Analisa Bisnis Merger Grab dan Gojek

Reporter : Redaksi
Merger Grab dan Gojek

Isu merger antara Grab dan Gojek muncul lagi. Dan kali ini kelihatannya bukan isapan jempol. Karena salah satu “pemain pendukungnya” justru Pemerintah Indonesia sendiri.

Kalau benar terjadi, ini bakal jadi “perkawinan digital terbesar” di Asia Tenggara.

Baca juga: Driver Ojek Online Bayar Rp 3 Juta untuk Jadi Anggota di Terminal Bungurasih

Grab dikabarkan akan mengakuisisi GoTo (Gojek–Tokopedia) dengan nilai sekitar Rp 114 triliun - lebih tinggi dari valuasi pasar GoTo saat ini yang ada di Rp 76,4 triliun.

Sedikit hitung-hitungan:

Kapitalisasi Grab: Rp 376 triliun.

Kapitalisasi GoTo : Rp 76,4 triliun.

Nilai transaksi yang dikabarkan: Rp 114 triliun.

Baca juga: Dicari Mobil Panther Nomor AE 1967 NT yang Tabrak Lari di Jalan Raya Waru

Kalau jadi digabung, entitas baru bakal kuasai :

91% pasar ride-hailing.

82% pasar food delivery.

Dan fintech-nya? GoPay + OVO = monster baru sektor pembayaran.

Baca juga: Mewawancarai Abang Ojol Mengungkap Fakta Betapa "Cerdasnya" Bisnis Ojol

Grab sudah untung. GoTo baru “sehat tipis”. Dan pemerintah tampak menutup mata dari potensi monopoli ini — dengan alasan “stabilitas digital nasional”. Padahal, artinya satu pemain bakal kendalikan hampir semua layanan on-demand di Indonesia.

Kalau dulu Gojek–Tokopedia jadi GoTo, kalau sekarang Grab–Gojek jadi satu, mungkin namanya GG — dan kita semua … Good game. (*)

*) Source : Faren Faren (Tech & Startup Strategist | Fractional CTO)

Editor : S. Anwar

Peristiwa
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru