Muhammad Alfan Mau Dibunuh Sebelum Tewas di Sungai Brantas

avatar Arif yulianto
  • URL berhasil dicopy
Rio Filian Tono
Rio Filian Tono
grosir-buah-surabaya

Muhammad Alfan (17 tahun), siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Raden Rahmat ditemukan tewas pada Senin, 5 Mei 2025, sekitar pukul 17.00 WIB, di Sungai Brantas masuk Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo. Muhammad Alfan sebelumnya dinyatakan hilang sejak 2 Mei 2025.

Dari dakwaan, disebutkan bahwa ada upaya pembunuhan terhadap Muhammad Alfan. Pelakunya ialah Rio Filian Tono yang saat ini sedang diadili di Pengadilan Negeri Mojokerto. Sidang perdana digelar pada Senin, 3 November 2025.

Surat dakwaan dibacakan oleh W Erfandy Kurnia Rachman selaku Jaksa Penuntut Umum (JPU). W Erfandy Kurnia Rachman menguraikan secara runtut peristiwa sebelum Muhammad Alfan ditemukan tewas.

Peristiwa berawal pada Jumat, 02 Mei 2025, sekitar pukul 09.00 WIB, berlokasi di kebun barat PT Sosro Desa Awang-awang, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Saat itu, Rifki Raditia Pratama bermain futsal bersama dengan Samsul Arifin, Muhammad Alfan, Afif Muzaki Arif alias Apep, dan beberapa teman lainnya. Pada saat permainan berlangsung, terjadi pergesekan hingga bersitegang antara Rifki Raditia Pratama dengan Samsul Arifin yang mengakibatkan Rifki Raditia Pratama tidak terima.

Rifki Raditia Pratama menantang Samsul Arifin untuk berkelahi di belakang pabrik Sosro yang terletak tidak jauh dari tempat bermain futsal dengan disaksikan oleh Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif. Akibat perkelahian tersebut, Rifki Raditia Pratama mengalami kekalahan dengan kondisi wajah yang memar dan luka lebam.

Sekitar pukul 17.30 WIB, Rifki Raditia Pratama pulang ke rumahnya yang beralamat di Dusun Bendomungal, Desa Kedungmungal, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Rifki bertemu dengan ibunya, Rini Cahyani dan ayahnya, Khoiril. Rifki ditanya memar dan luka lebam pada wajah Rifki Raditia Pratama.

Dijawab oleh Rifki Raditia Pratama bahwa memar dan luka lebam pada wajahnya disebabkan karena jatuh dari sepeda.

Sekitar pukul 18.00 WIB, Khoiril meminjam handphone milik Dani Kurniawan untuk menghubungi Rio Filian Tono yang merupakan paman dari Rifki Raditia Pratama untuk memberitahu terkait dengan memar dan luka lebam pada wajah Rifki Raditia Pratama.

Sekitar pukul 18.45 WIB, Rio Filian Tono menghampiri Rifki Raditia Pratama yang sedang berada di rumah neneknya yang beralamat di Dusun Bendomungal, Desa Kedungmungal, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Di lokasi tersebut, Rio Filian Tono bertemu dengan Rifki Raditia Pratama dan melihat langsung kondisi wajah Rifki Raditia Pratama yang mengalami memar dan luka lebam yang dialaminya.

Rio Filian Tono menanyakan kepada Rifki Raditia Pratama dengan mengucap, “Mari lapo awakmu (Kenapa kamu)".

Dijawab oleh Rifki Raditia Pratama dengan mengucap “Gelot Lek (berkelahi Om)”.

Rio Filian Tono melihat kondisi Rifki Raditia Pratama yang mengalami memar dan luka lebam di bagian mata bagian kanan dan kiri, serta pelipis bagian kanan, kemudian Rio Filian Tono mengucap kepada Rifki Raditia Pratama, “Awakmu iki duel opo dikroyok ? (Kamu ini duel apa dikeroyok?)”.

Dijawab oleh Rifki Raditia Pratama, “Duel Lek karo Samsul (Duel Om dengan Samsul”.

Mendengan jawaban Rifki Raditia Pratama tersebut, kemudian Rio Filian Tono menyangka bahwa memar dan luka lebam tersebut merupakan akibat dari pengeroyokan.

Dengan nada marah dan emosi, Rio Filian Tono menyampaikan kepada Rifki Raditia Pratama bahwa ingin membalas dengan memukul pelaku pengeroyokan tersebut, bahkan menyatakan bahwa apabila perlu akan dibunuh untuk membalas perbuatan tersebut. Setelah itu, Rio Filian Tono mengajak Rifki Raditia Pratama pulang ke rumahnya dengan berboncengan menggunakan sepeda motor milik Rio Filian Tono.

Di perjalanan, Rio Filian Tono kembali mengucapkan, “Awakmu iki dikeroyok. Aku gak terimo. Ngeneki pasti iki wes direncanokno ambek areke. Engko tetep tak gole'i arek iku. Tak antemane arek iku opo tak patenane (Kamu ini dikeroyok. Saya tidak terima. Seperti ini nanti tetap saya cari. Saya pukuli anak itu atau saya bunuh)".

Setelah mengantar Rifki Raditia Pratama, Rio Filian Tono langsung kembali ke rumahnya.

Selanjutnya sekitar Pukul 20.27 WIB, Rio Filian Tono mengirim pesan melalui aplikasi WhatsApp kepada Rifki Raditia Pratama dengan mengatakan, “Biyasa e moleh jam piro (Biasanya pulang jam berapa)" dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui waktu pulang sekolah dari Samsul Arifin, Muhammad Alfan, dan Afif Muzaki Arif.

Kemudian dijawab oleh Rifki Raditia Pratama, “12.30”.

Kemudian dijawab oleh Rio Filian Tono, “Brakti ark en gedung lor (Berarti anak-anak berada di gedung Utara)" dengan maksud Rio Filian Tono memastikan bahwa mereka berada di gedung Utara.

Jemudian dijawab kembali oleh Rifki Raditia Pratama, “Ngeh plg”.

Rifki Raditia Pratama mengatakan kepada Rio Filian Tono, “Arek kls 3”, dan yang kemudian Rifki Raditia Pratama mengirim foto Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif.

Pukul 21.21 WIB, Rio Filian Tono menginformasikan kepada Rifki Raditia Pratama dengan mengatakan “Iyoo iki arek2 ws tak lompok no (Ini anak-anak sudah saya kumpulkan)".

Kemudian dijawab oleh Rifki Raditia Pratama, “Ngeh”.

Pada saat yang sama sekira pukul 21.20 WIB, pada saat Rio Filian menginformasikan bahwa dia sudah mengumpulkan teman-temannya. Rio Filian Tono saat itu sedang bersama dengan Hildan dan Aril.

Selanjutnya Rio Filian Tono duduk satu meja dengan Mochamad Pendik dan Taufik di warung kopi yang terletak di Dusun Kebon, Desa Kebondalem, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto.

Rio Filian Tono menyampaikan kepada Hildan, Aril, Mochamad Pendik, dan Taufik bahwa Rifki Raditia Pratama yang merupakan keponakannya dikeroyok oleh Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif. Rio Filian Tono mengajak untuk mendatangi Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif dengan mengatakan, “Dik, ponakanku lo di kroyok arek. Mene ikut a samperin anak yang ngroyok ponakanku ? (Dik, keponakanku dikeroyok temannya. Besok ikut ya menghampiri anak yang mengeroyok keponakanku?)".

Hildan, Aril, Mochamad Pendik dan Taufik tidak merespon ajakan dari Rio Filian Tono. Rio Filian Tono mengajak Aril untuk mendatangi Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif ke sekolahnya. Akan tetapi oleh Aril ajakan tersebut ditolak karena Aril sedang ada pelajaran bengkel.

