Ignatius Waluyo alias Kusni Kasdut, pejuang kemerdekaan yang dikenal sebagai perampok legendaris di Indonesia. Tidak selamanya mereka yang bergerilya di medan perang semasa perjuangan kemerdekaan, berakhir dengan sebutan pahlawan.
Gelar pahlawan tidak akan pernah disematkan kepada Ignatius Waluyo alias Kusni Kasdut, mantan pejuang sekaligus dikenal sebagai perampok legendaris.
Pria asal Malang, Jawa Timur ini pernah membuat heboh publik yang hingga kini terus dikenang. Kusni dikenal juga secara nasional. Pada tahun 1963, Kusni nekat merampok Museum Nasional Jakarta. Kusni dikenal bernyali sekaligus licin.
Saat hendak ditangkap di Semarang, Jawa Tengah, ia melawan dan seorang polisi tewas tertembak. Sejak itu Ia menjadi penjahat yang paling dicari. Aksi kejahatannya tak berhenti. Ia menculik seorang dokter di Surabaya dan kepada keluarga si dokter dimintanya uang tebusan. Bahkan, Kusni merampok seorang miliarder keturunan Arab di Jakarta & membuat si miliarder tewas. Kusni Kasdut tertangkap berulangkali. Namun berkali-kali pula berhasil kabur dari penjara. Penjara Semarang, Kalisosok Surabaya, dan Cipinang Jakarta, dengan mudah diterobosnya.
Yang tidak banyak diketahui, pada peristiwa 10 November 1965 di Surabaya, Kusni Kasdut ikut berjuang di garda depan. Ia juga berjuang pada saat agresi Militer Belanda. Jauh sebelum peristiwa perampokan Museum Nasional Jakarta (1963) yang membuat namanya melegenda, Kusni Kasdut adalah pejuang kemerdekaan.
Kusni pernah mengenyam sekolah teknik adalah seorang penjahat besar yang ditakuti. Sebagai tentara di batalyon Matsumura Malang, ia banyak digembleng ilmu perang. Mengoperasikan senjata, mempelajari ilmu penyamaran, bertempur, menyabotase, bergerilya. Pangkat terakhirnya Jokotei.
Saat Jepang bertekuk lutut, Kusni masuk ke dalam barisan pejuang Badan Keamanan Rakyat (BKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia.
Kusni juga terlibat aksi pelucutan senjata tentara Jepang. Di Malang. Ia ikut memimpin penyerbuan gudang-gudang senjata. Menggasak amunisi sekaligus membagi-bagikan ke sesama pejuang. Tidak terkecuali aset-aset vital. Kusni juga ikut merebut paksa.
Petualangan Kusni Kasdut sebagai penjahat besar akhirnya berakhir. Setelah Presiden Soeharto menolak grasi yang diajukan, pada 6 Februari 1980, Kusni Kasdut menjalani eksekusi hukuman mati. (sdn)
Editor : Redaksi