Gerai Hypermart Pakuwon Mall Surabaya Tutup Layanan per April 2025

Reporter : -
Gerai Hypermart Pakuwon Mall Surabaya Tutup Layanan per April 2025
Manajemen dan staf Hypermart Pakuwon Mal Surabaya

Eksis selama 20 tahun di Pakuwon Mall Surabaya, Hypermarket akhirnya menyerah. Jaringan ritel modern yang dimiliki oleh PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) tersebut mengumumkan untuk menghentikan layanan dan menutup ritelnya secara permananen.

Kendati demikian, manajemen Hypermarket mengimbau agar pelanggannya tidak perlu khawatir, karena Hypermarket Ciputra World dan Hypermart Royal Plaza siap membantu kebutuhan harian masyarakat.

"Pelanggan setia, terima kasih telah berbelanja di toko kami. 14 April 2025, toko kami akan ditutup untuk umum," demikian pengumuman resmi dari pihak Hypermart Pakuwon Mall Surabaya.

Dalam pengumuman resminya, pihak Hypermart Pakuwon Mall Surabaya menyampaikan, "Tidak terasa 20 tahun sudah Hypermart Pakuwon Mall Surabaya telah menemani langkah berbelanja Anda, memenuhi segala kebutuhan harian Anda. Tak hanya itu, 20 tahun kami terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik bagi Anda dan keluarga. Saat ini dengan berat hati, kami sampaikan pada tanggal 14 April 2025, Hypermart Pakuwon Surabaya ditutup untuk umum. Maka kami segenap manajemen dan seluruh staf Hypermart Pakuwon Surabaya mengucapkan terima kasih kepada pelanggan setia Hypermart Pakuwon Surabaya atas dedikasinya selama ini, menjadikan Hypermart Pakuwon Surabaya menjadi tempat berbelanja kebutuhan Anda dan keluarga. Namun tak perlu khawatir, pelanggan setia Hypermart Ciputra World dan Hypermart Royal Plaza siap menemani langkah berbelanja Anda. Terakhir dari kami, izinkan kami menyampaikan mohon maaf. Minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin."

Dengan ditutupkan gerai Hypermart di Pakuwon Mall Surabaya, akan berkurang jumlah gerai yang beroperasi. Pada tahun 2024, gerai Hypermart yang masih beroperasi sebanyak 111 gerai di seluruh Indonesia.

Padahal di era 1990-an dan awal 2000-an, Hypermarket menjadi primadona bagi masyarakat yang berbelanja kebutuhan sehari-hari, mulai dari pakaian, kebutuhan dapur, barang elektronik, sepatu dan sandal, sampai makanan dan minuman. Persaingan yang ketat antar ritel modern dan perubahan gaya hidup masyarakat disinyalir menjadi salah satu pemicu ditutupkan beberapa gerai Hypermart.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, saat ini masyarakat mendapat beragam pilihan berbelanja. Mulai dari belaja di toko ritel modern di dekat rumah hingga belanja online, dimana barang langsung di antar ke rumah.

Kemudahan dan efisiensi ini membuat masyarakat semakin tidak tertarik berbelanja di Hypermarket. Selain menghemat biaya ongkos dan juga biaya parkir dengan tidak pergi ke Hypermarket, barang yang dijual di Hypermarket juga tidak jauh berbeda dengan produk yang dijual di toko-toko ritel tradisional.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja beranggapan, salah satu penyebab pertumbuhan ritel masih seret adalah karena daya beli masyarakat yang berada dalam tren penurunan. Pelemahan daya beli masyarakat terjadi sejak tahun 2024. Selain itu, kebijakan pembatasan impor Pemerintah juga berimbas pada kinerja industri ritel 2024 yang berada dalam tekanan. (*)

Editor : Bambang Harianto