Anak Usia 9 Tahun Berbisnis Jamu, Omzetnya Miliaran Rupiah

Reporter : -
Anak Usia 9 Tahun Berbisnis Jamu, Omzetnya Miliaran Rupiah
Ryu Kintaro

Disaat anak seusianya sedang asyik bermain, tapi tidak dengan Ryu Kintaro. Usianya 9 tahun. Walau masih terbilang anak-anak, dia mampu mengelola bisnis beromzet miliaran rupiah.

Dalam salah satu sesi wawancara, Ryu Kintaro mengungkapkan awal mula dirinya menjalankan bisnisnya. Menurut anak tunggal tersebut, dia sudah menjalankan bisnis sebanyak 4 kali. Keempat bisnisnya itu gulung tikar.

Tidak partah arang, diapun mencoba peruntungan di bisnis lain. Pilihannya ialah bisnis jamu. Bisnis jamu itu dipilih tanpa sengaja. Ceritanya, saat sedang sakit, dia dibelikan jamu oleh Mamanya. Saat ditenggak, rasanya pahit. Dari situ dia punya ide untuk membuka usaha jamu yang tidak pahit bagi anak-anak.

“Jadi aku kepikiran jamu yang sehat, enak tanpa rasa pahit. Terus bilang ke Mama untuk bikin usaha jamu,” kata Ryu Kintaro.

Setelah orangtuanya menyetujui, dia mulai merintis usaha cafe jamu. Modalnya bukan minta ke orangtuanya, melainkan modal sendiri. Kata Ryu Kintaro, modal untuk buka usaha jamu dialokasikan dari penghasilannya menjadi content creator di media sosial, meliputi YouTube, TikTok, dan Instagram.

“Modal pakai uang dari adsense Youtube dan endorse,” katanya.

Modal yang disediakan oleh Ryu Kintaro untuk menyewa ruko (rumah toko) sebesar Rp 50 juta per bulan. Lalu membeli peralatan cafe jamu serta operasional termasuk gaji stafnya. Total ada 4 orang yang bekerja di Cafe Jamu milik Ryu Kintaro, yang diberi nama cafe Jamu “Tjap Nyonya Kaya”.

Disaat awal buka, omzetnya dikisaran puluhan juta. Untungnya, pengalaman Ryu Kintaro jadi content creator turut mendukung bisnis jamunya. Tidak butuh waktu lama, Cafe Jamu “Tjap Nyonya Kaya” ramai pengunjung. Per hari, Ryu Kintaro menyebutkan, omzetnya bisa mencapai Rp 100 juta sampai Rp 200 juta. Dari omzet tersebut, dia mengeluarkan biaya operasional per bulan antara Rp 50 juta sampai Rp 90 juta.

Ryu Kintaro mengklaim, keunggulan jamunya selain tidak pahit, bahan-bahannya juga higinis dan terbuat dari rempah pilihan. Menu best seller ialah ramuan jahe, kunyit dan kencur. Sedangkan gula pakai gula singkong bukan gula buatan.

“Untuk laporan keuangan, diatur oleh papa dan mama. Karena aku masih belajar disitu,” jelasnya.

Ryu Kintaro beranggapan, bisnis jamu yang dijalaninya tersebut fokusnya bukan cuma mendapatkan uang. Ada dorongan lain yang mendorongnya berbisnis jamu.

“Aku mau masyarakat Indonesia bisa memiliki umur lebih panjang dan juga dengan gaya hidup yang lebih sehat dengan rutin minum jamu. Aku bikin usaha jamu itu alasannya. Aku mau bikin bisnis bukan membuat deskripsi, tapi memberi solusi. Jadi bisnis itu harus memberi manfaat buat orang, biar dicari,” ungkapnya.

Atur waktu

Tentu sebagai anak, Ryu Kintaro menyadari bahwa hidupnya tidak bisa fokus ke bisnis saja. Ada jadwal lain yang menjadi tanggungjawabnya, yaitu sekolah. Bagi Ryu Kintaro, itu bukan menjadi beban. Dia mampu mengatur antara jadwal sekolah, bisnis, dan menjadi content creator.

“Tiap hari, aku beangkat sekolah jam 07.00 pulang jam 14.00 WIB. Setelah itu, jam 3 sore les. Pulang les, jam 4 sore sampai jam 9 malam, jaga di outlet jamu sampai tutup. Outlet jamu buka dari jam 08.00 sampai jam 21.00 WIB. Di outlet, aku sebagai pemilik dan terlibat dalam operasional. Kayak membuat SOP (standar operasional prosedur) karyawan, kebersihan outlet, laporan keuangan, kritik, dan saran dari customer. Jadi kita evaluasi dan tingkatkan lagi,” katanya.

