Kisah Kiai Hasan Dirikan Pesantren Genggong Probolinggo

avatar Redaksi
  • URL berhasil dicopy
Kiai Hasan Genggong
Kiai Hasan Genggong
grosir-buah-surabaya

“Kiai Hasan Genggong,” ujar Abah Guru Sekumpul.

"Jika tidak ada murid Syeikh Hasan Genggong yang uzlah ke gunung-gunung dan hutan, maka hancur Indonesia, sebab banyak maksiat. Cuma yang uzlah itu jadi tongkat-tongkat ke langit".

Siapakah Syekh Hasan Genggong? Dulu, dalam suatu majelis, Habib Ali Kwitang pernah berjumpa dengan Kyai Moh. Hasan Genggong. Sejenak Habib Ali Kwitang tertegun. Lalu dipeluknya Kyai Hasan sepuh dengan penuh keharuan.

Air mata mengaliri pipi Habib Ali Kwitang. Saat itu ada seorang yang menemani Habib Ali Kwitang dan bertanya : “Bib, siapakah orang tua yang sangat sepuh ini yang engkau peluk tubuhnya?”.

Sambil menyeka air mata, Habib Ali Kwitang berkata : “Ketahuilah anakku. Aku sering bermimpi berjumpa dengan Rasulullah. Dan aku sering mendapati orang sepuh ini ikut mengiringi Rasulullah sambil memegangi tangan Rasulullah…” jawab Habib Ali sambil menunjuk kepada Kyai Hasan Genggong.

Kiai Hasan Genggong adalah seorang Sholihin. Beliau Pendiri Pesantren Genggong Daerah Kraksan Probolinggo. Jika Kiai Hasan akan kedatangan tamu dari ahlul bait (keturunan Rasulullah), Beliau langsung keluar sambil berlari dan berkata, "Ada rahatul Mustofa/wangi Nabi Muhammad.”

Padahal cucu Rasul tadi masih belum sampai ke tempat Kiai Hasan Genggong. Diantara keramat Kiai Hasan Genggong adalah cerita datangnya seorang tamu yang menyewa sebuah mobil dengan seorang sopir Habib. Cuma, ceritanya, tamu yang menyewa itu tidak mengetahui kalau sopir tersebut adalah seorang Habib.

Kiai Hasan Genggong berkata kepada anak-anaknya, “Ayo rapikan kamar. Kita mau kedatangan Habib”.

Setelah orang itu datang ke rumah Kiai Hasan Genggong, beliau bertanya, "Mana sopirmu?"

“Sopir saya tidur Kiai,” kata tamu tersebut.

“Di mana tidurnya?” tanya Hasan Genggong.

“Di mobil, Kiai,” kata tamu.

“Saya mau dekati sopir itu, boleh minta izin,” kata Hasan Genggong.

Setelah mendapatkan izin, Kiai Hasan Genggong mendekati mobil sang tamu.

“Habib, bangun Bib!" pinta Kiai Hasan Genggong.

Sang sopir itu jelas kaget karena selama ini tidak ada yang memanggilnya Habib.

Bila Kiai Hasan Genggong ditanya oleh orang lain tentang bagaimana cara mengetahui kalau sopir itu adalah Habib, beliau selalu menjawab begini, "Saya tahu karena bau keringatnya adalah bau keringat Kanjeng Nabi Muhammad SAW Subhanallah.”

Kiai Hasan Genggong juga memiliki taalluq batin dengan Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi Sohibul Maulid.

Diceritakan ketika zaman Alhabib Ali bin Muhammad bin Husain Al Habsyi Seiwun (Pengarang Maulid Simthud Durar), ada seorang Auliya Allah bernama Al habib Abdul Qadir bin Quthban Assegaf. Habib Abdul Qadir bin Quthban adalah seorang alim yang sangat gemar bersilaturrahim kepada para ‘alim ulama’ para Waliyullah yang masih hidup di zaman tersebut.

Kegemaran Beliau bersilaturrahim bukan hanya terbatas di wilayah Hadramaut Yaman saja. Tapi juga sampai ke Pulau Jawa Indonesia. Bahkan juga sampai ke kediaman Hadratussyaikh KH. Mohammad Hasan Sepuh Genggong Probolinggo. Ketika tiba di kediaman Kiai Hasan Sepuh Genggong, Habib Abdul Qadir disambut dengan ramah.

Beliau berdua pun berbincang bincang. Tentunya dengan bahasa arab. Sampai pada akhirnya kiai Hasan sepuh bertanya, yang kalau diterjemahkan: “Habib, bagaimana kabarnya Habib Ali Habsyi Seiwun (pengarang Simtudhurar)?”

Ditanya seperti itu, Habib Abdul Qadir terkejut dan terheran-heran. Bagaimana bisa Kiai Hasan Sepuh Genggong mengenali Habib Ali Habsyi Seiwun. Sedangkan Kiai Hasan secara dzahir tidak pernah ke Hadramaut Yaman, dan Habib Ali Habsyi Seiwun juga tidak pernah ke Indonesia.

Seolah mengetahui apa yang ada di hati Habib Abdul Qadir, Kiai Hasan kembali berkata, “Habib Ali Al Habsyi Seiwun itu kulitnya seperti ini (menyebutkan), wajahnya begini (menyebutkan), kalau duduk seperti ini (disebutkan), jalannya seperti ini (disebutkan) di kediaman Habib Ali rumahnya seperti ini (menyebutkan). Di depannya ada masjid bernama Masjid Riyadh dan tiangnya ada (menyebutkan).”

Dan bertambah kagumlah Habib Abdul Qadir bin Quthban. Takjub oleh Kiai Hasan Sepuh Genggong yang menyebutkan secara detail seolah-olah beliau sangat akrab dengan Habib Ali Al-Habsyi. (*)