Di waktu yang sama sekira pukul 21.23 WIB, Rifki Raditia Pratama yang mengetahui bahwa Rio Filian Tono telah mengumpulkan teman-teman Rio Filian Tono, karena khawatir Rio Filian Tono akan membunuh Samsul Arifin, Muhammad Alfan, dan Afif Muzaki Arif, selanjutnya Rifki Raditia Pratama mengirim pesan melalui Whatsapp meminta agar Rio Filian Tono tidak membunuh Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif, dengan berkata “Ojk dipateni Lek sak no (Jangan dibunuh, kasihan)".

Rio Filian Tono hanya menjawab bahwa besok, yakni Sabtu, 3 Mei 2025, Rio Filian Tono akan datang menemui Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif untuk membalas dendam atas perbuatan Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif kepada Rifki Raditia Pratama dengan mengirim pesan kepada Rifki Raditia Pratama, “Ak mne nek bdal jam 11 nek gak jam 10 (Aku besok berangkat jam 11 kalau tidak jam 10)”, serta Rio Filian Tono meminta kepada Rifki Raditia Pratama untuk merahasiakan rencananya tersebut kepada siapapun termasuk kepada orang tua Rifki Raditia Pratama.

Pada Sabtu, 3 Mei 2025 sekitar pukul 10.00 WIB, Rio Filian Tono dengan perasaan sakit hati dan ingin membalas dendam kepada Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif, berangkat dari rumahnya langsung menuju ke sekolah SMK Raden Rahmat beralamat di Jl. Hasanudin No.79, Mojosari, Awang-Awang, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, dengan menggunakan sepeda motor Honda Vario warna hitam dengan tujuan untuk mencari Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif.

Setelah tiba di lokasi SMK Raden Rahmat, Rio Filian Tono tidak berhasil menemukan Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif, dikarenakan belum waktu pulang sekolah. Terdakwa Rio Filian Tono kembali menghubungi Rifki Raditia Pratama untuk menanyakan dan meminta foto kembali dari Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif, dengan cara berkomunikasi sekitar pukul 10.28 WIB melalui aplikasi WhatsApp yang dikatakan oleh Rio Filian Tono kepada Rifki Raditia Pratama, “Ngge, Ak kirimono foto e seeng arek Ngoro mbek arek Mbangsal (Ya, Aku kirimkan fotonya anak Ngoro dan Anak Bangsal".

Kemudian dibalas oleh Rifki Raditia Pratama mengirim 1 foto, yang pada foto tersebut menandai Muhammad Alfan menggunakan lingkaran merah. Kemudian pada pukul 10.34 WIB, Rifki Raditia Pratama mengirim 1 foto kembali, yang pada foto tersebut menandai Samsul Arifin dan Afif Muzaki Arif.

Rio Filian Tono menuju ke rumah Muhammad Teguh Firmansyah untuk menanyakan informasi dan memperlihakan foto Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif.

Karena Muhammad Teguh Firmansyah mengenal dan mengetahuinya, Rio Filian Tono mengajak Muhammad Teguh Firmansyah untuk bersama-sama menuju ke sekolah SMK Raden Rahmat menggunakan sepeda motor yang berbeda.

Sekitar pukul 12.30 WIB, Rio Filian Tono bersama dengan Muhammad Teguh Firmansyah tiba di SMK Raden Rahmat. Selanjutnya Rio Filian Tono menyuruh Muhammad Teguh Firmansyah untuk mencari keberadaan Samsul Arifin, Muhammad Alfan dan Afif Muzaki Arif.

Muhammad Teguh Firmansyah masuk ke dalam SMK Raden Rahmat dan bertemu dengan Samsul Arifin, Muhammad Alfan. Muhammad Teguh Firmansyah mengajak mereka untuk bertemu dengan Rio Filian Tono di gedung sebelah Utara.

