Surat Terbuka Untuk Presiden Republik Indonesia dari Keluarga Korban Pencabulan Anak

Reporter : Redaksi
Roby Sanjaya selaku kuasa hukum korban anak di bawah umur yang menjadi korban pencabulan saat gelar konferensi pers di gedung PKBI Singkawang, 16 September 2024

Kepada

Yth. Bpk Presiden RI

Baca juga: Anak Berkebutuhan Khusus di Sidoarjo Dicabuli Tetangga Sendiri

Ir H. Jokowidodo

di

Jakarta.

Salam sejahtera Bapak Presiden semoga selalu sehat

Bapak Presiden yang saya hormati,

Perkenalkan nama saya Liu umur 34 tahun seorang ibu dengan 4 (empat) orang anak, dua diantaranya masih balita. Kami tinggal di wilayah pinggiran kota dengan sebutan "Kota Seribu Klenteng" di Singkawang Provinsi Kalimantan Barat.

Saya seorang ibu rumah tangga yang terpaksa sambil bekerja dengan cara mengambil upah sebagai penjual sayur keliling dan kadang jual kue dan roti keluar masuk gang serta pemukiman warga.

Bapak Presiden yang saya muliakan, ijinkan saya menyampaikan permohonan maaf untuk kelancangan saya membuat surat terbuka ini, walau hati saya tidak begitu yakin surat ini akan bisa Bapak baca. Tetapi setidaknya tulisan yang merupakan curahan hati penuh air mata ini bisa sejenak menghapus luka dan Sakit Batin saya yang teramat dalam, dari Beban yang selama ini menghimpit dada saya.

Bapak Presiden,

Mungkin saya tidak pantas berkeluh kesah pada Bapak Presiden tentang kehidupan yang kami jalani selama ini. Sebagai warga yang baik kami menerima dengan sabar dan ikhlas apapun keadaan kami selama ini. Karena saya sangat percaya, tidak satupun orang didunia ini memilih hidup dalam kondisi sangat miskin. Tapi sangat berbeda dengan kami. Kami tidak punya pilihan lain kecuali menerima keadaan hidup dalam kondisi sangat miskin dengan sabar dan terus berjuang melawan takdir memenuhi kebutuhan hidup anak anak sedangkan suami yang menderita penyakit kronis selama bertahun tahun akhirnya meninggal tanpa pengobatan sejak 8 (delapan) bulan lalu.

Kamipun harus tinggal berpindah pindah tempat dan dengan membayar sewa rumah perbulan. Karena kami memang belum mampu punya rumah sendiri walau hanya gubuk. Itu pula yang membuat anak anak tidak bisa mengenyam pendidikan. Karena ketidak kemampuan saya untuk memenuhi kebutuhan sehari hari sudah terlalu berat, menyisihkan sedikit uang utk sewa kost agar anak anak bisa tidur dan istirahat tanpa kena hujan dan panas.

Bapak Presiden yang saya muliakan,

Baca juga: Kyai yang Mencabuli Santriwatinya di Kecamatan Dukun Ditetapkan Tersangka

Begitupun sulitnya perjuangan saya untuk menghidupi anak anak saya, saya tidak pernah berharap lagi dapat bansos dan jaminan sosial lain yang selama ini jadi program andalan Bapak sejak ada petugas yang mengatakan bahwa keluarga saya tidak bisa jadi penerima bansos karena kerap berpindah rumah.

Bagi saya tidak menjadi penerima bansos pun tidak harus mengemis, karena memang kami tidak punya rumah untuk tinggal tetap seperti yang di persyaratkan. Biarlah kami bayar kos atau sewa kamar yg penting anak anak saya bisa hidup dan makan tanpa harus tidur dijalanan atau di emperan. Walau sejujurnya saya merasa sangat berdosa karena belum mampu memberikan mereka hak untuk mendapatkan pendidikan. Jauh di lubuk hati yang terdalam, saya menitipkan doa dan harapan pada Tuhan agar saya diberi rezeki lebih dan luas agar saya bisa masukkan anak anak ke sekolah seperti teman teman seusianya.

Bpk Presiden yang saya banggakan,

Harapan baik yang saya tanamkan dalam hati untuk masa depan anak anak saya ternyata hanya tinggal harapan. Kehidupan kami menjadi sangat kacau sejak saya mengetahui anak saya Lo 13 tahun telah dihancurkan masa depannya oleh seorang tokoh masyarakat sekaligus tokoh politik yang selama ini saya anggap sebagai orang tua tempat kami menyewa kost miliknya.

Anak saya dirusak, disetubuhi dan dihancurkan martabatnya sebagai manusia. Saya sudah berusaha meminta pertolongan kemana mana, namun pelaku terlalu kuat dan berkuasa untuk membungkam orang miskin seperti kami.

Memilih melaporkan peristiwa pahit yg kami alami, justru berubah menjadi sisi kelam dan situasi paling buruk dalam hidup kami. Kami diteror, diancam dan di intimidasi dan akhirnya saya harus berhenti berjualan dan hidup dari belas kasihan orang setiap harinya dan harus mengungsi sana sini. Kemana lagi lah saya akan membawa kehidupan dan masa depan anak anaj saya, Bapak Presiden...?

Bapak Presiden yang terhormat,

Baca juga: GenPatra Audensi dengan Dinsos Gresik Terkait Anak Titipan yang Diduga Dicabuli Seorang Kyai dari Desa Imaan

Di penghujung akhir masa jabatan Bapak dengan segala rasa hormat dari hati yang paling dalam, memohon sedikit perhatian Bapak dengan penderitaan kami, tolonglah kami Bapak, tolonglah. Berilah kami perlindungan dan keadilan atas perbuatan keji pelaku.

Sebagai seorang ibu, saya sudah tak lagi bisa berbuat apa apa. Walau kadang terlintas dalam pikiran untuk mengakhiri hidup, tapi saya tidak akan lakukan karena berharap Tuhan bisa memberi kami kehidupan yg lebih layak dan keadilan yg benar benar adil lewat tangan Bapak Presiden.

Terimakasih Bapak Presiden, semoga Bapak selalu sehat dan panjang umur.

Hormat saya

Liu

Surat Terbuka ini saya dapatkan dari Seorang Pengacara yang selama ini mendedikasikan kehidupan untuk membela hak anak dan mendapatkan keadilan untuk anak anak teraniaya.

Beliau mengadu pada saya dan mengharapkan saya juga menyuarakan kejadian ini untuk menghadirkan keadilan bagi kita semuanya. (*)

Editor : Bambang Harianto

Peristiwa
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru