Semalam, kajian pekanan kami penuh haru, mata berkaca-kaca. Sang gurunda bercerita, tentang bagaimana kisah Palestina, terutama dengan Hamas-nya, benar-benar bisa membuka mata.
Tak hanya mata kami, tapi mata dunia. Sejauh ini, penjajah Israel dikesankan sebagai negara yang hebat, tak terkalahkan. Nyatanya, dengan serangan tak terduga Hamas, Zionis Israel berantakan. Pada akhirnya mereka kehilangan citra.
Baca juga: Mengenal Sayap Militer Hamas : Brigade Izzuddin al-Qassam
Sementara, serangan balik ke Gaza, tidak akan bisa mengubah citra seperti semula.Kini, simpati dunia tertuju pada Hamas. Banyak kisah tentangnya. Salah satunya, tentang kisah kenapa penjuang pasukan elit Hamas-yang dikenal dengan Pasukan Brigade Izzuddin Al-Qasam-selalu memakai penutup wajah?
Apakah karena takut dikenali oleh pasukan Zionis Israel? Jawabnya tidak. Diceritakan, bagaimana mereka selalu memakai penutup wajah saat bertempur, sesuai dengan instruksi Syech Ahmad Yasin, Sang pendiri gerakan.
Menutup wajah untuk menjaga keikhlasan, tidak ujub, takabur, sombong dan tentu saja, selain itu, untuk menjaga kerahasiaan perjuangan mereka.
Ada kisah menarik tentangnya. Suatu Ketika, di sebuah terowongan, Pasukan Brigade Al-Qasam (sayap militer Hamas) dikumpulkan. Mereka semuanya diminta membuka penutup wajah masing-masing.
Baca juga: Sorotan dari Pidato Juru Bicara Brigade Qassam Abu Ubeyde pada hari ke-38 Perang
Sesuai instruksi, semua pasukan pun membuka penutup wajah mereka masing-masing. Ternyata tak semua membuka. Ada satu yang keras menolak, terus menolak. Sampai seluruh pasukan sangat penasaran. Hingga akhirnya, sang tokoh misterius itupun membuka penutup wajahnya.
Semua kaget.Tokoh itu, tak lain tak bukan Ismail Haniya, Perdana Menteri Palestina, sang pemimpin Hamas. Semua terkejut, tak menyangka, satu dari pasukan yang sama-sama berjuang di garis depan adalah pemimpinnya sendiri, ikut berjihad di medan pertempuran. Berada di garda terdepan Pertempuran Gaza, Palestina. Akhirnya semua memeluknya dengan penuh kecintaan dan keharuan.
Dialah sang tokoh itu. Dia yang hapal Al-Quran 30 juz. Pemimpin yang sangat dicintai rakyatnya. Pemimpin dengan perut lapar karena mendahulukan rakyatnya. Tidur dengan alas tikar dan selalu berpatroli setiap malam untuk memastikan keamanan rakyatnya.
Baca juga: Zero Meter Strategy
Cerita lain menyebutkan, bagaimana ketika berlangsung blokade oleh Zionis terhadap Gaza, pemerintahan Hamas di Gaza, terancam bangkrut, dan tidak mampu membayar gaji para pegawainya, sampai-sampai Perdana Menteri Ismail Haniya, menjual hartanya, termasuk perabotan rumahnya. Dibagikan kepada mereka yang membutuhkannya.
Sebuah kisah haru, indah dan sulit dicari tandingan spirit perjuangannya. (*)
*) Source : Yons Achmad (Kolumnis, tinggal di Depok)
Editor : Ahmadi