Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang sering menjadi ancaman serius di Indonesia, terutama saat musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Mengingat tingginya angka kejadian DBD di Indonesia saat ini, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami gejala, cara pencegahan, dan penanganan penyakit ini.
DBD memiliki gejala utama yang harus diwaspadai, seperti demam tinggi mendadak yang dapat mencapai 40°C, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi yang terasa sangat menyakitkan (sering disebut sebagai "breakbone fever"), ruam kulit yang muncul beberapa hari setelah demam, serta mual dan muntah. Pendarahan ringan seperti gusi berdarah atau mimisan juga dapat terjadi.
Baca juga: Mahasiswa Universitas Airlangga Kunjungi Bea Cukai Tanjung
Gejala-gejala ini biasanya muncul 4-10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Pada kasus yang parah, DBD dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah, penurunan jumlah trombosit, dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan baik.
Mencegah penyebaran DBD membutuhkan upaya kolektif dari seluruh lapisan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang efektif antara lain menguras tempat penampungan air secara rutin untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk, menutup rapat tempat-tempat yang bisa menampung air seperti drum, tong, dan bak mandi, serta mendaur ulang atau mengubur barang bekas yang dapat menampung air seperti kaleng, ban bekas, dan botol plastik.
Selain itu, penggunaan kelambu saat tidur dan pemasangan kawat kasa pada jendela serta ventilasi untuk mencegah masuknya nyamuk juga sangat dianjurkan. Penggunaan obat nyamuk, baik berupa lotion, semprotan, atau obat nyamuk elektrik, sangat penting untuk menghindari gigitan nyamuk.
Penanganan DBD harus dilakukan segera setelah gejala muncul untuk mencegah kondisi yang lebih buruk. Beberapa langkah yang bisa diambil meliputi istirahat yang cukup dan banyak minum cairan untuk menghindari dehidrasi, pemberian obat penurun demam seperti paracetamol, namun hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen karena dapat meningkatkan risiko pendarahan. Pemantauan medis yang intensif, terutama pada kasus yang menunjukkan gejala parah seperti pendarahan hebat atau penurunan kesadaran, sangat penting.
Demam Berdarah Dengue adalah ancaman kesehatan yang nyata dan memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Upaya pencegahan yang efektif dan penanganan yang tepat waktu dapat mengurangi risiko dan dampak dari penyakit ini. Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan melaksanakan langkah-langkah pencegahan adalah kunci untuk mengendalikan penyebaran DBD. (*)
Daftar Pustaka
Baca juga: Mahasiswa Universitas Airlangga Kunjungi Bea Cukai Tanjung
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
2. World Health Organization. (2020). Dengue and Severe Dengue. Diakses dari
[https:https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue
](https:https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengu e).
Baca juga: Kanwil IV KPPU dan FEB Unair luncurkan Program Empowering Usaha Mikro Kecil
3. Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Dengue: Symptoms and Treatment. Diakses dari (https:https://www.cdc.gov/dengue/symptoms/index.html](https:https://www.cdc.gov/den gue/symptoms/index.html).
4. Harapan, H., et al. (2019). "Epidemiology of dengue hemorrhagic fever in Indonesia: Analysis of five decades data from the National Disease Surveillance." BMC Public Health, 19(1), 1243.
5. Shepard, D.S., et al. (2016). "The global economic burden of dengue: a systematic analysis." The Lancet Infectious Diseases, 16(8), 935-941.
*) Penulis : Agnes Florecita (Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unair)
Editor : Redaksi