Dikenal sebagai pembawa acara kuliner, Pak Bondan Winarno sebenarnya adalah jurnalis investigasi yang pernah membongkar salah satu penipuan tambang terbesar di Indonesia.
Dibalik acara kuliner yang ia bawakan, siapa sangka, pak Bondan Winarno adalah seorang yang diperhitungan di bidang jurnalis investigasi. Ada beberapa kasus besar yang ia ungkap, diantaranya kasus penipuan tambang Bre X yang melibatkan 3 negara dan penyelidikan kapal Tampomas.
Baca juga: Tambang Ilegal Menggerogoti Kabupaten Mojokerto
Kali ini, dibahas kiprah Bondan Winarno pada investigasi penipuan tambang besar PT Bre-X. PT Bre X Minerals awalnya adalah sebuah perusahaan tambang kecil asal Kanda yg dimiliki oleh David Walsh.
Pada tahun 1993, Walsh datang ke Indonesia karena mengetahui adanya potensi tambang emas. Ia bertemu dengan ahli geologi, John Felderhof yang kemudian mengarahkan Walsh untuk menemui Michel de Guzman, ahli geologi Filipina yang sudah memeriksa potensi Indonesia sebelumnya.
Guzman kemudian memberitahu tentang keberadaan tambang raksasa yang berhasil ia temukan saat menjelajah Kalimantan. Ia juga menunjukkan beberapa keping emas hasil eksplorasinya tersebut sebagai bukti.
Melihat potensi yang menjanjikan dan informasi dari Guzman tersebut, pemilik Bre-X kembali ke Kanada dan mengumumkan, ia telah menemukan tambang emas di Busang, Kalimantan Timur, dengan jumlah ditaksir mencapai 57.33 juta ton.
Mengetahui hal ini, para investor berbondong-bondong menanamkan saham mereka ke PT Bre-X. Harga sahamnya pun naik berkali-kali lipat dan menyentuh penawaran tertingginya seharga 286.5 dollar Kanada.
Para investor itu umumnya berasal dari 3 negara, yakni Indonesia, Filipina dan Kanada. Ada nama nama konglomerat era Orde Baru dan keluarga Cendana yang ikut dalam investasi ini.
Banyak investor yang menggelontorkan dana ini bertujuan agar tambang tersebut dapat dikeruk. Dana yang masuk dalam jumlah besar itu lantas membuat PT Bre-X dan Guzman (yang kemudian menjabat Direktur Eksplorasi PT Bre X) mendadak kaya dan mencapai puncak karirnya.
Namun tiba-tiba saja pada 19 Maret 1997, Guzman dilaporkan menghilang bundir dengan meloncat dari helikopter aloutte III sewaan yang memiliki rute terbang dari Temindung Samarinda ke Busang.
Menurut penerbang Letnan Kolonel Edi Tursono dan juru mesin Andrean yang keduanya duduk di depan, pada menit ke-17 setelah meninggalkan Samarinda (dari Bandara Temindung) pada pukul 10.13, mereka merasakan hempasan angin dari arah belakang.
Ketika itu helikopter pada ketinggian 800 kaki dengan kecepatan 90 knot. Pada saat menoleh, kursi belakang dengan satu-satunya penumpang yakni Guzman itu sudah kosong, dan pintu kanan helikopter terbuka.
Selama 4 hari berlalu, tim SAR menemukan jenazah yang tertelungkup di tengah hutan Kalimantan yang diduga merupakan Guzman. Ini diperkuat dengan 2 surat yang ditinggalkan Guzman yang intinya ia ingin bundir karena frustasi dengan penyakit hepatitis B yang dideritanya.
Baca juga: Penyelidikan Tangkahan Batu Padas di Perdagangan, Polres Simalungun Temukan Tiga Titik Bekas Galian
Namun sebuah berita menghebohkan lainnya tersebar. Perwakilan PT Freeport yang hadir di Busang pada hari yang sama saat Guzman hilang untuk menguji kandungan emas dari sample yang ada, menyatakan kandungan emas di daerah tersebut jauh berbeda dari yang Guzman gembar gemborkan.
Perwakilan PT Freeport ini semula memang datang ke Busang untuk bertemu dengan Guzman sambil memeriksa sampel hasil galian. Namun karena Guzman hilang, mereka mengujinya sendiri dan mendapatkan hasil seperti itu.
Tidak adanya tambang emas seperti yang diceritakan PT Bre X dan Guzman lantas membuat para investor murka. Mereka menarik dana mereka dan mengecam Welsh sebagai owner PT Bre X merupakan penipu.
Bondan membaca kejanggalan. Sangat aneh jika jenazah ditemukan semudah itu di tengah belantara hutan Kalimantan. Berbeda dengan mencari pesawat jatuh yang bisa merusak pepohonan dan lahan, orang jatuh tidak demikian.
Selain itu, kondisi jenazah saat dievakuasi pasca 4 hari hilang itu sudah hancur. namun hancurnya tidak seperti orang yang meloncat dari helicopter. Ditambah lagi, Guzman diketahui memiliki gigi palsu, sedangkan jenazah ini tidak.
Bondan mengendus adanya pemalsuan kematian karena Guzman tahu kebohongannya akan segera terbongkar. Diketahui ternyata selama ini ia sengaja melumuri ujung bornya dengan emas seakan2 itu berasal dari dalam tanah.
Selain itu ia juga mencetak beberapa keping emas yang diketahui berasal dari tempat lain untuk kemudian ia claim merupakan hasil eksplorasinya di Busang.
Baca juga: Sat Reskrim Polres Simalungun Lakukan Penyelidikan Tiga Lokasi Tambang Batu Padas Ilegal di Kerasaan
Kesimpulan yang Bondan terka, Guzman sengaja memalsukan kematiannya agar tetap bisa membawa hartanya serta tidak terjerat pasal penipuan dan investasi. Sementara jenazah yang ditemukan bukanlah Guzman.
Hasil investigasinya ini Pak Bondan rangkum dalam bukunya : Bre-X Sebungkah Emas di Kaki Pelangi. Begitu kritisnya buku ini hingga sempat dilarang beredar oleh Menteri Pertambangan era Orde Baru, I.B Sudjana karena dianggap menyebarkan aib dirinya dan negara.
Akhir bagi kisah PT Bre-X setelah penipuan tersebut terbongkar, saham mereka terjun dari posisi tertingginya yang pernah menyentuh 286.5 dollar kanada hingga menjadi seharga 8 sen saja.
Bre-X akhirnya dinyatakan bangkrut pada 5 November 1997. Felderhof sebagai orang yang merekomendasikan Guzman diajukan ke pengadilan pada Mei 1999 dinyatakan tak bersalah, meskipun ia memang dimintai Guzman untuk mencarikan investor bagi proyek palsunya itu dan berhasil menggaet Welsh.
Pak Bondan Winarno kini sudah meninggal dunia, tepatnya pada 29 November 2017, di Slipi, Jakarta, akibat gagal jantung.
Kiprahnya pada acara tv kuliner yang legendaris dengan slogan "maknyus" dan dedikasinya dalam investigasi juga akan dikenang setiap orang mendengar namanya. (mwv_mystic)
Editor : Syaiful Anwar