Klarifikasi Karyawan eFishery Menanggapi Tentang Fraud

Reporter : -
Klarifikasi Karyawan eFishery Menanggapi Tentang Fraud
eFishery

Saya Elsa, dari eFishery yang lagi viral. Cuma karyawan biasa, fokus di teknologi dan inovasi. Berita yang beredar sekarang sangat merugikan kami sebagai karyawan, alumni, dan jangka panjangnya juga seluruh penggiat teknologi di Indonesia.

 Khususnya yang ingin saya komentari sebuah framing yang dibuat di public, yaitu EFISHERY SEMUANYA FRAUD. Semua yang dilakukan, semua produk yang dihasilkan, semua aktivitasnya, semua karyawan, semuanya. Itu sentimen yang terbentuk dari berita yang beredar. Digoreng banyak netizen dengan agendanya masing-masing.

Saya ingin klarifikasi setidaknya dalam ranah scope kerja saya:

1. Teknologi eFishery: IoT (feeder, water sensors), AI-nya (satellite imaging, chatbot), layanan budidaya dan apps nya (konsultasi, harvest prediction), itu semuanya REAL, dan barangnya WORKS. Bukan barang demo, bukan prototype, terlepas ada yang bilang bagus atau engga. Ada farmers yang beneran pake, dan kami berani buktikan (live demo, go show ke lapangan).

2. TIDAK SEMUA karyawan tahu dan melakukan fraud. Saya gak thau berapa tapi secara subjektif common sense pasti lebih banyak yang tidak melakukan. Squad kami report ke atasan dengan dashboard yg dibuat dan divalidasi tim data (beda VP), dan datanya otomatis dari sistem. Jadi hasil kerja kami generated otomatis real time apa adanya.

Masalah uang, kebanyakan tim malah tidak bersentuhan dengan transaksi. Memang produk eFishery khususnya di ranah teknologi belum sempurna. Masih banyak kurangnya, dan belum cukup scalable sampai bisa mencapai titik COGS yang feasible.

Belum lagi tantangan adopsi di farmers yang belum melek teknologi atau sudah punya metode sendiri. Tapi itu yang terus diusahakan dan setiap tahunnya juga ada perkembangan ke arah yang lebih baik.

Dan hal-hal core-nya dikerjakan in-house, bukan beli dari luar, bukan whitelabel. Makanya kami tidak bisa diam saja kalau semua yang kami lakukan ikut dianggap scam dan fraud karena generalisasi itu.

Klarifikasi ini diperlukan, selain untuk membela reputasi diri dan tim sebagai profesional, juga supaya gak mematikan harapan inisiatif-inisiatif apapun yang terkait teknologi dan modernisasi di Indonesia. Kita tahu pemerintah sekarang sedang fokus ke modernisasi dan digitalisasi, dan fokus ke sektor pangan.

eFishery adalah irisan dari keduanya. Jangan sampai kejatuhan eFishery mematikan harapan dan semangat juang penggiat teknologi di sektor strategis.

Penutup: Mari kita belajar dari eFishery. Kesalahannya kita pelajari supaya gak kita ulangi. Integritas nomor 1.

Dan sebagai company, eFishery gagal di situ. Tapi ada juga hal yang baik yang bisa kita pelajari. Selain dari teknologinya, ada dari sisi pendekatan eFishery ke farmers yang bisa kayak saudara, culture WFA yang bisa menyatukan satu tim se-Indonesia dalam harmoni, dan hal-hal baik lainnya.

Saya yakin masih banyak karyawan eFishery yang berintegritas, kompeten, dan mereka akan dengan senang hati mau share kompetensi, learning, dan hal-hal baik lain selama mereka di eFishery. (*)

advertorial

*) Penulis : Elsa Vinietta (Product Manager at eFishery)

Note :

Sebagaimana diketahui, skandal penipuan di eFishery, startup akuakultur yang didirikan Gibran Huzaifah Amsi El Farizy (Gibran), mulai tersibak. Laporan investigasi FTI Consulting menyebut terjadi pelaporan keuangan ganda alias dual repoting system atau two sets of books di eFishery sejak tahun 2018.

Dalam laporan itu disebut, tahun 2018, eFishery membidik pendanaan US$ 4 juta, meski baru mendapat dana US$ 1,5 juta dari Aqua Spark.

Untuk menarik lebih banyak investor, Gibran yang saat itu menjabat Co-founder & Chief Executive Officer (CEO) eFishery memutuskan memoles kinerja keuangan eFishery. Tulis FTI, Gibran menggelembungkan pendapatan eFishery 20%-25% dan menaikkan pencatatan laba. Cara ini sukses melapangkan eFishery menggaet pendanaan total Seri A US$ 4 juta.

Praktik manipulasi laporan keuangan ini diduga terus berlanjut hingga tahun 2024, sebelum kemudian muncul komplain whistleblower atas hal-hal mencurigakan yang terjadi eFishery pada 19 tanggal November 2024.

Merujuk dokumen investigasi FTI, laporan kinerja keuangan eFishery yang digelembungkan untuk pihak eksternal. Sementara, kinerja keuangan sesungguhnya untuk internal.

Diduga, tak semua jajaran manajemen eFishery, mengetahui praktik ini. Sebab, periode 2018-2020, pelaporan keuangan eFishery dikelola sendiri Gibran, Baru mulai Agustus 2020, Gibran beberapa kali merekrut profesional untuk mengurusi masing-masing laporan keuangan itu.

Hingga tahun 2021, selisih antara pendapatan asli dengan yang direkayasa semakin lebar. Pada tahun tersebut, pendapatan di buku internal eFishery tercatat Rp 958 miliar. Namun, buku eksternal angkanya naik 40%, menjadi Rp 1,59 triliun.

Lalu, pendapatan di buku internal melonjak menjadi Rp 4,26 triliun pada 2022 dan Rp 6,03 triliun pada 2023. Bahkan, pendapatan di buku eksternal lebih tinggi lagi, yakni Rp 5,78 triliun untuk 2022 dan Rp 10,83 triliun untuk 2023.

Dari sisi bottom line, laba bersih sebelum pajak di buku internal 2021 rugi Rp 164 miliar. Namun buku eksternal laba Rp 142 miliar. Kerugian di buku internal membengkak menjadi Rp 784 miliar di 2022 dan Rp 759 miliar di 2023. Namun, di buku eksternal, laba bersih sebelum pajak positif Rp 156 miliar di 2022 dan Rp 165 miliar di 2023. (*)

Editor : Syaiful Anwar