Salakanagara, Sebuah Misteri yang Belum Terpecahkan

Reporter : -
Salakanagara, Sebuah Misteri yang Belum Terpecahkan
Salakanagara
advertorial

Salakanagara dikenal sebagai kerajaan tertua di Nusantara yang berdiri di wilayah barat pulau Jawa, tepatnya di daerah yang sekarang menjadi bagian dari provinsi Banten. Kerajaan ini diyakini sebagai cikal bakal peradaban masyarakat Sunda. Nama "Salakanagara" berarti "Negeri Perak," karena di daerah tersebut diyakini kaya akan logam perak.

Sebuah literatur yang ditulis Claudius Ptolemaeus pernah menyebut suatu tempat bernama Argyre dalam bukunya, Geographia, yang ditulis kira-kira tahun 150 Masehi. Argyre, menurut ilmuwan Yunani itu, berada di dunia timur yang sangat jauh, tepatnya di bagian barat sebuah pulau bernama Iabodio. Penyebutan pulau ini kemudian dikait-kaitkan dengan istilah Yawadwipa alias Jawa.

Riwayat Kerajaan Salakanagara memang berselimut misteri yang cukup pekat. Tak hanya soal mitos Argyre, hal-hal lain terkait kerajaan yang didirikan pada 130 M (tepat 20 tahun sebelum Ptolemaeus menerbitkan Geographia) ini masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti dan pakar sejarah.

Asal-Usul dan Sumber Sejarah

Naskah Kuno: Informasi mengenai Salakanagara sebagian besar berasal dari naskah-naskah kuno seperti Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa, beberapa sumber asing seperti kronik Tiongkok dan Wangsakerta. Naskah-naskah ini umumnya ditulis beberapa abad setelah masa Kerajaan Salakanagara, sehingga akurasinya perlu dikaji lebih mendalam.

Terlebih, bukti arkeologis langsung dari keberadaan Salakanagara masih sangat minim, sehingga sebagian besar informasi yang ada sampai saat ini hanya bersifat hipotetis berdasarkan interpretasi dari sumber tertulis.

Lokasi dan Pusat Kerajaan

Kerajaan Salakanagara diperkirakan terletak di daerah pesisir barat Jawa, kemungkinan besar di daerah sekitar Teluk Lada, Pandeglang, Banten. Daerah ini strategis sebagai pusat perdagangan karena dekat dengan Selat Sunda, yang merupakan jalur utama perdagangan internasional pada masa itu. Kerajaan ini memiliki hubungan dagang yang kuat dengan bangsa India, Persia, Cina, dan Arab, terutama dalam komoditas seperti emas, perak, dan rempah-rempah.

Kerajaan Salakanagara sering disebut sebagai cikal bakal Kerajaan Tarumanegara, yang muncul setelah Salakanagara mulai memudar. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa Tarumanegara adalah kelanjutan atau kerajaan penerus dari Salakanagara, karena adanya hubungan kekerabatan dan geografis antara keduanya.

Kehidupan dan Kebudayaan

Salakanagara diyakini kerajaan yang menganut agama Hindu-Buddha, seperti kerajaan-kerajaan awal di Nusantara lainnya. Pengaruh India sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Salakanagara, termasuk agama, kesenian, dan sistem pemerintahan.

Dengan lokasinya yang sangat strategis terhadap jalur perdagangan rempah-rempah Nusantara, Salakanagara diperkirakan memiliki hubungan perdagangan yang luas dengan berbagai wilayah di Asia Tenggara dan bahkan India.

Selain perdagangan rempah-rempah, kegiatan pertanian juga menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat Salakanagara. Mereka mengolah lahan untuk menghasilkan berbagai jenis tanaman pangan.

Asal Usul dan Pendiri - Salakanagara didirikan sekitar abad ke-2 Masehi dan raja pertama Salakanagara, memerintah dengan gelar Dewawarman I. Ia disebutkan sebagai pendiri dinasti Dewawarman, yang keturunannya memerintah selama beberapa generasi.

Kota Rajatapura menjadi pusat pemerintahan Raja Dewawarman I (130-168 M) hingga era Raja Dewawarman VIII (348-362 M). Di era raja selanjutnya, Dewawarman IX, Salakanagara dikuasai oleh Kerajaan Tarumanegara. Menariknya, Salakanagara pernah dua kali dipimpin oleh ratu, yakni Mahisa Suramardini Warmandewi (276-289 M) dan Sphatikarnawa Warmandewi (340-348 M).

Kendati hanya bertahan dua abad saja, namun garis turunan penguasa Salakanagara dipercaya melahirkan raja-raja di banyak kerajaan besar di Nusantara, termasuk Pajajaran, Sriwijaya, juga Majapahit. Ataukah mungkin, Kerajaan Salakanagara inilah yang sering disebut sebagai Sunda Empire?

*) Source : Tommy Shelby

Editor : Syaiful Anwar