Kasus Penembakan Sekolah Dasar Grover Cleveland (1979)

Reporter : Redaksi
Brenda Ann Spencer

Brenda Ann Spencer, gadis asal California yang menembakkan ± 30 butir amunisi ke Sekolah Dasar di seberang rumahnya hanya karena membenci hari Senin.

Brenda Ann Spencer, merupakan anak bungsu dari pasangan Dorothy Nadine dan Wallace Edward Spencer yang lahir pada 3 April 1962. Namun di tahun ke-18 pernikahan mereka, pasangan itu akhirnya bercerai karena Dorothy mengetahui suaminya telah berselingkuh dengan banyak wanita.

Baca juga: Cemburu, Suami Tikam Kekasih Istrinya di Desa Betro

Setelah orang tuanya berpisah, Brenda tinggal bersama sang Ayah dan diduga hidup dalam kemiskinan. Bahkan mereka harus tidur satu kasur di ruang tamu yang dipenuhi oleh botol-botol minuman beralkohol yang sudah kosong.

Ketika menginjak umur 16 tahun, Brenda pun mulai menunjukkan tanda-tanda kenakalan dan ketidaktertarikannya pada sekolah. Dia pernah mengatakan kepada seorang teman, jika dia akan melakukan 'sesuatu' yang besar untuk bisa tampil di televise.

Dan pada 29 Januari 1979, bertepatan pada hari Senin, seperti biasa siswa-siswi dari Sekolah Dasar Grover Cleveland di San Diego, California mulai berbaris di luar sekolah. Mereka tengah menunggu Burton Wragg, sang Kepala Sekolah untuk membukakan pintu gerbang.

Sementara di seberang jalan, ternyata Brenda tengah mengawasi mereka dari dalam rumahnya. Ketika para siswa sudah berkumpul untuk berbaris di depan gerbang, Brenda mengambil senapan semi-otomatis Kaliber 22 Ruger 10/22 miliknya dan mulai menembak ke arah sekolah tersebut.

Tembakan Brenda mengenai sang Kepala Sekolah, Burton Wragg ketika dia sedang mencoba membantu para siswa melewati gerbang. Burton pun tewas di tempat. Seorang petugas kebersihan, Mike Suchar juga terbunuh saat dia mencoba menarik seorang siswa untuk berlindung ke tempat aman.

Korban lebih lanjut dapat dihindari karena polisi segera tiba dan menghalangi jalur tembak menggunakan truk sampah. Beruntung para siswa berhasil selamat meskipun beberapa nampak terluka. Dan setelah melepaskan tembakan sebanyak 36 kali, Brenda mengurung diri di dalam rumahnya.

Polisi yang sudah berada di TKP (tempat kejadian perkara), diberitahu bahwa tembakan itu berasal dari rumah Brenda. Polisi pun langsung mengepung rumah tersebut. Ketika negosiator mengajak Brenda berbicara, dia menolak untuk bekerja sama. Bahkan mengatakan dia masih memiliki sisa amunisi dan akan menembak lagi jika mereka memaksa. Perlu waktu beberapa jam sampai Brenda memutuskan untuk menyerah dan menyerahkan diri kepada ke Polisi.

Baca juga: Motor Ditendang Saat Melintas di Jalan Raya Frontage Sidoarjo, Seorang Remaja Meninggal Dunia

Brenda pun ditahan. Dia didakwa dengan dua tuduhan, pembunuhan dan penyerangan dengan senjata mematikan. Dimana akhirnya dia mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Selama persidangan, terungkap juga bahwa Brenda telah mencoba menembaki sekolah itu setahun sebelumnya dan mengaku motifnya melakukan penembakan adalah karena membenci hari Senin. Dia mengatakan "Aku tidak suka hari Senin".

Petugas menyarankan agar Brenda menghabiskan beberapa waktu di rumah sakit jiwa karena diduga mengalami gangguan mental. Hal itu berdasar pada laporan yang mengatakan bahwa dia telah menunjukkan tanda-tanda bunuh diri saat ditahan. Namun sayang, Ayah Brenda menolak memberikan izin kepada putrinya untuk dirawat di rumah sakit jiwa. Ayahnya mengklaim bahwa dia dapat mengatasi pikiran bunuh diri dan depresinya sendiri.

Dalam sebuah introgasi, Brenda berkata "Aku meminta radio untuk hadiah ulang tahun, tapi dia membelikanku senjata".

"Aku rasa dia ingin aku bunuh diri," lanjutnya.

Baca juga: Kisah Seram Mary Bell, Remaja 11 Tahun yang Sudah Jadi Pembunuh Berantai

Pengacaranya berargumen bahwa perlakuan yang dia terima dari ayahnya adalah alasan dari tindakan kekerasannya yang tidak masuk akal. Meskipun begitu, argumen tersebut tidak sebanding dengan nyawa 2 orang yang hilang akibat perbuatannya.

Pada akhirnya, Brenda tetap dipenjara sampai hari ini, pengajuan pembebasan bersyarat yang diajukan untuknya selalu ditolak karena alasan satu dan lain hal. Dan pada tahun 2018, sekolah dasar tersebut pun dihancurkan untuk membangun perumahan.

[Sc : unsolvedindonesia, wikipedia]

*) Dikutip dari : as you wish (@martabakismissu)

Editor : Bambang Harianto

Peristiwa
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru