Gresik sebagai buffer zone dari Ibu Kota Jawa Timur harusnya menjadi daya Tarik bagi para politisi untuk menjadi pemimpin di wilayah yang dijuluki ‘Kota Pudak’ tersebut. Ironinya, pada pilkada (pemilihan kepala daerah) Kabupaten Gresik tahun 2024 ini terasa hambar.
Demokrasi di Kabupaten Gresik seakan tidak berjalan sesuai fungsinya. Kondisi itu disebabkan pada Pilkada serentak yang akan dilakukan pemungutan suara pada 27 November 2024, hanya diikuti pasangan calon tunggal, yakni Fandi Akhmad Yani dan Asluchul Alif sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Gresik.
Baca juga: Ratusan Warga Cerme Deklarasi Coblos Bumbung Kosong di Pilkada Gresik
Seluruh partai politik (parpol) di Kabupaten Gresik “diborong” oleh pasangan calon yang mengusung tagline “Gresik Maju” tersebut. DPC (Dewan Pimpinan Cabang) Partai Gerindra yang sekarang ketuanya ialah Asluchul Alif maupun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang jadi tempat bernaung Gus Yani (julukan Fandi Akhmad Yani), ditambah partai politik, baik parpol parlemen maupun non parlemen, yakin pasangan calon yang diusungnya dan didukungnya akan menang mudah.
Tetapi keyakinan itu terancam dipatahkan oleh perlawanan dari Relawan Bumbung Kosong. Hampir di 18 Kecamatan di Kabupaten Gresik, suara untuk mencoblos Kotak Kosong terus menggema. Satu diantaranya digelorakan oleh Ali Candi, yang jadi dirigen suara rakyat Gresik agar memilih Kota Kosong.
Ali Candi memimpin pergerakan Relawan Kotak Kosong dengan menamakan diri Koalisi Bumbung Kosong (KBK). Koalisi Bumbung Kosong dibentuk sebagai wadah bagi masyarakat Gresik yang tidak memiliki pilihan pada Pemilihan Bupati (Pilbup) Gresik 2024. Diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Gresik menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 971.740 orang.
Sebagai bentuk perjuangannya melawan tirani politik di Kabupaten Gresik, Ali Candi yang juga sebagai Ketua Gerakan Persatuan Pribumi (GenPabumi) bersama dengan relawan Koalisi Bumbung Kosong mendirikan Posko pemenangan di beberapa wilayah. Satu diantaranya didirikan di Bukit Kapur, Desa Suci, Kecamatan Manyar, yang diresmikan pada Sabtu (21/9/2024).
Di tengah peresmian Posko Koalisi Bumbung Kosong, Ali Candi mengungkapkan alasannya untuk berjuang bersama rakyat yang tidak mau ditindas oleh tirani politik di Gresik. Menurut Ali Candi, pasangan calon tunggal di Pilkada Gresik telah menumbuhkan bibit kekecewaan. Karena pasangan calon (paslon) tunggal tidak sepenuhnya mewakili suara masyarakat.
“Siapa yang mengontrol jalannya pemerintahan jika semua parpol mendukung paslon tunggal?” kata Ali Candi.
Kekecewaan yang lebih menyakiti hati masyarakat, kata Ali Candi, ialah sosok mantan Ketua KPU Gresik yang menjadi Ketua Tim Sukses (Timses) paslon tunggal tersebut. Jelas, kata Ali Candi, demokrasi di Gresik telah rusak karena semua haus kekuasaan.
Pegiat Koalisi Bumbung Kosong, Agus M Jauhan Farhat melalui pernyataannya kepada pewarta bahwa Koalisi Bumbung Kosong akan memperluas jangkauannya ke seluruh kecamatan di Kabupaten Gresik. Dia menegaskan, Bumbung Kosong adalah pilihan, bukan golput (golongan putih).
“Selanjutnya, kami akan deklarasi rutin setiap minggu di beberapa kecamatan,” ujar Agus M Jauhan Farhat.
Ajakan agar memilik Kotak Kosong juga datang dari Aktivis 98. Aktivis yang berasal dari Kabupaten Gresik, Pasuruan, dan Surabaya, ini mendeklarasikan Pilkada 2024 dimenangkan oleh Kota Kosong. Deklarasi dilaksanakan pada Sabtu, 28 September 2024 di salah satu Café di Kota Surabaya.
Deklarasi dikomando oleh Taufik Monyong, yang terkenal sebagai seniman dan Budayawan. Salah satu peserta deklarasi asal Gresik, Medi, tak bisa menutupi kekecewaannya terhadap kondisi demokrasi di Gresik.
“Alam demokrasi itu harus ada pasangan calon. Ketika Gresik ada satu calon, dimungkinkan tidak ada demokrasi. Kami berharap Pilkada 2024 diulang, dan parpol wajib memberikan pilihan kepada masyarakat Gresik,” kata Medi yang terkenal sebagai aktivis yang vokal dalam memperjuangan hak-hak rakyat kecil.
Relawan Kotak Kosong dari Gresik Selatan
Selain dari Gresik Utara, Relawan Kotak Kosong juga menggema di Gresik Selatan. Supanji selaku inisiator Relawan Kotak Kosong (Rekoso) Gresik Selatan memiliki pandangan kuat kenapa Kotak Kosong harus dipilih disamping Paslon nomor urut 1 di Pilbup Gresik. Kata Supanji, selain demokrasi harus berjalan di Kabupaten Gresik, juga terkait dengan kinerja Gus Yani selama memimpin Gresik.
Supanji mengapresiasi atas berdirinya Rumah Sakit (RS) Gresik Sehati yang berada di Desa Slempit, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, yang diharapkan meng-cover warga Gresik Selatan agar lebih mudah mengakses layanan kesehatan. Disisi lain, Supanji mengkritisi Program Nawa Karsa yang digaungkan dalam visi misi Gus Yani saat mencalonkan diri sebagai Bupati Gresik periode sebelumnya, tanpa mengoptimalkan infrastruktur.
Dikatakan Supanji, jalan raya di Gresik Selatan masih banyak yang rusak. Misal retak dan bergelombang. Parahnya lagi ialah jalan yang menghubungkan antar desa. Menurut Supanji, jalan di Gresik Selatan lebih banyak menggunakan paving daripada jalan beton atau aspal.
“Jalan paving itupun hampir semua pecah. Jalan aspal juga demikian, berlobang. Walaupun diperbaiki, itu cuma tambal sulam,” kata Supanji.
Supanji membandingkan infrastruktur di wilayah Gresik Selatan dengan Kabupaten Mojokerto. Dijelaskan Supanji, jalan di Kabupaten Mojokerto hampir seluruhnya jalan beton dan mulus. Itu berbanding terbalik dengan kondisi jalan di Gresik.
Baca juga: Ratusan Warga Cerme Deklarasi Coblos Bumbung Kosong di Pilkada Gresik
Padahal, kata Supanji, dari sisi ekonomi, Gresik lebih kaya dari Kabupaten Mojokerto. Disebutkan Supanji, di tahun 2023, Gresik menempati urutan ke-3 sebagai Kabupaten terkaya di Jawa Timur dengan PDRB (produk domestic regional bruto) per kapita sebesar Rp 130,39 juta. Sedangkan Kabupaten Mojokerto diurutan ke-8 dengan PDRB Rp 91,11 juta.
“Gresik punya Kawasan Industri. Seperti Kawasan Industri Maspion, JIIPE, Kawasan Industri Gresik, yang bercokol perusahaan nasional, multinasional, dan internasional. Pelabuhan juga banyak di Gresik. Lantas, kemana larinya uang di Gresik? Apakah sulit untuk membangun jalan seperti di Kabupaten Mojokerto dengan betonisasi?” tegas Supanji.
Kondisi lain yang disinggung Supanji ialah sektor Trade, Tourism, dan Invesment. Supanji menjelaskan, Gresik Selatan tidak punya ikon wisata yang jadi jujukan wisatawan. Adapun cuma wisata Desa dan Pura di Desa Mondoluku yang kurang optimal dalam pengelolaannya.
Dari sisi perdagangan, dukungan Pemkab Gresik saat dipimpin Gus Yani untuk mengembangkan UMKM (usaha mikro kecil menengah) masih sangat minim. Karenanya, banyak UMKM berguguran karena kalah bersaing dengan produk impor maupun produk pabrikan.
“Gresik Selatan ini penghasil produk UMKM seperti kerajinan, kue, dan produk pertanian. Mereka tidak bisa berkembang karena memang minim pendampingan dari Pemkab Gresik,” ujar Supanji.
Kemudian dari sisi investasi. Supanji mengatakan, investasi di Gresik Selatan lebih banyak properti seperti tanah kavling dan perumahan, dan tidak menyentuh ke investasi padat karya. Disamping itu, Gresik Selatan butuh keberadaan Kampus.
