Sejarah Soto
Ada yang menyebut : Soto, Coto ( Makassar), Tauto ( Tauto = Tauco soto, Pekalongan ) , Sroto ( Purwokerto - Banyumas). Tergantung dari daerah masing-masing di Indonesia. Istilah Soto sendiri dikenal secara luas. Tergantung penggunaan bahan utama masakan berkuah tersebut.
Ada soto ayam, soto sapi, soto kerbau, soto itik (bebek), soto kikil, soto bekicot dan sebagainya. Juga Soto dengan embel-embel penamaan wilayah atau kotanya. Seperti Soto Betawi, Soto Mie Bogor, Soto Semarang, Soto Kudus, Soto Bandung, Soto Lamongan, Soto Madura, Soto Padang, Soto Banjar dan lain-lain.
Masakan Khas Tionghoa
Denys Lombard, sejarawan Perancis, pernah menulis dalam bukunya : Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia, mencatat orang-orang Tionghoa sangat berperan penting bagi kelahiran masakan Soto.
Kata Soto awalnya dari bahasa Mandarin : caudu atau jao to. Masakan khas Tionghoa tersebut, lanjut Denys Lombard, kali pertama populer di Semarang pada abad ke-19. Soto pun menjadi produk hibrid, mengakar pada percampuran beragam tradisi budaya kuliner.
Penelitian Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani bertajuk “Menyantap Soto Melacak Jao To Merekonstruksi (Ulang). Jejak Hibriditas Budaya Kuliner Cina dan Jawa" (2013) dari Institute for Research and Community Service Petra Christian Univesity mengungkapkan bahwa soto sebenarnya datang dari Cina.
Dijelaskan, istilah “soto" merujuk dari salah satu jenis makanan Cina yang dalam dialek Hokkian disebut : cau do, jao to, atau chau tu, yang artinya jeroan dengan berbagai jenis rempah-rempah.
Di Indonesia, soto pertama kali dikenal di pesisir pantai utara Jawa pada abad ke-19 Masehi, yakni masakan berkuah dengan potongan daging atau jeroan.
Dalam catatan Troppenmuseum Belanda 1919, Soto disebut sebagai : Chinese soep, dimasak di atas komfoor (anglo), diberi rode lombok en lombok rawit, een fles ketjap (soja), saat menyajikan pedagangnya duduk di atas Javaans houten bankje ( alias dingklik) dijajakan dengan menggunakan platte pikoelan van bamboe.
Pakai Kunyit Pengaruh India
Pengaruh Tionghoa tercermin pada paduan bahan soto seperti : mie, bihun atau soun, bawang putih goreng, tauco, penggunaan sendok bebek dan mangkuk sup keramik Tiongkok. Sementara pengaruh India dari penggunaan kunyit di beberapa Soto seperti kari di India.
Dari dapur kaum Tionghoa, soto menjalar ke masyarakat lokal pada saat itu. Penggunaan daging pun tak sebatas daging ayam dan daging sapi, makin lama semakin beragam. Seperti Soto Bebek dari Tegal, Soto Kelinci di Lembang, Soto Kerbau dari Kudus, Soto Kepiting dari Banjarmasin, Soto Bandeng di Lamongan dan Bangkalan, dan Soto Bekicot di Kediri. (*)
Ditulis oleh : Daniel Supriyono, dari berbagai sumber
Editor : Syaiful Anwar