India Bersiap Menghadapi Peningkatan Permintaan Pupuk
India memasuki inti musim Rabi dengan intensitas yang melebihi ekspektasi, memberikan tekanan baru pada rantai pasokan pupuk negara tersebut. Data awal musim menunjukkan bahwa permintaan urea dan diamonium fosfat (DAP) telah melonjak tajam, dengan penjualan pada minggu pertama bulan November 2025 meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Akselerasi ini, ditambah dengan persediaan urea yang sudah ketat, menandakan periode yang menantang bagi para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan industri.
Bulan November dan Desember secara tradisional menyumbang hampir setengah dari total penyerapan urea dan DAP musim ini. Tahun 2025 ini, stok awal mencerminkan gambaran yang beragam: ketersediaan urea sebesar 5,05 juta ton jauh di bawah level tahun lalu sebesar 6,82 juta ton, sementara DAP dan pupuk kompleks menunjukkan posisi yang relatif lebih kuat.
Mengingat permintaan bulan November saja diproyeksikan mencapai 4,35 juta ton untuk urea dan 1,72 juta ton untuk DAP, tekanan dari sisi pasokan kemungkinan besar akan terjadi kecuali jika pengisian melalui produksi dalam negeri dan impor tetap konsisten dan tepat waktu.
Namun, kekhawatiran mendasar ini melampaui tingkat stok. Para pakar sektor pertanian menunjukkan adanya kesenjangan koordinasi yang terus-menerus antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Pupuk.
Selama musim kharif, keterlambatan pertukaran informasi berkontribusi pada inefisiensi distribusi, meskipun pasokan agregat mencukupi. Lonjakan saat ini — didorong oleh realisasi harga gandum yang lebih baik tahun lalu, percepatan panen padi, dan perubahan pola tanam yang signifikan — membutuhkan pendekatan yang lebih tersinkronisasi dan berwawasan ke depan.
Data menggarisbawahi besarnya pergeseran ini. Total luas tanam telah meningkat sebesar 27 persen dari tahun ke tahun, mencapai lebih dari 13 juta hektar per 10 November. Luas lahan gandum, khususnya, telah meningkat tajam menjadi 2,27 juta hektar, lebih dari dua kali lipat luas yang tercatat selama periode yang sama tahun lalu. Perkembangan ini memerlukan pemantauan waktu nyata dan penilaian permintaan prediktif untuk memastikan alokasi pupuk sesuai dengan kebutuhan regional.
Pemerintah telah mengintensifkan pengawasan regulasi, melakukan lebih dari 317.000 inspeksi sejak April untuk melindungi rantai pasokan dan mengekang pengalihan atau malpraktik. Meskipun langkah-langkah ini memperkuat disiplin operasional, beberapa minggu mendatang akan menentukan apakah pelaksanaan logistik dan koordinasi antarkementerian dapat mengimbangi dinamika pasar yang terus berkembang.
Memastikan ketersediaan pupuk tanpa gangguan selama periode krusial ini membutuhkan kombinasi prakiraan permintaan yang akurat, komunikasi yang efisien antar instansi, dan manajemen distribusi yang gesit. Seiring petani memasuki puncak masa tanam, kapasitas sistem untuk merespons secara efektif akan menjadi kunci untuk mempertahankan produktivitas pertanian dan mendukung musim Rabi yang sukses. (*)
Editor : S. Anwar