Opini

Kumpul Anak-anak Presiden : Adu Wacana Persatuan atau Selebrasi Nepo Baby

Reporter : -
Kumpul Anak-anak Presiden : Adu Wacana Persatuan atau Selebrasi Nepo Baby
Anak-anak Presiden Republik Indonesia dari masa ke masa

Social media Indonesia kemarin viral dengan foto ulang tahun Didit Hediprasetyo, putra Presiden Prabowo Subianto, di mana nampak kompak berpose bersama beberapa anak presiden Indonesia lainnya. Terlihat ada Guruh Soekarnoputra, Siti Hediati Haryadi (Titiek Soeharto), Ilham Akbar Habibie, Yenny Wahid, Puan Maharani, AHY, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep.

Ada yang menyebut momen ini jadi contoh persatuan di tengah dinamika politik. Bahwa meski partai politik sebagian besar mereka—serta orang tuanya—berbeda, namun mereka bisa akur bersama. Namun di spektrum lain, ada juga yang berpandangan bahwa momen viral ini sebagai penegasan kembali apa yang dulu sempat ramai jadi diskursus publik tanah air, yaitu soal nepo baby.

Baca Juga: Segera Tayang, Roy Suryo Akan Bongkar Keterkaitan Fufufafa dengan Budi Arie

Khususnya di kancah politik, meski tak menutup kemungkinan di bidang lain seperti bisnis dan sosial. Di mana keberadaan para figur (relatif) muda di posisi-posisi puncak politik tanah air ini lebih lantaran garis tangan, nasab keturunan, serta peran orang tua mereka. Bukan semata soal kemampuan atau prestasi.

Kedua perspektif yang bisa dibilang berseberangan ini menurut saya sama-sama punya justifikasi dan valid. Tinggal persoalan posisi kita sebagai pengamat dan publik di mana.

Dalam politik Indonesia—dan di banyak negara lain—harus diakui bahwa nepo baby masih menjadi keniscayaan. Warisan budaya politik feodal, di mana kekuasaan dipegang dan didistribusikan serta atau diwariskan lewat struktur kekerabatan nyata. Ditambah lagi praktek politik kita yang mengandalkan relasi patron-klien di mana untuk menjadi patron dibutuhkan kapital ekonomi, sosial, politik luar biasa yang biasanya sudah terakumulasi di kelompok-keluarga (elit) tertentu, maka konsekuensi logisnya anak turun merekalah yang bisa lebih cepat meroket karirnya di politik kita.

Baca Juga: Diungkap Roy Suryo, Pemilik Akun Fufufafa Mengakui Tidak Pernah Kuliah

Mungkin Anda bertanya, apakah semua nepo baby seburuk itu dan hanya mengandalkan ‘keberuntungan’ keluarga? Dalam pengalaman saya bekerja di industri politik, saya bertemu, kenal, dan membantu beberapa tokoh yang bisa disebut nepo baby.

Sebagian mereka cerdas, berpendidikan sangat bagus, dan punya kemampuan serta visi politik apik. Namun harus diakui, ada satu dua yang tidak sebagus itu. Namun poin penegasan saya terakhir adalah, nepo baby di politik Indonesia adalah keniscayaan dan akan terus ada selama sistem dan struktur politik kita masih seperti sekarang.

Baca Juga: Daftar Lengkap Menteri dan Wakil Menteri di Kabinet Merah Putih

Ini realita yang bisa dibilang plus sekaligus minusnya demokrasi kita. Jadi wacana mana yang akan Anda gunakan soal fenomena ini, apakah kumpul anak-anak presiden ini wujud persatuan (politik) bangsa atau selebrasi nepo baby, ada di tangan Anda. Silahkan pilih. (*)

*) Penulis : Hasto Suprayogo (Founder at Nusantara Digital Muda/Political Consultant & Government Lobbyist)

Editor : Zainuddin Qodir