Saya mengamati perilaku komunikasi Gibran Rakabuming Raka dan keluarganya. Mereka itu berkomunikasinya tricky, suka menjebak. Pernah seakan Gibran show up bagi-bagi uang saat kampanye, ternyata aslinya yang dibagikan itu hanya gantungan kunci atau benda lain yang kalau divideo tampak menyerupai uang. Tentu saja sempat diributkan tapi lalu orang sadar ada yang salah. Itu sengaja.
Begitu pula saat debat semalam dikesankan Gibran seakan pakai alat yang mencurigakan di telinga, bisa jadi itu juga disengaja supaya orang terjebak menuduh dia, tapi sebenarnya sudah disiapkan jawaban yang akan memalukan mereka yang terlanjur curiga.
Baca juga: Bahayanya Petugas Partai
Pernah pula dia juga menjebak dengan angka, seakan apa yang disampaikan Gibran angkanya salah, saat mengatakan ada 400 juta anak mendapatkan susu, ternyata yang dimaksud bukan angka di Indonesia, tapi di luar negeri, sehingga jumlah anak yang seakan melebihi jumlah penduduk, tidak salah, karena dengan beberapa negara lain.
Dalam debat, dia juga menjebak dengan menanyakan istilah asing yang bukan pengetahuan umum, itu yang ditanyakan ke Prof Mahfud MD dan Cak Imin (Muhaimin Iskandar). Tak sedikit yang kemakan jebakan komunikasinya itu. Pak Jokowi (Joko.Widodo) dulu juga pakai cara yang sama. Bertanya tentang istilah TPID yang tdk banyak orang tahu. Prabowo kebingungan saat itu. Kini hal yang hampir sama dilakukan oleh anaknya. Cara yang sama tricky dan licin dilakukan Jokowi dan anaknya saat berpolitik.
Dari apa yg dia tunjukkan dalam debat, dan komunikasinya selama ini, menunjukkan Gibran ini aslinya lumayan cerdas, tapi licik dan tidak takut menabrak ukuran moral, yaitu kejujuran. Makanya strategi komunikasinya suka menjebak. Kalau jadi pemimpin, dia akan makin nampak karakter aslinya. Yaitu antara ya g diucapkan sering tidak sama dengan yang dipikirkan dan yang ada di hatinya.
Jebakan komunikasi itu kalau kita amati nampak sudah terencana sebelum debat, bahkan terpola. Dia sengaja dibikin kesan tidak siap debat. Dibuat kesan plonga plongo ketika bicara di depan publik. Namun saat menjadi pusat perhatian yaitu debat secara nasional yg disiarkan media secara serentak, Gibran membalikkan keadaan.
Baca juga: Terkait Usulan Debat Capres - Cawapres, TIM AMIN Meluruskan Isu yang Keliru
Nampaknya dia menyiapkan diri dan berlatih menyampaikan pesan secara baik dan menarik. Itu menunjukkan ada kemungkinan memiliki konsultan komunikasi dan tim yang profesional lewat latihan drama komunikasi sebelumnya.
Dari sisi substansi jawaban Gibran sebenarnya sering salah, tapi karena gaya komunikasinya cukup menarik, kekeliruan isi tertutupi dengan penampilannya.
Beda lagi dengan Cak Imin yang tadi malam tampil seperti biasa. Cak imin tampil tak beda kalau dirinya sedang bicara di depan orang banyak seperti biasa di Partai atau di Pesantren. Dalam debat Cawapres semalam, terkesan Cak Imin tidak banyak menyiapkan diri menghadapi debat sehingga kurang menarik dan tidak pula kuat dalam menguasai substansi. Terlebih dipermalukan Gibran dengan pertanyaan jebakan.
Baca juga: Beberapa Tokoh akan Gugat KPU ke Bawaslu
Lain Cak imin, lain pula Prof mahfud MD. Cawapres nomer 3 ini sebenarnya menguasai materi, namun metode bicara yang dia gunakan kurang pas. Debat itu beda dengan ceramah. Prof Mahfud terbiasa ceramah. Kalau ceramah itu bicaranya induktif, mengungkap yang umum dulu, contoh-contoh dulu, baru yang kemudian yang penting atau kesimpulan di belakang.
Beda dengan debat yang waktunya sangat dibatasi maka harus deduktif. Kesimpulan atau yang penting dulu baru keterangan di belakang. Jadi apabila saat mau menjelaskan terpotong waktu, intinya sudah dapat karena diucapkan di muka. Semalam di sesi awal, Prof Mahfud sering terpotong saat belum selesai menjelaskan, sehingga pesan jadi kurang kuat. Ditambah penampilan yg kaku dengan kurang senyum. (*)
*) Penulis : Prof. Henry Subiakto (Guru Besar Universitas Airlangga)
Editor : Ahmadi