Insiden Black September, 1972
Pembantaian 11 orang atlet Israel oleh militan Palestina saat Olimpiade Munich, Jerman. Black September dalam sejarah Timur Tengah merujuk pada 2 hal :
Pertama adalah kasus pengusiran penduduk Palestina dari Yordania karena membuat rencana penggulingan kekuasaan Yordan (September 1970- Juli 1971).
Baca Juga: Ribuan Massa Gelar Aksi Damai, Mars "Viva Palestina" Menggema di Madiun Raya
Kedua, adalah sebuah komplotan yang lahir setelah kejadian tersebut dan menggunakan nama "Black September" untuk mengenang kejadian pertama.
Untuk kali ini, yang akan kita bahas adalah Black September kedua, yakni faksi di bawah Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang mengintervensi Olimpiade Munich pada tahun 1972.
Olimpiade Munich pada tahun 1972.
Operasi ini diberi nama Iqrit dan Biram, yang merupakan nama 2 desa di Palestina yang mayoritasnya beragama Kristen dan diusir oleh Israel sejak tahun 1948. Ketua aksi ini bernama Lutfi Afif, seorang keturunan Yahudi-Kristen yang memiliki gelar insinyur dari pendidikannya di Jerman.
Pada tanggal 5 September 1972, kelompok perlawanan Palestina bernama Black September menyusup masuk ke asrama atlet Israel di Munich. Saat itu tengah diadakan Olimpiade Munich yang mengundang para atlet dari seluruh dunia.
Semua bermula pada pukul 04.30 dini hari waktu setempat, 8 orang anggota BS menyelusup dengan melompati pagar setinggi 1.8 meter.
Penjagaan saat itu memang tidak terlalu ketat, karena Olimpiade sudah memasuki minggu kedua, dan Jerman sedang menunjukkan pada mata dunia bahwa negara mereka tidak terlalu militer, bersahabat untuk dikunjungi dan aman.
Ketika berhasil masuk ke apartemen asrama dengan tas berisi senjata, anggota Black September sempat membuat kegaduhan saat mengumpulkan para sandra. Akibatnya, seorang atlet gulat Israel, Yossef Gutfreund bangun dan segera menahan pintu asrama dengan tubuhnya agar tidak bisa dimasuki oleh Black September.
Berkat tindakan Yossef ini, 2 orang atlet berhasil melarikan diri. Namun Yossef sendiri akhirnya tewas ditembak. Begitu pula dengan 1 orang atlet angkat berat dan pelatih Yossef, ketiganya tewas di asrama tersebut.
Selanjutnya anggota Black September menyandera 8 orang atlet yang tersisa. Mereka menuntut beberapa poin, diantaranya pembebasan terhadap 234 tawanan Palestina di Israel, pembebasan 2 pimpinan kelompok kiri Baader-Mainhoff dari penjara Jerman Barat.
Andreas Baader dan Ulrike Mainhoff
Para Polisi Jerman sudah berusaha untuk menggagalkan penyanderaan. Namun mereka melakukan kesalahan besar karena stasiun televisi menyiarkan secara live usaha Polisi penyergapan itu, sehingga anggota Black September di asrama bisa memantau dan mengetahui posisi para polisi lewat tv.
Baca Juga: IDI Dan Universitas Syiah Kuala Berikan Beasiswa Pendidikan untuk Mahasiswa Palestina
Setelah usaha pelepasan sandera gagal, Jerman mulai mempertimbangkan untuk memenuhi permintaan anggota Black September. Namun persyaratan yg ditawarkan oleh Black September ditolak mentah mentah oleh Israel. Mereka enggan membebaskan 234 tahanan Palestina.
Setelah tidak ada kemajuan, Black September, lalu meminta syarat lainnya : mereka minta diberikan jalan untuk terbang ke Kairo, Mesir. Permintaan ini lalu dikabulkan oleh Jerman.
Dua helikopter disiapkan untuk membawa anggota Black September beserta 8 sandra atlet Israel ke bandara terdekat yang bernama Furstenfeldbruck. Di bandara itu sudah terdapat pesawat Air Jet 727 yang disediakan untuk mengantarkan mereka ke Mesir. Namun Jerman tidak benar benar melakukan permintaan Black September. Pesawat itu "palsu".
Mereka sudah menyiapkan 16 orang polisi yang menyamar sebagai kru pesawat tersebut untuk melumpuhkan para anggota Black September, serta 5 orang sniper yang sudah siap membidik ke landasan pacu.
Namun Polisi Jerman kembali melakukan blunder. Pertama, mereka hanya menyiapkan 5 sniper, karena salah perkiraan jumlah anggota Black September. Lalu, 16 Polisi yang menyamar sebagai kru pesawat tiba-tiba saja pergi meninggalkan pesawat sesaat sebelum helikopter yang membawa Black September dan sandera mendarat.
Ketika salah satu anggota Black September memeriksa pesawat dan mendapati di dalamnya kosong, ia langsung sadar bahwa mereka dijebak. Baku tembakpun tidak bisa dielakkan di bandara yang gelap malam itu.
3 orang anggota Black September tumbang pada aksi baku tembak tersebut, namun 1 orang anggota Black September pada saat sudah terdesak sempat melemparkan granat ke helikopter berisi para atlet yang mereka sandera. Helikopter itupun meledak dan menewaskan 8 orang atlet Israel yang tersisa.
Baca Juga: Bea Cukai Soekarno Hatta Bantu Kelancaran Pengiriman Bantuan Kemanusiaan
Helikopter yang meledak
Aksi ini kemudian menjadi salah satu nota hitam kegagalan pihak keamanan Jerman menyelamatkan sandra. Mereka dicap gagal total tanpa berhasil menyelamatkan satupun nyawa.
Apalagi kegagalan ini disebut sebut karena begitu amatirnya regu yang diturunkan sehingga banyak kesalahan tindakan dan kebocoran taktik yang terjadi. Korban jiwa dalam insiden ini terdiri dari 11 orang atlet Israel, 5 orang anggota Black September (sebagian menyebut 3), dan seorang Polisi Jerman.
Pasca kasus ini, sisa sisa kelompok Black September diburu oleh Mossad melalui operasi "Wrath of God" atau "Murka Tuhan".
Black September akhirnya dibubarkan oleh PLO pada tahun 1974, dan insiden Olimpiade Munich ini menjadi pelajaran besar bagi tuan rumah olimpiade selanjutnya. (*)
*) Source : mwv_mystic
Editor : Ahmadi