Sejarah Panjang Kudus Dijuluki Kota Kretek

lintasperkoro.com
Rokok produksi dari Malang

Kenapa Kudus yang mendapat julukan sebagai Kota Kretek? Padahal, saat ini banyak sekali bermunculan rokok kretek yang berasal dari Malang. Rokok apa aja yang berasal dari Malang?

Ada rokok Win, Gajah Baru, Andalan, Ares, Grendel, Bentoel, Dunhil, dan masih banyak lagi kalau mau disebut satu-satu. 

Baca juga: Bea Cukai dan Polri Gagalkan Peredaran 7 Juta Batang Rokok Ilegal di Tanjung Perak

Jumlah pabrik rokok di Kudus bakal kalah jumlahnya dibandingkan Malang. Tapi kenapa julukan Kota Kretek masih melekat di Kota Kudus?

Berdasarkan hasil data, menemukan catatan bahwa kejayaan Kudus sebagai Kota Kretek bermula pada abad ke-19. Saat itu, permintaan rokok sangat masif. Hingga akhirnya diproduksi besar-besaran oleh H. Nitisemito.

Saat itu rokok kretek menjadi satu-satunya industri yang bisa bertahan lama pada masa penjajahan dibanding industri lain yang hanya bertahan seumur jagung, seperti industri konveksi di Surabaya dan juga di Kudus.

Rokok Produksi Nitisemito yang terkenal bernama rokok Tjap bal Tiga. Sejak itu namanya terkenal di Bumi Nusantara sebagai orang sipil yang kaya raya.

Ia membangun 2 rumah besar dengan bentuk yang sama di dua sisi pinggir sungai bernama Kaligelis. Rumah itu terkenal dengan sebutan rumah kembar.

Selain rumah kembar, H. Nitisemito membangun rumah yang mirip dengan kapal laut. Walaupun saat ini tidak terawat, tiga bangunan rumah ini masih bisa dilihat di Kudus.

Industri rokok kretek Nitisemito bangkrut gara-gara diakuisisi penjajah setelah ketahuan ikut serta membiayai dan menyembunyikan para gerilya melawan penjajah. Jatuhnya industri rokok kretek milik H. Nitisemito tidak melemahkan niat orang Kudus memproduksi rokok kretek. Justru sebaliknya, makin banyak orang-orang Kudus bermunculan membangun industri rokok kretek. Karena, makin banyak permintaan, sampai keluar negeri.

Baca juga: Kanwil Bea Cukai Jatim I Musnahkan Barang Kena Cukai Ilegal Senilai Miliaran Rupiah

Saat itu belum banyak aturan Pemerintah Indonesia yang tidak berpihak pada industri rokok kretek. Jumlah industri yang ada di Kudus mencapai ribuan, baik skala rumahan hingga industri skala besar.

Sekitar tahun 2000-an, masih banyak industri rumahan yang beroperasi. Sehingga setiap orang yang datang ke Kudus pulangnya selalu membawa oleh-oleh rokok kretek. Karena saking banyaknya pabrik rokok rumahan di Kudus.

Industri rokok rumahan tidak beroperasi lagi setelah diberlakukannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 200 dan PMK nomor 4 tahun 2008, di pasal 3 ayat 3 yang mengatur tentang lokasi dan bangunan atau tempat usaha industri kretek. Salah satu bunyinya “memiliki luas bangunan paling sedikit 200 m2".

Aturan ini, tidak mungkin terpenuhi industri rumahan. Akibatnya, banyak industri rokok kretek rumahan berguguran. Tdak tanggung-tanggung sampai ribuan industri, dan yang tersisa hanya ratusan.

Baca juga: 52.200 batang Rokok Ilegal Ditindak Bea Cukai Luwuk

Seiring berjalannya waktu, dari ratusan industri menjadi hanya puluhan saja termasuk yang besar dan menjadi penopang industri Kota Kudus, yakni PT Djarum, Kudus.

Sedari dulu hingga sekarang, keberadaan pabrik rokok kretek jadi salah satu penopang perekonomian masyarakat. Keberadaannya sangat dibutuhkan bahkan diharapkan.

Sebagai contoh, orang yang bekerja di pabrik rokok Djarum Kudus dengan gaji bulanan masuk dalam kelas tertinggi strata sosial, sejajar dengan pegawai negeri sipil (PNS), guru sekolah swasta favorit, bahkan menjadi calon menantu idaman.

Karena sejarah panjang keberadaan kretek bermula dari Kudus itulah, makanya Malang sampai saat ini belum bisa menggantikan Kudus sebagai Kota Kretek walupun jumlah pabrik rokoknya saat ini lebih banyak dari Kudus. (*)

Editor : Ahmadi

Peristiwa
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru