PMTL JTQ Jawa Timur Adakan Tasyakuran Akbar Khataman Al-Qur’an Berbagai Riwayat

Reporter : -
PMTL JTQ Jawa Timur Adakan Tasyakuran Akbar Khataman Al-Qur’an Berbagai Riwayat
Pengurus PMTL JTQ Jawa Timur
advertorial

Program Murattal Tujuh Lagu (PMTL) Jam’iyuah Tilawatil Qur’an (JTQ) Provinsi Jawa Timur, akan menyelenggarakan tasyakuran akbar khataman Al-Qur’an berbagai riwayat. Acara religius itu bakal digelar di Masjid Hidayatullah, Jl. Raya Kandangan nomor 21 Surabaya, pada Sabtu malam (28/12/2024), pukul 19.00 WIB, sampai selesai.

Hal itu disampaikan Pembina PMTL, sekaligus Ketua JTQ Jawa Timur, Choirul Anam Djabar, dalam siaran pers yang diterima Lintasperkoro.com, pada Sabtu pagi (28/12/2024). Abah Anam, panggilan akrab Choirul Anam Djabar, menjelaskan terdapat delapan orang yang akan melaksanakan tasyakuran Khataman Al-Qur’an tersebut. Mereka masing-masing Sugiyono, Suwito, Rifa’i, Kholilah, Sri Wahyuni, dan Sumarti (Jamak Riwayat Syu’bah dan Hafsh Imam Ashim). Sedangkan M. Junaidi (Riwayat Qalun Imam Nafi’) dan Nor Azizah (Riwayat Warsy Imam Nafi’).

“Para pengkhatam Al-Qur’an tersebut, semuanya telah mengkhatamkan/menyetorkan bacaan 30 juz kepada kami, baik secara langsung maupun online, yakni melalui voice note WhatsApp, Google Meet, Zoom, maupun live bersama Youtube,” urai Abah Anam didampingi perwakilan pengkhatam Al-Qur’an, Moh. Junaidi kepada para wartawan di Kedai Ketan Punel, Jalan Raya Darmo Surabaya.

Disampaikan Abah Anam lebih lanjut, para pengkhatam Al-Qur’an tersebut, semua melalui tahapan-tahapan penilaian yang dilakukan panitia sebelumnya. Di antaranya, mereka wajib setor surat-surat pendek terlebih dahulu, mulai dari Al-Fatihah, An-Naas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan seterusnya sampai Adh-Dhuha.

Berikutnya, sambungnya, mereka juga diwajibkan melalui tahapan setoran buku ‘Kembali ke Al-Baghdadi Menuju Murattal Tujuh Lagu’.

“Buku yang kami susun ini sebenarnya mengutip dari kitab ‘Al-Baghdadi’. Metode membaca Al-Qur’an yang dulu dikenal dengan ‘Turutan’, yang saat ini banyak dilupakan orang seiring munculnya metode-metode baru,” tutur Abah.

Buku tersebut, lanjut Abah, tidak semuanya mengutip dari ‘Al-Baghdadi’, akan tetapi sudah kami kombinasikan dengan sumber-sumber lain, dan semuanya menjadi 18 pelajaran.

Setelah menyelesaikan 18 pelajaran tersebut, para peserta diharapkan bisa menghafalkan surat-surat pendek, mulai dari Surat Al-Fatihah, An-Naas, Al-Falaq, dan seterusnya sampai Adh-Dhuha.

“Setelah itu, ada bacaan Surat Yasin. Karena Surat Yasin sering digunakan di masyarakat,” ujar Abah Anam.

Tahap selanjutnya, mereka diminta menyelesaikan Surat Yasin yang juga diarahkan untuk mempelajari tujuh lagu Al-Qur’an yang sudah disepakati oleh ulama qurra, yakni lagu Bayyati, Hijaz, Shaba, Rast, Jiharkah, Sika, dan Nahawand.

advertorial

“Masing-masing lagu tersebut ada referensinya. Misalnya, lagu bayyati dengan referensi Surat Al-Buruj, lagu Hijaz Surat Al-Fajr, Lagu Shaba Surat Al-Balad, Lagu Rast Surat Al-A’la, dan seterusnya,” jelas dia.

Yang perlu diketahui, bahwa semua pelajaran da isi dalam buku tersebut, terdapat barcode cara membacanya dengan mengarah ke link Youtube.

Disebut Abah Anam, setelah mengkhatamkan ‘Al-Baghdadi’, baru para peserta PMTL mengaji yang dimulai Surat Al-Baqarah. Mereka diharapkan sudah bisa menerapkan ketujuh lagu tersebut kepada ayat-ayat yang lain.

“Sehingga setiap pertemuan, mereka ganti lagu,” tandas Abah Anam.

Abah Anam juga menjelaskan, ketika sampai pada Al-Qur’an, para peserta PMTL langsung diarahkan ke riwayat lain selain Riwayat Hafsh yang sudah biasa kita pakai. Seperti Riwayat Syu’bah, Qalun, Warsy, dan sebagainya.

Abah Anam juga menjelaskan, selain mengaji Al-Qur’an, para peserta juga diajak bersama-sama mempelajari kitab tajwid, masing-masing Hidayatush-Shibyan, Tuhfatul Athfal, Jazariyah, dan Asy-Syatibiyah. Semua kitab tersebut berbentuk nadhaman (syair) dengan menggunakan lagu yang lain setiap kitabnya.

“Kitab Hidayatush-Shibyan dan Tuhfatul Athfal fokus membahas hukum nun sukun dan tanwin bertemu dengan huruf hijaiyah, mim sukun bertemu dengan huruf hijaiyah, hukum mad (panjang-pendek) dan lainnya. Sementara kitab Jazariyah lebih fokus pada pembahasan makharijul huruf dan sifatul huruf. Dan kitab Syatibiyah membahas soal Riwayat,” jelas Abah Anam. (fin)

Editor : Bambang Harianto