Sebagai Kota Metropolis, Kota Surabaya sulit lepas dari bisnis "esek esek" meski lokalisasi Dolly telah ditutup beberapa tahun lalu. Beraktivitas secara samar, namun jadi jujukan para pria hidung belang.
Lokalisasi itu berada di wilayah Sememi, Kota Surabaya, yang dulu dikenal lokalisasi Moroseneng. Dari kunjungan pada Jumat malam, 25 Agustus 2023, suasana di sekitar wilayah tersebut dari luar tampak sepi. Tampak satu atau dua orang yang sedang duduk di depan rumah kosong dan tertutup. Di tempat tersebut, juga terdapat beberapa kendaraan roda empat terparkir di halaman di kampung itu.
Salah satu pria yang diduga menjadi mucikari menawarkan kepada lelaki hidung belang untuk masuk ke rumah yang terkesan tak terawat seperti rumah kosong dan tertutup. Setelah dibuka, ternyata di dalam ada beberapa wanita yang dipajang di ruangan bersekat. Wanita itu siap melayani para lelaki hidung belang.
Layaknya tempat hiburan, di wilayah itu tidak menjual minuman keras (miras). Namun, pengunjung yang hadir bisa memesan minuman keras kepada mucikari. Saat tim redaksi memesan minuman keras, mucikari memesan melalui Handphone dan itupun dibeli dari luar lokasi.
Sang Mucikari berinisial I di salah satu wisma SR terselubung di Sememi yang tak mau disebutkan namanya mengaku bahwa tempat usahanya ini sudah lama beroperasi sekitar 2 tahun.
"Memang harus tampak tertutup dari luar, namun ada kegiatan di dalamnya," ucap mucikari berinisial I.
Baca juga: Royco Didukung Pemkot Surabaya Bagikan Kelezatan 1500 Porsi Bakso di Acara "MABAR Berkah"
"Semua atas saran dan arahan dari pihak aparat, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan masyarakat luas bahwasannya di dalam ada aktivitas," ucapnya.
Sang Mucikari menawarkan wanita penghibur kepada para lelaki hidung belang yang berkunjung ke tempat itu dengan layanan short time maupun long time.
"Untuk layanan short time 1 jam dibanderol tarif Rp 180 ribu, jika long time maka tarifnya akan bertambah sesuai kesepakatan. Para wanita penghibur yang jumlahnya ada 7 tersebut berasal dari luar kota Surabaya, Tuban, Bojonegoro, Cepu, dan lainnya," sebut dia.
Baca juga: BNN Kota Surabaya Grebek Vertique dan Meduza
Salah satu warga Sememi yang tak mau disebutkan namanya merasa sangat kecewa dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya karena lokalisasi di wilayah Sememi masih ada. Meski di zaman Walikota Tri Rismaharini pernah ditutup.
"Kelihatannya Pemkot Surabaya tutup mata terhadap realita yang ada di Sememi ini. Ternyata masih marak dan lebih sembunyi-sembunyi (terselubung)," ungkapnya. (gik)
Editor : Syaiful Anwar