Dia menyewa lahan pada tahun 1971. 

Kemudian usahanya semakin besar hingga akhirnya bisa membeli tanah dan berjualan hingga sekarang di Jalan Ambengan No. 3A, Kota Surabaya. Karena cita rasa yang dipertahankan, Soto Ambengan Pak Sadi ini menjadi legendaris. Saking nikmat dan terkenalnya, soto Pak Sadi menjadi langganan para pejabat hingga artis.

"Banyak pejabat-pejabat makan di sini. Pernah ada Pak SBY pas sudah nggak jadi presiden, mendadak ke sini sama Bu Ani waktu masih hidup. Terus ada artis-artis, penyanyi Gigi habis konser pernah mampir ke sini," jelas salah satu anak Pak Sadi, yakni Bambang Sutrisno (41 tahun).

Selain di Surabaya, gerai Soto Ayam Ambengan Pak Sadi Asli juga ada di Jalan Woltermonginsidi, Jakarta Selatan. Sejak tahun 1980-an, rumah makan ini jadi incaran penikmat soto ayam sekaligus makanan khas Jawa Timur.

Di tahun 2013, Soto Ayam Ambengan Pak Sadi menyabet penghargaan dari World Street Food Congress Food sebagai Masters of the Year, mengalahkan pedagang makanan kaki lima di seluruh dunia dari berbagai negara.

Ida, Manajer Restoran Soto Ayam Ambengan Pak Sadi di Jakarta mengatakan bahwa semasa hidupnya, Pak Sadi ternyata masih mengawasi semua gerai dan cabang restoran yang ada. Hal ini dilakukan agar kualitas bahan dan rasa soto tetap sama dan autentik seperti racikannya sendiri.

Menu yang ditawarkan di Soto Ayam Ambengan Pak Sadi juga tergolong sederhana, salah satu menu andalannya tentu saja ada Soto Ayam yang harganya berkisar antara Rp 36.000 hingga Rp 40 ribuan.

Soto Ayam Biasa ini merupakan menu original yang ada di Soto Ambengan. Satu porsi soto ayam (komplit), terdiri dari irisan daging ayam kampung yang melimpah, suun, potongan telur rebus, dan taburan seledri.

Namun pak Sadi membagi menu tersebut dengan klasifikasi khusus sesuai bagian daging ayam yang diinginkan pelanggan. Selain soto ayam, ada pula Soto Madura, dan sate.

Sejatinya, ada proses analisis mendalam terhadap menu yang dilakukan guna mengoptimalkan profitabilitas restoran. Analisis tersebut dinamakan menu engineering.

Pada intinya, hasil dari menu engineering akan mengungkapkan menu mana yang memiliki biaya produksi yang tinggi, yang menghasilkan keuntungan paling besar, dan yang paling populer di antara pelanggan.

Bukan hanya itu, Anda pun bisa mengidentifikasi menu dengan margin keuntungan rendah dan tinggi. Alhasil, data ini bisa Anda gunakan untuk menghapus atau mempertahankan menu-menu yang Anda jual.

Selalu Merasa Cukup

Kurang lebih empat tahun yang lalu, Pak Sadi pernah diwawancarai oleh Trans TV di program "Jelang Siang*, dia pun bercerita seputar prinsip hidupnya sebagai pengusaha. Saat berjualan pikulan, Pak Sadi mengaku pernah mengalami hal-hal yang cukup mengenaskan. Sebut saja seperti terkena banjir hingga terserempet bus.

"Saya tidak takut tersaingi karena toh setelah lebih dari tiga puluh tahun bekerja keras makanan ini (soto ambengan) sulit ditandingi," ujar Pak Sadi semasa masih hidup.

Satu prinsip yang kiranya harus dipegang banyak orang adalah, kaya bukan berarti bergelimang harta maupun punya jabatan, melainkan selalu merasa cukup.

"Kaya tidak dihitung dari banyaknya harta uang atau jabatan yang dimiliki, tapi merasa cukup dengan apa yang didapat itulah pedoman hidup," tutup Pak Sadi. 

Kini, Pendiri sekaligus pemilik warung Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli) meninggal dunia. Pak Sadi yang dikenal sebagai peracik soto ambengan legendaris itu meninggal dunia di Jakarta pada Minggu (11/2/2024), pukul 19.04 WIB, setelah melawan tumor otak yang diderita selama 3 bulan.

Meskipun meninggal di Jakarta, Pak Sadi disebut dimakamkan di Lamongan yang merupakan kampung halamannya. Pak Sadi dimakamkan pada Senin (12/2/2024) tepat pukul 12.00 WIB.

Rumah duka Pak Sadi di Jalan Kamboja, Kota Surabaya, tak jauh dari Soto Ambengan usahanya. Salah satu anak Pak Sadi, yakni Bambang Sutrisno (41 tahun) mengatakan, almarhum meninggal di RS Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta. Kemudian pukul 22.30 WIB, jenazah almarhum dibawa ke rumah duka di Jalan Kamboja, Surabaya.

"Sampai rumah jam 09.00 WIB, pada Senin (12/2/2024). Disholati sebentar lalu dibawa ke Lamongan, karena asli Lamongan, ada tanah kosong dijadikan makam keluarga," kata Bambang, Selasa (13/2/2024).

Bambang mengatakan, abahnya meninggal tumor otak yang baru diketahui November 2023. Pak Sadi selama ini tidak menyadari bila mengidap tumor otak. Sebab, selama ini selalu fokus kesehatan jantung, diabetes, hingga kolesterol dan tak pernah memeriksakan bagian kepala.

Saat itu Pak Sadi kerap mengeluh pusing ringan dan dianggap biasa. Dan pada 4 November 2023 tiba-tiba Pak Sadi mengalami kepala pusing cukup berat dan badannya lemah. Akhirnya oleh keluarga di Jakarta dibawa ke RS, setelah menjalani MRI dan CT Scan, ternyata suspect tumor di otak.

"Vertigo kan kalau nggak gangguan otak ya pendengaran, pendengaran normal, gula darah, lambung sehat, ternyata di otak ada tumor," ujarnya.

Pak Sadi memang memiliki dua kediaman, yakni di Surabaya dan Jakarta. Di Jakarta, Pak Sadi juga membuka usaha soto yang sama dan diurus almarhum. Sedangkan di Surabaya, usaha soto ayam dikelola anaknya.

Semasa hidup, Pak Sadi merupakan sosok disiplin, sangat tepat waktu, tegas dan benar-benar menjaga kualitas makanan. Bahkan ketika harga bahan pohok mahal, Pak Sadi memilih menaikkan harga soto. Bukan mengurangi bahan. Tujuannya agar cita rasa tetap terjaga.

"Cara mendidik anak itu tegas, agak keras. Memang disiplin. Kalau lambat pasti dimarahin. Ke karyawan juga gitu. Pak Sadi suka kerapian, kalau karyawan rambut panjang ditegur," ceritanya. (dtc)

Editor : Syaiful Anwar