Polemik dukungan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ke Prabawo Subianto justru disikapi oleh calon presiden yang didukung dengan aksi buang muka. Seolah -olah dukungan dari kader PDIP tersebut bagian urusan internal individu bersangkutan dengan internal partai. Pikiran Prabowo bisa dikatakan jika dukungan tersebut menjadi ranah private bukan ranah antara partai. Sah-sah saja bagi setiap orang mendukungnya.
Sikap yang mengejutkan justru datang dari Prabowo Subianto sebagai pihak yang menerima dukungan dari Efendi Simbolon. Prabowo Subianto tidak menunjukkan sikap ksatria dan bertanggung jawab atas dukungan pihak lain padanya. Justru sebaliknya, melemparkan isu dan persoalan dukungan tersebut ke pihak individu yang mendukung. Ternyata Prabowo Subianto bukan seorang jagoan dan seorang pemimpin berempati tinggi.
Baca juga: Sah ! PDIP Umumkan Gus Yani dan dr Alif Jadi Calon Bupati dan Wakil Bupati Gresik
Bagaimana tidak kecewanya seorang kader PDIP yang sudah pasang badan membelanya dan mendukungnya. Sikap Prabowo menyakitkan dengan menerima dukungan tersebut dengan setengah hati. Posisi Prabawo bukan membela tetapi melempar handuk entah ke mana.
Efendi Simbolon pasti sudah tahu resiko yang akan dihadapi olehnya dari PDIP, tetapi Prabowo tidak membelanya bahkan terucap jika dukungan Efendi Simbolon ke dirinya yang berakibat dipanggilnya Efendi Simbolon oleh PDIP dianggap bukan urusan dirinya (Prabowo).
Seperti diketahui jika Simbolon terang-terangan mengungkapkan dukungannya kepada Calon Presiden (Capres) sekaligus Ketum Gerindra Prabowo Subianto, sudah jelas risikonya bakal menohok elite PDIP. Tebakan benar dan Effendi dipanggil untuk menghadap ke PDIP, mengingat statusnya sebagai salah satu kader partai berlogo banteng tersebut. Menanggapi isu pemanggilan tesebut, Prabowo mengatakan pemanggilan tersebut bukan urusannya.
"Itu bukan urusan saya," kata Prabowo, di Lapangan Ahmad Yani, Kota Tangerang, Minggu (9/7/2023)
Pada akhirnya disimpulkan jika Prabowo hanya menjadi bagian jadi politisi yang nampak gagah dan berwibawa serta pemimpin yang sportif. Framing Prabowo Subianto sebagai pemimpin tegas dan berani hanya isapan jempol saja. Mengambil resiko untuk membela Efendi Simbolon tidak berani dan justru menolak jika ada keterlibatan pemanggilan Efendi Simbolon berkaitan aksi dukung mendukung pada dirinya.
Baca juga: Daftar Nama 21 Tersangka Suap Dana Hibah Pokmas APBD Provinsi Jawa Timur
Sebagai entitas politik, Prabowo Subianto bukan seorang pemimpin yang berani mengambil resiko tinggi. Prabowo Subianto masih berani aman , bahkan masih mau menerima gratisan dukungan dari pihak lain namun tidak mau ambil resiko jika terjadi benturan atau konflik yang akibatkan dirinya dan partai Gerindra. Prabowo Subianto juga bukan petarung dan pendekar sejati.
Bunyi yang menyatakan urusan Efendi Simbolon bukan urusan Prabowo menjadi Saksi jika dirinya belum berani untuk head to head bertarung melawan PDIP dan Megawati.
Justru kerugian terjadi pada Efendi Simbolon yang sudah pasang badan mendukungnya tetapi justru Prabowo tidak serta merta membantu atau berani mengambil alih isu dan keran keterlibatan Efendi Simbolon dalam wilayah politik dirinya dan Gerindra.
Baca juga: 4 Pimpinan DPRD Jawa Timur Jadi Tersangka Dugaan Suap Dana Hibah
Prabowo Subianto masih memainkan politik dua kaki dan mencari titik aman sebagai jalan damai menuju kursi presiden RI 2024. Sudah jelas sikap dirinya lebih berdamai dengan dirinya dan pihak lain. Prabowo bisa dikatakan mencari posisi aman hanya saja di lain sisi Prabowo dianggap sebagai pemimpin pengecut oleh individu yang sudah berjuang dan pasang badan membelanya.
Efendi Simbolon adalah contoh individu yang gagah berani mendukung Prabowo Subianto dan dianggap melakukan gol bunuh diri karena sudah melanggar aturan internal PDIP. Tentunya Efendi Simbolon akan sangat merasa kecut dan kecewa berat karena justru dukungannya seolah terabaikan dan putus di Jalan karena Prabowo Subianto tidak memihaknya ketika Efendi Simbolon dipanggil oleh DPP PDIP. (*)
*) Source : GP24P
Editor : Syaiful Anwar