Mari Berpikir Dingin dan Tenang!

lintasperkoro.com
Naniek S. Deyang

Tidak bisa kita melihat politik itu sepotong atau dua potong. Juga tidak bisa melihat dari dunia medsos, karena tidak semua info terumbar penuh di medsos (media sosial).

Setelah melihat perjalanan politik dua periode ini, maka tahun 2024 ini bukan lagi pertarungan berebut kekuasaan atau urusan menang kalah, tetapi bagaimana  mengembalikan marwah bangsa agar negara ini adil, makmur dan berdaulat di tangan rakyat.

Baca juga: KPU Bangkalan Ajak Masyarakat Gunakan Hak Pilih di Pemilu 2024

Tidak mungkin seorang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjadi presiden dua kali dan juga memiliki sang putra mahkota, dan kekuatan partai yang tidak kecil mau "mengalah" begitu saja  bila semua bukan untuk  tujuan besar.

Demikian juga tidak mungkin seorang Airlangga Hartarto, Aburizal Bakrie, Akbar Tanjung, dan para sesepuh dan dedengkot Partai Golkar serta seluruh pengurus DPD demikian kompak dan aklamasi  mendukung Gibran sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto di tahun 2024, padahal Gibran bukan kader partai, bila negara ini dalam keadaan "baik-baik saja".

Demikian juga tidak mungkin seorang Zulkifli Hasan (Ketum PAN), akhirnya harus menyerah begitu saja saat jagoan yang ditawarkan, yaitu Erick Tohir, harus tereliminasi. Apalagi Erick sudah demikian siap dengan logistik dan tim, apabila dia menjadi cawapres siapapun di tahun 2024.

Demikian juga tidak mungkin, seorang Prabowo Subianto yang juga ahli strategi di dunia ketentaraan, pemilik partai besar, seorang menteri pertahanan yang sudah babak belur di dunia politik, mengambil atau menerima begitu saja Gibran, tanpa pertimbangan-pertimbangan yang matang dengan segala kalkulasinya.

Tidak mungkin juga seorang Yusril Ihza Mahendra yang di tahun 2019 negur pun tidak sama Pak Prabowo, sekarang bergabung dengan Pak Prabowo dan menerima Gibran sebagai cawapres 2024, bahkan Sekjen Partai Bulan Bintang (PBB)-lah yang meminang Gibran sebagai cawapres di Solo.

Jangan dikira juga Pak Jokowi dan keluarganya tidak berat melepas Gibran menjadi cawapres Prabowo 2024, karena hari-hari terakhir pun kabarnya Pak Jokowi gamang, dan melarang Gibran untuk maju menjadi cawapres.

Pak Jokowi tahu betapa rakyat yang tidak mengerti akan menghujatnya bila ia izinkan Gibran, namun lagi-lagi setelah dia diingatkan orang-orang dekatnya bahwa betapa beratnya ia membangun Indonesia dengan status sebagai "petugas partai" selama 10 tahun ini, maka Pak Jokowi pun akhirnya mengizinkan Gibran mendampingi Pak Prabowo.

Saat semua orang yang tadinya lawan kemudian menjadi kawan dan bisa mengalahkan ego masing-masing, pasti ada yang dituju. Apa itu? Mengembalikan negara, dan bangsa Indonesia kepada rakyat Indonesia! Bukan di tangan sekelompok orang yang merasa bahwa negara Indonesia merdeka karena keluarganya.

Seorang Presiden harus bisa mengambil keputusan penuh siapapun dan apapun partai yang mengusungnya. Seorang Presiden harus mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia, bukan pada sekelompok orang atau partai yang mengusungnya.

Seorang Presiden harus memiliki otoritas penuh atas semua keputusannya. Seorang Presiden harus berhak penuh menunjuk siapapun dan ditempatkan di manapun.

10 tahun ini kita seperti melihat hilangnya  otoritas seorang Presiden, tak pelak di belakang Presiden banyak pihak-pihak yang menggunakan lembaga-lembaga penegak hukum untuk menghantam lawan. Dan meski seorang Jokowi bukanlah yang menyalakan api, namun pada akhirnya seorang Jokowilah yang harus menanggung pil pahit dengan berbagai tuduhan dari rakyatnya.

