Tangan Tuhan

Dalam al-Qur’an, ada ungkapan yang kerap muncul: “tangan Tuhan.” Kalimat sederhana, tapi menyimpan kedalaman makna. Tentu bukan tangan dalam arti fisik. Sebab Tuhan—“Laysa kamitslihi syai’”—tak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya (QS. asy-Syura: 11).
Dalam momen baiat di hadapan Nabi, al-Qur’an mencatat: “Tangan Allah di atas tangan mereka” (QS. al-Fath: 10). Di ayat lain, “Karunia itu di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. Ali ‘Imran: 73). Bahkan tentang langit pun, Allah berfirman: “Langit Kami bangun dengan kekuatan (bi aydin)” (QS. adz-Dzariyat: 47).
Baca Juga: Melaksanakan Perintah "Sampaikanlah (Ilmu) walau Satu Ayat"
Semua ini bukan tentang tangan yang bisa dibayangkan. Tapi tentang kekuasaan yang tak terbatas, kasih sayang yang terus bekerja tanpa lelah, dan perhatian yang tak pernah padam.
Sebagian ulama memilih untuk mengimani tanpa membahas rinci. Sebagian lagi menakwilkannya sebagai lambang kasih, kuasa, dan pemeliharaan. Namun yang paling penting: kesadaran bahwa hidup kita ini—ada dalam genggaman-Nya.
Tangan yang sama yang meniupkan ruh ke dalam rahim, yang menumbuhkan biji di tanah, dan menggiring kita menuju cahaya. Saat rencana-rencana kita berantakan, saat hidup terasa rapuh, di sanalah kita sadar: kita ini hanya hamba. Maka ingatlah: “Di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS. Ali ‘Imran: 26).
Baca Juga: Korem Bhaskara Jaya Menggelar Peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW
Keyakinan bahwa kita hidup di tangan Tuhan bukanlah penghiburan kosong. Ia adalah sumber kekuatan. Tawakal sejati tumbuh dari sini—bukan pasrah tanpa daya, tapi sadar bahwa segala daya berasal dari-Nya. Sebab itu pula, doa menjadi berarti.
Kita sedang memohon kepada Dia yang “tangan-Nya terbuka luas, memberi kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. al-Ma’idah: 64).
Baca Juga: Pondok Pesantren Ar Roudloh Mengadakan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Tangan Tuhan dalam al-Qur’an bukanlah bagian tubuh. Ia adalah isyarat akan kehadiran-Nya yang senantiasa menjaga. Maka siapa yang merasa dalam genggaman-Nya, tak akan khawatir besok mau makan apa atau bagaimana nasib anak kita kelak. Sebab yang menggenggam adalah Dia—Yang Maha Mengetahui dan Maha Menyayangi. Dan bukankah pernah ku bisikkan bahwa Allah pun menggenggam cinta kita dalam tangan kuasa dan kasih-Nya?
*) Source : Nadirsyah Hosen (Associate Professor Melbourne Law School)
Editor : Zainuddin Qodir