Kenapa Prabowo Menggunakan Strategi lain ?
Banyak pertanyaan, mengapa Prabowo Subianto dan tim pemenangannya akhir-akhir ini menggunakan jurus membelah, devide at impera, seperti penggalangan yang dilakukan terhadap Effendi Simbolon kemudian dilanjutkan Budiman Sudjatmiko. Juga terhadap relawan pendukung Jokowi.
Dalam moralitas politik, apa yang dilakukan Prabowo telah menyentuh hal yang paling mendasar: etika politik. Lalu mengapa hal itu dilakukan?
Baca Juga: Loyalitas Sjafrie Sjamsoeddin ke Prabowo Berujung Manis
1). Situasi fisik Pak Prabowo memang tidak memungkinkan untuk turun ke bawah, apalagi melakukan blusukan. Stamina menjadi titik lemah pergerakan Prabowo.
2). Blusukan juga bukan karakter Pak Prabowo dan lebih suka mengidentifikasikan dirinya sebagai pemimpin yang memegang komando, menghukum siapapun yang tidak loyal, dan menampilkan jati diri kepemimpinan yang keras, emosional, dan menindak siapapun yang tidak sejalan.
Meninggalnya mantan komandan tim mawar, Bambang Kristiono secara mendadak telah melahirkan berbagai spekulasi terhadap hal itu terkait menutup jejak masa lalu. Atas kondisi tersebut, maka Tim Prabowo mengambil beberapa strategi:
1). Bandwagon effect, yakni suatu efek pengikut yang dibangun untuk memunculkan persepsi sepertinya Prabowo menang dengan:
- membangun kedekatan dengan Presiden Jokowi. Prinsip: lakukan dan tawarkan segala sesuatu yang membuat Pak Jokowi senang, nyaman dan merasa terlindungi.
- rangkul sekitar Pak Jokowi, tawarkan berbagai posisi masa depan. Selain Gibran ditawarkan sbg cawapres, Prabowo tawarkan seluruh menteri disusun Jokowi.
- bangun persepsi publik dengan manuver pertemuan dengan para elit dengan dirancang beri dukungan pada Prabowo
- kuasai lembaga survey, dan mainkan persepsi lembaga survey terutama yang kredibel. Gelontorkan dana maks ke lembaga survey. Dengan pegang persepsi menang, akan bangun optimisme.
2). Terapkan jurus Sun Tzu Strategi terbaik adalah menyerang. Prabowo memodifikasi Sun Tzu ini dengan menampilkan dirinya sbg sosok yang lebih sabar, tidak emosional, dan merubah tekanan menjadi candaan. Namun pada saat lain, strategi membelah musuh dilakukan - kasih mimpi pihak-pihak dari lawan yang kecewa - galang dan tawarkan jabatan dan uang
Baca Juga: Daftar Lengkap Menteri dan Wakil Menteri di Kabinet Merah Putih
3). Tampilkan imitasi Prabowo di seluruh lini. Kehadiran tim yang mewakili Prabowo ini diperlukan guna mengatasi berbagai keterbatasan fisik - bangun tim kampanye yang die hard, apapun sampaikan hal positif tentang Prabowo
4). Sembunyikan kelemahan. Tim Anger Management terus bekerja keras memberikan terapi kepada Prabowo atas watak emosinya yang meledak-ledak. Apa yang terjadi di Makassar, Prabowo tidak bisa menjawab Bobby akibat emosional diminta menggunakan topi Sultan Hasanuddin yang berwarna merah. Prabowo sosok paranoid dan megalomania, kepribadian bi-polar.
5). Bangun Tim Siluman Tim dengan dana besar ini berasal dari tokoh-tokoh TNI AD, KOMCAD dan mereka yang disersi dari militer. Hal itulah yang menjawab bahwa Gerindra jarang tampil di lapangan, namun elektoral terjaga karena kerja tim siluman.
Bagaimana menghadapi strategi Prabowo?
1). Jauhkan Prabowo dengan Jokowi. Ketika Jokowi hadir di acara deklarasi Ganjar, Prabowo marah-marah dan mengatakan “Jokowi Pembohong” dan “Jokowi Penipu”.
Baca Juga: Progib Gelar Rapimnas di Kalimantan Barat
2). Kalau mertua Prabowo, Alm Presiden Soeharto saja di lawan, apalagi Jokowi. Prabowo masih memendam dendam kesumat larena dua kali dikalahkan Jokowi. Jadi Jokowi hanya dijadikan lawan taktis, setelah itu dikikis habis.
3). Hati2 strategi Kuda Troya. Prabowo dengan kekuatan uangnya telah masuk ke lingkaran pertama Jokowi.
4). Ganjar tetap saja keliling bertemu rakyat. Sebab kemenangan itu dimulai dari TPS, dari operasi darat dipandu gerakan sosmed dan tentu saja spiritual. Percayalah bahwa negara memerlukan pemimpin yang baik!!!
5). Cara melihat pemimpin itu sederhana, lihat kekuatan moral, kekuatan kebenaran dan ketulusan. Dengan kekuatan ini Ganjar selalu diterima rakyat dengan eforia dan histeris.
*) Penulis : Angwar Sanusi SI.P
Editor : Syaiful Anwar