Setelah bertemu dengan Rio Filian Tono, dengan nada keras Muhammad Teguh Firmansyah mengucap, “Iki Mas arek e mas (Ini mas anaknya)".

Samsul Arifin mengucap kepada Rio Filian Tono sambil menunjuk ke arah Muhammad Alfan, “Iki mas arek melok-melok mas”.

Dengan nada keras, Rio Filian Tono mengucap, “Ayo dijelasno nang omahe mbakku ae (Ayo dijelaskan di rumahnya kakakku saja)” dan “Ayo wes melok Aku karo2 ne (Ayo ikut saya kalian berdua)".

Rio Filian Tono memaksa agar Samsul Arifin dan Muhammad Alfan ikut bersama Rio Filian Tono dengan cara berboncengan 3 menggunakan sepeda motor Honda Vario warna hitam milik Rio Filian Tono, sementara Muhammad Teguh Firmansyah pulang ke rumahnya.

Sekitar pukul 12.45 WIB, Rio Filian Tono bersama Samsul Arifin dan Muhammad Alfan tiba di rumah Khoiril yang beralamat di Desa Kedungmungal, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto.

Sesampainya di rumah tersebut terdapat Khoiril, dan Rini Cahyani yang berada dalam rumah. Sesampainya di depan rumah Khoiril, kemudian Rio Filian Tono, Samsul Arifin dan Muhammad Alfan turun dari motor tersebut. Samsul Arifin dan Muhammad Alfan tetap berada dekat dengan sepeda motor milik Rio Filian Tono.

Rio Filian Tono sambil berjalan memasuki rumah dengan emosi dan nada keras mengucapkan, “Ndi iki pedange iki (Di mana pedangnya ini)".

Mendengar ucapan keras dari Rio Filian Tono tersebut, Samsul Arifin dan Muhammad Alfan yang sedang berada di dekat sepeda motor milik Rio Filian Tono tekejut, merasa takut, dan terancam, sehingga secara spontan Samsul Arifin dan Muhammad Alfan berlari dengan penuh ketakutan menuju ke arah Utara.

Mengetahui Samsul Arifin dan Muhammad Alfan berlari, Rio Filian Tono bersama Khoiril mengejar Samsul Arifin dan Muhammad Alfan sampai mendekati Sungai Brantas. Pada saat berlari, Samsul Arifin dan Muhammad Alfan berpencar: Samsul Arifin berlari menuju ke arah Barat mendekati Sungai Brantas, sedangkan Muhammad Alfan ke arah Timur mendekati Sungai Brantas.

Pada saat melakukan pengejaran, Rio Filian Tono bersama dengan Khoiril melihat ada seseorang yang menggunakan seragam sekolah di dekat kebun jagung dengan jarak pandang kurang lebih 50 meter. Setelah didekati oleh Khoirul dan Rio Filian Tono, saat itu hanya menemukan sepasang sepatu dan tas sekolah milik Muhammad Alfan yang selanjutnya sepasang sepatu dan tas tersebut dibawa ke rumah Khoiril.

Pada Senin, 5 Mei 2025, sekitar pukul 17.00 WIB bertempat di Sungai Brantas masuk Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo, Achmad Atem menemukan sesosok mayat yang diketahui dengan kondisi tubuh yang telah membusuk, mengalami pembengkakan, serta rambut yang sebagian besar telah rontok. Kemudian Achmad Atem segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak Kepolisian Sektor (Polsek) Prambon dan yang telah dilakukan penyelidikan dan di indentifikasi merupakan mayat Muhammad Alfan.

Sebab kematian Muhammad Alfan disebabkan oleh masuknya air pada saluran nafas utama mengakibatkan tersumbatnya saluran nafas utama sehingga mati lemas.

Perbuatan Terdakwa Rio Filian Tono sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHP Jo Pasal 53 ayat (1) KUHP, Pasal 338 KUHP Jo Pasal 53 ayat (1) KUHP, dan Pasal 359 KUHP. (*)