Baca juga: Surat Terbuka Kepada Anies Baswedan dari Orang Dekat Presiden Jokowi

Saat negara dan bangsa ini sudah menuju ke arah milik pribadi, maka tidak mungkin seorang Prabowo sendiri yang bisa melawan! Prabowo harus menyatukan semua kekuatan yang semua sadar bahwa keadaan negara kita saat ini sedang "tidak baik-baik saja"!

Lalu mengapa harus Gibran? Cobalah jujur, apakah Gibran anak presiden yang kotor? Apakah dia korupsi? Untuk ukuran anak presiden yang menjabat selama dua periode dengan kekayaan yg dimiliki saat ini apakah Anda tidak menyadari  dia terlalu "miskin" sebenarnya?

Gibran juga memiliki emosional yang bagus dan tidak mudah terpancing. Dia juga bukan anak yg manja. Saat bapaknya sudah menjadi walikota, dia masih mau mengoseng-oseng sayur -mayur produksi dari catering besar miliknya Chili Pari di Solo.

Gibran juga bukan anak muda pentantang -petenteng dengan kehidupan borju meski bapaknya Presiden. Dia juga memiliki pendidikan yang bagus di 2 Universitas di Singapore dan Australia. Dua tahun lebih menjadi Walikota Solo, dia sangat dekat dan komunikatif dengan masyarakatnya.

Kan ada anak muda yang lebih hebat dari Gibran? Betul, tapi yang hebat tadi bukan anak Presiden yang bisa menegakkan agar pemilu Presiden dan pemilu legislatif ini berjalan fair, agar tidak terjadi pembegalan suara di jalan, agar tidak ada perubahan angka di KPU, dan lain-lain.

Tahukah anda saat ini di beberapa wilayah di Jawa Tengah saja misalnya, kepala desa/lurah yang terafiliasi dengan partai tertentu sudah bersikap arogan dan terang-terangan bahwa dia adalah pendukung partai itu, melarang caleg partai lain masuk ke wilayahnya, menekan rakyat harus memilih capres partai yg didukung. Anda bisa bayangkan sekelas kepala desa saja yang merasa dari partai itu sudah bersikap tidak fair dalam pesta demokrasi ini.

Tak hanya kepala desa/lurah dari partai itu yang mulai semena-mena, kepala-kepala daerah (Bupati/Walikota) dari partai itu pun sudah seperti pemilik wilayah. Misalnya agresif melakukan sosialisasi membentuk tim-tim sukses, kampanye ke rakyat meski musim kampanye belum datang, mengamankan gambar capres dan gambar partainya, sementara milik partai lain atau gambar capres lain bisa tiba-tiba hilang atau disobek-sobek.

Baca juga: Ratusan Warga Dukuh Pakis Surabaya Deklarasi Dukungan ke Prabowo - Gibran

Siapa yang bisa melawan kedigdayaan itu? Kebersamaan! Dan Gibran adalah bagian Pak Jokowi yang mewakili kebersaman itu. Semoga rekonsiliasi untuk mengembalikan marwah bangsa ini ke tangan rakyat, bisa dipahami seluruh rakyat Indonesia.

 

Ke depan tidak ada lagi Kadrun dan Kampret, tidak ada agama Islam yang terolok -olok, juga agama lain, tidak ada adu domba, tidak ada lagi nyawa-nyawa bergelimpangan di jalan untuk sebuah kekuasaan, tidak ada lembaga hukum utk memenjarakan lawan tapi melindungi kawan, tidak ada lagi orang yang bicara "saya maunya ini, saya maunya itu" dan lain-lain.

Gibran adalah jembatan, dan sekaligus jalan tengah rekonsiliasi untuk menyusun kekuatan membangun bangsa dan negara yang saat ini di ambang perpecahan dan kehancuran.

Bismillah Prabowo Presiden 2024, Indonesia Jaya, rakyat makmur dan bisa tersenyum karena sejahtera, keadilan hukum juga akan tertegakkan .. Aamiin AMIN AMIN AMIN Yang MENANG Inshaalloh. (*)

*) Penulis : Naniek S. Deyang

Editor : Syaiful Anwar

Peristiwa
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru