Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton Foundation), mengadakan pameran edukasi tentang bahaya mikroplastik di SMA Muhammadiyah 10 Gresik yang diikuti oleh 300 pelajar.
Pada kesempatan ini, Ecoton melakukan menjelaskan mengenai mikroplastik dan dampak bahayanya terhadap kesehatan manusia. Di samping itu, pelajar diajak untuk menguji sampel air waduk untuk dilakukan identifikasi mikroplastiknya. Hasilnya ditemukan partikel jenis fragmen, fiber dan filamen.
"Partikel mikroplastik filamen yang paling banyak mendominasi di waduk depan sekolah. Artinya mikroplastik ini bersumber dari kresek atau plastik-plastik tipis, dan berbahaya apabila dimakan oleh biota termasuk ikan yang kemudian masuk ke rantai makanan sehingga ujung-ujungnya akan terkontaminasi ke tubuh," ujar Rafika Aprilianti peneliti mikroplastik Ecoton.
Lebih lanjut, Rafika Aprilianti yang sekaligus Kepala Laboratorium Ecoton ini menjelaskan, mikroplastik merupakan remahan atau hasil pecahan plastik yang berukuran kurang dari 5 mm. Mikroplastik secara kimia memiliki rantai ikatan kimia terbuka sehingga berpotensi untuk mengikat polutan di sekitarnya, bahkan bahan penyusun plastiknya juga berbahaya yang mengandung senyawa kimia pengganggu hormon termasuk ftalat, BPA, Alkhylphenol, dan senyawa perfluorinasi. Tidak hanya itu, mikroplastik juga dapat berpotensi menyebabkan penyakit kanker pada manusia.
Baca juga: BRUIN Melakukan Restorasi Kawasan Mangrove Lewat Kampanye Merdeka untuk Mangrove Surabaya
Antusiasme peserta kegiatan pameran ini sangat tinggi, bahkan ada yang ingin membuktikan kontaminasi mikroplastik pada air minum dalam kemasan. Selain itu, pameran zero waste school juga mengajak pelajar di lingkungan sekolah untuk menulis harapan mereka untuk lingkungan kedepannya pada tangga harapan yang disediakan oleh Tim Ecoton.
Mohammad Alaika Rahmatullah dari Divisi Edukasi Ecoton menjelaskan bahwa pameran ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pelajar di sekolah untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan berpartisipasi dalam penerapan zero waste school, berangkat dari sebuah ironi terhadap banyaknya lingkungan sekolah yang masih menggunakan plastik sekali pakai yang berdampak pada overload-nya TPA, dan ancaman gangguan kesehatan akibat kontaminasi mikropastik.
Baca juga: Yayasan Konservasi Sungai Nusantara dan Mahasiswa Universitas Trunojoyo Lakukan Sensus Serangga Air
Pameran zero waste school dilakukan rutin selama bulan Agustus bertepatan dengan momentum kemerdekaan dan bergantian ke sekolah-sekolah lainnya. Harapannya supaya lebih banyak pelajar dan masyarakat lainnya bisa mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mengetahui dampak dan bahaya mikroplastik kepada kesehatan manusia sekaligus memerdekakan lingkungan dari polusi sampah plastik. (dit)
Editor : Syaiful Anwar