Pesatnya perkembangan teknologi seringkali dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menyebar berita hoax yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Sebab itulah, media massa harus hadir untuk memberi pencerahan kepada khalayak pembaca melalui jurnalisme berkualitas.
Untuk menyajikan jurnalisme berkualitas, dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten. Karena itulah, Telkom Indonesia menggandeng Publisiana menggelar pelatihan jurnalistik guna meningkatkan kompetensi wartawan.
Baca juga: Di Acara Penutupan Pelatihan Jurnalistik, Rizal Memaparkan Kinerja Telkom
Pelatihan Jurnalistik bertema “Tantangan Jurnalistik di Era Milenial 2022/2023”, digelar selama 2 hari, dari Rabu sampai Kamis, 23-24 Agustus 2023, bertempat di lantai 12 Telkom Landmark Tower Surabaya. Peserta pelatihan terdiri dari beberapa media online, cetak, dan elektronik. Selain itu, peserta dari internal Telkom Group.
Pembukaan pelatihan dilakukan oleh Teddy Hartadi (EVP Telkom Regional V) didampingi oleh Sabri Rasyid (AVP External Communication), dan Andri Herawan Sasoko (VP Corporate Communication). Selanjutnya, materi pelatihan jurnalistik disampaikan oleh beberapa nara sumber, yaitu Rustam F. Mandayun (Direktur Publisiana), Imam Wahyudi (wartawan senior), dan M. Taufiqurohman (Trainer Tempo Institute).
Melalui sambutannya di acara pembukaan pelatihan jurnalistik "Business Update Transformasi Telkom Indonesia", Teddy Hartadi menyampaikan bahwa pelatihan jurnalistik yang digelar Telkom ini merupakan pelatihan yang kedua setelah sebelumnya digelar di Kota Makassar pada Senin hingga Selasa, 20 sampai 21 Februari 2023.
Dilaksanannya pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan sinergi antara Telkom Indonesia dengan jurnalis dan bisa saling mendukung terutama dalam hal pemberitaan.
"Jika ada informasi yang jelek, bisa dikonfirmasi terlebih dulu supaya berita yang beredar bisa dipertanggungjawabkan. Meminjam istilah rumah makan padang, kalau nggak enak, tegur kami. Kalau enak, sebarkan ke masyarakat," kata Teddy.
Usai sambutan dari Teddy, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Rustam F Mandayan. Pria yang menjadi salah satu sfat ahli di Dewan Pers tersebut menyampaikan materi "Menjadi Jurnalis Profesional".
Melalui pemaparannya, Rustam mengatakan jika profesi wartawan ialah profesi terbuka. Siapapun dengan latarbelakang pendidikan apapun bisa jadi wartawan. Namun, kebebasan itu seringkali disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu, yang membajak dan menunggangi keterbukaan untuk hal yang bersifat negatif.
"Diluar sana banyak yang mengaku-ngaku wartawan, dan kompetensinya diragukan. Makanya, kami tingkatkan profesi wartawan melalu pelatihan. Jadi wartawan kompeten harus memahami Undang Undang Pers, Kode Etik Jurnalistik, standar kompetensi wartawan, pedoman pemberitaan media siber, pedoman pemberitaan ramah anak, dan beberapa lainnya. Tentang pemberitaan anak, hanya boleh menyebut kecamatan dia tinggal. Nama kelurahan tidak boleh disebutkan," jelas Rustam melalui paparannya kepada peserta pelatihan jurnalistik.
Rustam juga memaparkan tentang poin penting dalam pasal di Undang Undang (UU) Pers nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, termasuk diantaranya ialah hak jawab dan hak tolak. Hak tolak wartawan merupakan hak untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya.
"Kami di Dewan Pers telah MoU dengan Kepolisian. Jadi, setiap perselisihan pemberitaan diselesiakan di Dewan Pers," katanya.
Setelah pemaparan Rustam F. Mandayun, nara sumber kedua ialah Imam Wahyudi. Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) yang pernah menduduki posisi sebagai Ketua Ikatan Jurnalis Televisi (IJTI) dan Wakil Pemimpin Redaksi RCTI di zaman orde baru ini menyampaikan materi tentang "Elemen Jurnalistik".
Baca juga: Elevating Your Future: Telkom Indonesia Menggebrak dengan Kampanye Inovatif di Usianya yang Ke-58
Disebutkan oleh Imam, bahwa di zaman order baru, sehebat apapun konten pemberitaan jika tidak punya SIUP (surat izin usaha perdagangan), maka media tersebut dianggap ilegal. Memasuki era reformasi, banyak media bermunculan, tapi harus dilengkapi dengan perizinan dan konten yang sesuai pedoman jurnalistik.
"Jurnalisme itu adalah nilai. Kalau mengklaim sebagai jurnalisme, tulisannya harus dipegang. Wartawan setiap langkahnya itu sirotul mustaqim," jelas pria yang pernah menjadi wartawan Media Prospek dan Harian Wawasan ini.
Imam Wahyudi menyinggung tentang.10 elemen jurnalisme menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Pertama, tugas utama praktisi jurnalisme adalah memberitakan kebenaran. Kedua, loyalitas utama wartawan pada masyarakat, bukan pada perusahaan tempatnya bekerja, pembaca, atau pengiklan.
Ketiga, esensi jurnalisme adalah verifikasi. Empat, wartawan harus independen. Lima, jurnalisme harus memantau kekuasaan, menyambung lidah yang tertindas. Enam, jurnalisme sebagai forum publik, bukan sebuah ruang privat bagi penulis.
Tujuh, jurnalisme harus memikat dan relevan. Delapan, berita harus proporsional dan komprehensif. Sembilan, mendengarkan hati nurani. Sepuluh, hak dan Kewajiban terhadap berita.
"Kebenaran jurnalisme ialah kebenaran fungsional. Jurnalisme harus disiplin verikasi, akurasi dan kredibilitas. Jangan omongan narsum ditampung," katanya.
Baca juga: Belajar Memanfaatkan Teknologi AI dalam Pelatihan Jurnalistik yang Digelar Telkom Indonesia
Narasumber ketiga ialah Mohammad Taufik. Dia mengulas tentang kualitas pemberitaan. Menurutnya, kualitas berita ditentukan bahannya.
"Berita bagus berasal dari bahan yang bagus. Bahan yang bagus belum tentu jadi berita yang bagus, tergantung wartawan dan editornya. Media harus memberikan kesempatan kepada siapapun untuk meyakini kebenarannya," jelasnya.
Hari kedua pelatihan jurnalistik akan dilaksanakan pada Kamis, 24 Agustus 2023. Dua narasumber yang akan mengisi ialah Nanang Junaedi, dengan materi "Teknik penulisan berita dan bahasa jurnalistik". Dan Wicaksono (Ndorokakung), yang mengisi materi "Media sosial dan Artificial Intellegence
(AI)".
Salah satu peserta pelatihan jurnalistik, Ganefuddin dari beritalima mengaku jika banyak informasi yang didapat setelah penyampaian nara sumber. Dia berharap, pelatihan jurnalistik rutin digelar oleh Telkom.
"Pelatihan Jurnalistik ini memberi manfaat bagi kami sebagai jurnalis," kata Ganefuddin. (Did)
Editor : Syaiful Anwar