Ditanya kenapa tertarik ke dunia bisnis saat masih kecil, dengan tegas Ryu Kintaro berucap, “Saya tertarik dunia bisnis karena papa yang mendorong. Jadi saat ulang tahun di umur 7 tahun, saya dikasih kado bisnis oleh papa. Bisnisnya franchise ayam goreng gerobakan, buka di depan ruko mama. Mama bisnis ayam juga. Tapi tidak lama berjalan, sudah tutup. Karena aku masih belum bisa ngatur waktunya. Jadi tidak ada yang jaga.”

Sebelum berbisnis jamu, Ryu Kintaro melakoni 4 bisnis yang semuanya gagal. Pertama jualan nasi rice bowl, kemudian ayam goreng crispy. Lalu ayam goreng gerobakan yang sistemnya franchise. Dan content creator, dimana akun Instagram dan TikTok dibanned. Dari kegagalan itu, Ryu Kintaro kemudian mengevaluasi diri dan belajar lagi. Karena dia ingin menghabiskan jatah gagalnya di usia muda.

“Aku sudah beberapa kali bisnis, tutup. Lalu mama dan papa berpesan ke aku. Katanya, tiga kali aku jatuh, 4 kali aku harus bangkit. 4 kali aku jatuh, 5 kali aku harus bangkit. Kalau tidak gagal lagi, dijalani terus. Supaya tidak gagal lagi, pastinya evaluasi, harus mancari solusi tidak boleh malas dan tidak perlu takut untuk mencoba. Aku sadar, lebih baik aku kehilangan masa kecil aku dari pada aku kehilangan masa depan aku. Aku mau menghabiskan tiket gagal aku di masa kecil. Arti kegagalan adalah sesuatu kesalahan kita yang menyebabkan fatal, tapi kita jangan terus membiarkan kegagalan itu makin parah lagi. Apapun caranya, aku harus belajar dan cari tahu. Kalau kita tidak mau bangkit lagi, malah lebih parah. Pengalamanku dari umur 7 tahun sudah merasakan bisnis ayam goreng. Umur 5 tahun aku ngonten sendiri. Umur 6 tahun selesai pandemic buka usaha rice bowl,”ujar Ryu Kintaro.

Untuk rencana ke depan, Ryu Kintaro tak mau muluk-muluk. Dia akan fokus berbisnis. Selain outlet jamu yang dikelolanya, jika ada kesempatan, Ryu Kintaro ingin bikin produk lagi berupa sunscreen khusus untuk anak.

“Karena kulit anak sensitif, jadi aku mau bikin sunscreen untuk anak yang punya kulit sensitif,” katanya.

Menjadi pebisnis dan content creator tentu sulit untuk dijalankan bersamaan. Tapi Ryu Kintaro mampu. Kendati demikian, diminta untuk pilih menjadi content creator atau berbisnis, Ryu Kintaro mengutarakan pandangannya.

“Konten atau bisnis? Saya lebih pilih dunia bisnis. Karena bisnis tidak ada eranya dan tergantung sama kitanya. Tapi kalau lebih senang mana, pastinya konten. Karena aku lebih master disitu dan bisa main-main. Kalau bisnis main-main bisa hancur. Kalau konten main-main, bisa saja viral dan lucu. Kalau aku tahu semakin susah berbisnis itu, peluang aku makin besar. Karna bisnis itu susah, tidak semua orang melakukannya. Aku ini anak tunggal. Papa Mama tidak manjain. Dan aku sendiri. Jadi, ketika papa mama sudah tiada, pasti ninggalin harta. Jadi jika harta itu tidak bisa kelola, maka aku dari waktu kecil melakukan hal yang bermanfaat buat aku ke depannya,” kata Ryu Kintaro, yang memiliki 1,4 juta subscriber di YouTube-nya dan pernah meraih prestasi sebagai runner-up di ajang South East Asia Young Entrepreneur X Factor 2025.

Dengan penghasilan sekitar Rp1 miliar di usia 9 tahun, Ryu telah membuktikan bahwa usaha dan kreativitas dapat menghasilkan kesuksesan. Ia juga telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama anak-anak muda, untuk memulai bisnis dan mengembangkan kreativitas mereka. (*)

Editor : Zainuddin Qodir