Pangsa Rusia dalam Ekspor Pupuk Nitrogen ke Amerika Serikat Naik
Rusia, yang hingga baru-baru ini tetap menjadi satu-satunya eksportir utama pupuk nitrogen ke Amerika Serikat, yang tidak terpengaruh oleh kenaikan tarif Amerika Serikat, telah meningkatkan pangsa pasarnya di pasar Amerika Serikat menjadi 35%.
Namun, pelonggaran pembatasan oleh Gedung Putih dapat meningkatkan persaingan dengan Aljazair dan Nigeria, di antara negara-negara pengekspor lainnya.
Pada Januari-Agustus 2025, Rusia menjadi pemasok urea terbesar ke Amerika Serikat, meningkatkan ekspornya sebesar 31�ri tahun ke tahun menjadi lebih dari 1,5 juta metrik ton, menurut data dari PBC Index. Pada periode tersebut, impor Amerika Serikat secara keseluruhan hanya tumbuh sebesar 3%. Akibatnya, pangsa Rusia dalam impor urea Amerika Serikat mencapai 35%, diikuti oleh pesaing terdekatnya, Qatar, dengan 19%, dan Aljazair dengan 10%.
Pusat Penelitian Sentral menjelaskan, hasil tersebut dengan fakta bahwa Rusia tidak dikenai peningkatan bea impor sebesar 15–30% yang diberlakukan Amerika Serikat pada bulan April 2025 terhadap eksportir pupuk nitrogen utama.
Selain itu, produsen Rusia harus mencari pasar baru untuk produk yang sebelumnya dipasok ke Eropa (sekitar 15�ri total ekspor), dan dalam konteks ini Amerika Serikat muncul sebagai salah satu tujuan penjualan yang menjanjikan.
“Pada tahun 2025, Eropa, yang secara bertahap menutup pasarnya bagi produsen Rusia, menghadapi defisit impor yang besar,” kata Aleksandra Petrova, seorang ahli di PBC Index, kepada Kommersant.
Menurut PBC Index, sebelum memberlakukan tarif tambahan pada pupuk Rusia pada 1 Juli 2025, Uni Eropa meningkatkan impor pada bulan Juni sebesar 26% menjadi 275.000 metrik ton, dan volume tersebut turun di bawah 50.000 metrik ton pada bulan-bulan berikutnya.
Menurut Petrova, ke depannya, volume pasokan urea Rusia yang hilang akan digantikan dengan pasokan dari Afrika Utara dan Timur Tengah, sementara produsen dalam negeri tidak akan mampu memenuhi kebutuhan ini karena biaya produksi yang tinggi.
“Biaya produksi urea Uni Eropa tiga kali lebih tinggi daripada Rusia,” jelasnya. (*)
Editor : S. Anwar