Untuk itulah, Supanji berharap warga Gresik Selatan memenangkan Kotak Kosong. Dengan Kotak Kosong menang, maka diharapkan muncul calon Bupati selain Gus Yani, dan memiliki terobosan untuk memajukan Gresik Selatan dari sisi Trade, Tourism, dan Invesment.
“Jika Kotak Kosong menang, kami harap ada Calon Bupati atau Wakil Bupati dari Gresik Selatan. Supaya yang dimajukan bukan cuma Gresik Utara. Jika sekarang, pembangunan seakan timpang. Kami rindu sosok pemimpin yang punya tekad untuk kesejahteraan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, dan meminimalkan ketimpangan pendapatan di masyarakat khususnya Gresik Selatan,” tegas Supanji, yang aktif juga sebagai pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat Front Pembela Suara Rakyat (LSM FPSR).
Kota Kosong adalah opsi
Titi Anggraini selaku Pakar Hukum Pemilu dari Universitas Indonesia menyatakan penilaiannya terhadap pilihan masyarakat untuk mencoblos Kotak Kosong. Dijelaskannya, Kotak Kosong itu bukanlah kotak seperti halnya kotak suara yang kosong isinya. Tapi kotak kosong itu adalah ilustrasi dari gambar kotak segiempat tidak bergambar (kosong) yang ada di dalam surat suara dan posisinya terletak di sebelah foto pasangan calon tunggal pilkada.
Baca juga: Ratusan Masyarakat Deklarasi Kotak Kosong di Sungai Raya Kepulauan
“Kotak kosong adalah opsi atau pilihan sah yang bisa dicoblos pemilih pada daerah yang pilkadanya bercalon tunggal. Kalau pemilih setuju/mendukung calon tunggal, maka bisa mencoba si calon tunggal. Namun sebaliknya, jika tidak setuju/tidak mendukung calon tunggal, maka bisa mencoblos kotak atau kolom kosong yang ada di dalam surat suara,” jelasnya.
Apa yang akan terjadi kalau calon tunggal kalah dari kotak kosong?
“Ingat ya, kotak kosong adalah kotak segi empat yang ada di dalam surat suara yang bisa dicoblos pemilih jika tidak setuju atau tidak mendukung calon tunggal. Jika calon tunggal memperoleh suara lebih dari 50%, maka calon tunggal dinyatakan sebagai calon terpilih dan akan dilantik menjadi kepala daerah di tempat tersebut. Sedangkan jika yang mencoblos kotak kosong lebih banyak daripada hasil coblosan untuk calon tunggal, maka pilkada (keseluruhan tahapannya) akan diulang kembali paling lambat pada tahun berikutnya,” jelas Titi Anggraini.
Dia menyebutkan aturannya, yakni sesuai dengan ketentuan Pasal 54 d ayat 3 Undang Undang (UU) nomor 10 tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang Undang, maka pilkada-nya akan di ulang kembali di tahun berikutnya.
“Pemilihan ulang bukan pemungutan suaranya yang diulang, tapi juga tahapan-tahapannya, pemutakhiran data pemilih, pendaftaran bakal calon, kampanye, pemungutan suara, dan penetapan hasil dilakukan ulang. Calon tunggal yang kalah bisa mendaftarlan lagi dan terjadi rekonfigurasi calon,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Gresik telah menetapkan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Gresik. Yakni Fandi Akhmad Yani dan Asluchul Alif yang mendapat nomor urut 1. Sedangkan Kotak Kosong di nomor urut 2.
Di Jawa Timur, KPU menyebutkan, ada 5 kabupaten/kota yang diikuti paslon tunggal. Komisioner KPU Jawa Timur, Choirul Umam menyebutkan, 5 daerah yang diikuti paslon tunggal ialah Kota Surabaya, Trenggalek, Ngawi, Kota Pasuruan, dan Gresik.
Umam mengatakan, KPU telah memperpanjang masa pendaftaran hingga 4 September 2024 di 5 daerah tersebut, namun, tidak ada bakal paslon lain yang mendaftar.
Adapun paslon tunggal di Pilkada Serentak 2024 yakni Kota Surabaya pasangan Eri Cahyadi-Armuji, Kota Pasuruan pasangan Adi Wibowo-Mokhamad Nawawi, Gresik pasangan Fani Akhmad Yani-dr Asluchul Alif.
Lalu di Trenggalek pasangan Mukhammad Nur Arifin-Syah Mohammad Natamegara, dan Ngawi pasangan Ony Anwar Harsono dan Dwi Riyanto Jatmiko. (ins)
Editor : Bambang Harianto