Prospek Gerakan Gibran Jadi Wapres 2 Periode
Mantan Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal memberikan penilaian tentang prospek Gerakan Gibran Rakabuming Raka menjadi Wakil Presiden (Wapres) 2 periode. Gerakan Gibran Rakabuming Raka jadi Wapres 2 periode menjadi kian masif digelorakan oleh pendukung Gibran Rakabuming Raka.
Dino Patti Djalal menilai, Gerakan Gibran Wapres 2 periode dibungkus dan diperhalus dalam konsep Prabowo Subianto- Gibran dua periode. Gerakan ini melibatkan komando, perencanaan, pendanaan, mobilisasi dan timetable bukan berasal dari Hambalang tapi jelas dari Solo.
Sebagai Political Scientist, Dino Patti Djalal berpandangan bahwa Gerakan Gibran Wapres 2 periode ini bukan saja premature, tapi justru akan merugikan Gibran sendiri. Kenapa, Dino Patti Djalal memberika 5 alasan.
Pertama, karena Gerakan Gibran Wapres 2 periode ini praktis mengfata kompli Presiden Prabowo. Format pasangan Presiden dan Wapres itu yang menentukan adalah Presiden bukan Wapres. Dino Patti Djalal yakin, Presiden Prabowo tidak mau diikat tangannya dari sekarang dan tidak mau didorong ke arah itu. Apalagi baru 1 tahun berkuasa. Dan Gerakan Gibran Wapres 2 periode ini jelas sekali untuk kepentingan politik Gibran dan bukan untuk kepentingan politik Prabowo.
Manufer Gerakan Gibran Wapres 2 periode ini juga melanggar ilmu yang disampaikan Godfather, Vito Corleone kepada anaknya Santino. Yaitu :
”What’s the matter with you?never tell anybody. Outside the family what you are thinking again.”
Kedua, Gerakan Gibran Wapres 2 periode ini bisa menimbulkan rasa gundah terpendam diantara para partai politik (parpol) dalam koalsisi Merah Putih. Para parpol selama ini berpegang pada asumsi bahwa kontrak politik yang ada sekarang hanya berlaku untuk periode 2024-2029.
“2029-2034 itu urusan lain lagi. Dan harus nego ulang sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebagian parpol bisa saja mendukung Prabowo dua periode, tapi mendukung Prabowo - Gibran dua periode itu lain perkara. Dan kegundahan ini kalau dibiarkan berlarut-larut berpotensi menganggu suasana batin dan kekompakan dalam Kabinet, karena banyak parpol yang tidak mau hasil kerja keras mereka ujung-ujungnya adalah untuk memenangkan ambisi Gibran menjadi Wapres jilid 2,” ujar Dino Patti Djalal.
Ketiga, Gerakan Gibran Wapres 2 periode justru akan merugikan Gibran sendiri. Karena dalam 4 tahun ke depan, segala tindakannya, baik yang terbuka maupun yang tertutup, akan dicurigai semua orang sebagai manuver yang bisa ditebak tujuannya.
Keempat, dalam pemilihan umum (Pemilu) tahun 2024, logika politik yang dianut oleh Tim Prabowo Subianto adalah untuk mencegah Joko Widodo (Jokowi) bergabung dalam garbong Megawati Soekarno Putri dan Ganjar Pranowo. Yang penting kalau terjadi akan secara elektoral, susah sekali dikalahkan.
Untuk menjauhkan Jokowi dari Megawati dan Ganjar, maharnya adalah dengan menggaet Gibran sebagai Calon Wakil Presiden. Dan ini terbukti sebagai suatu strategi yang sangat efektif untuk memenangkan Pilpres 2024.
Namun dalam pemilu 2029 nanti, logika ini praktis sudah tidak berlaku lagi. Prabowo Subianto tidak lagi begitu banyak membutuhkan Jokowi yang pamor politiknya setelah lengser dari Presiden sudah banyak menurun. Semetara parpol Jokowi, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak punya kursi satupun di Parlemen. Bahkan melihat polemik dan kontroversi yang tak kunjung selesai.
Kehadiran Gibran dalam tiket bisa jadi akan menjadi liabilitas bagi Prabowo Subianto ketimbang aset. Apalagi kini ada semacam konsesus nasional yang tidak resmi bahwa satu hal yang paling tidak diinginkan bahkan paling ditakutkan, baik oleh Purnawirawan Tentara Nasional Indonesia (TNI), birokrasi, parpol, pengusaha, Organisasi Masyarakat (Ormas), mahasiswa dan sebagainya, adalah prospen Gibran menjadi Presiden sebelum periode yang sekarang berakhir. Atau bahkan di tengah jalan dalam periode 2029-2034.
“Mereka tentunya tidak bisa bicara ini secara bebas kalau masih di Pemerintahan. Tapi inilah yang mereka rasakan,” ujar Dino Patti Djalal.
Kelima, sepanjang sejarah Indonesia, tidak pernah ada pasangan Presiden dan Wakil Presiden kecuali Soekarno – Mohammad Hatta yang menjabat dua periode secara berturu-turut. Dari 8 Presiden Indonesia, hanya 4 Presiden yang (minimal) 2 periode. Sementara kecualo Bung Hatta, semua Wapres hanya 1 periode.
Jusuf Kalla memang 2 periode, tapi dengan pasangan Presiden yang berbeda-beda dan juga tidak berturut-turut. Mungkin satu-staunya cara bisa mencetak sejarah menjadi satu-satunya Wapres yang bisa menjabat dua kali berturut-turut adalah dengan membuktikan bahwa ia jauh lebih hebat dari Bung Hatta, dari Sri Sultan Hamengku Buwono, dari Adam Malik, dari BJ Habibie, dari Sutrisno, dari Budiono, dari Jusuf Kalla, dari Ma’ruf Amin, dan lain sebagainya.
“Saran saya sebagai Political Scientist, Gibran dapat fokus untuk membangun branding politik yang sepenuhnya berdasarkan prestasi. Namun ini akan sulit. Gibran sama sekali tidak punya otoritas untuk mencetak prestasi di bidang apapun pada saat ini. Gibran juga harus bekerja keras membangun kepercayaan publik atau trust. Itu aset yang paling besar dalam politik. Dan ini hanya bisa dilakukan dengan ketulusan dan konsistensi, bukan dengan gimmick. Bukan dengan lagu yang memuji diri sendiri. Bukan dengan polling yang banyak tidak dipercaya orang. Bukan melalui pencitraaan yang berlebihan. Bukan melalui blusukan yang sudah direkayasa. Tapi melalui dialog yang tulus dari hati ke hati. Gibra juga hrus membuktikan bahwa ia mempunyai watak yang berbeda dari ayahnya, lebih beretika, lebih bisa dipegang ucapannya dan lebih jujur. Kalau ini semua dilakukan secara konsisten, saya yakin bahwa ke depan modal politiknya akan besar,” jelas Dino Patti Djalal. (*)
Editor : S. Anwar