Nihayatul Wafiroh Kembali Melenggang ke DPR RI di Pileg 2024

Reporter : -
Nihayatul Wafiroh Kembali Melenggang ke DPR RI di Pileg 2024
Nihayatul Wafiroh akrab dipanggil Ninik
advertorial

Nihayatul Wafiroh akrab dipanggil Ninik, dipastikan lolos menjadi anggota DPR RI di pemilihan legislatif (Pileg) 2024. Dia lolos setelah perolehan suaranya dinyatakan terpenuhi sebagai syarat lolos ke DPR RI.

Dalam Pileg yang digelar pada Rabu, 14 Februari 2024, Nihayatul Wafiroh memperoleh suara 122.829 suara di daerah pemilihan (Dapil) Jawa Timur 3. Rinciannya dari Kabupaten Banyuwangi sebanyak 85.149 suara, Kabupaten Bondowoso sebanyak 24.479 suara, dan Kabupaten Situbondo sebanyak 13.204 suara.

Baca Juga: Keliru Mengetuk Palu Bebas Ronald Tannur

Atas perolehan suara tersebut, Nihayatul Wafiroh berterima kasih kepada segenap relawan dan tim sukses (timses) maupun mesin partainya di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

“Dengan segenap kerendahan hati, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga, tim Nihayah Center, tim Nduk Nik Militans, tim Koncone Nduk Nik, seluruh relawan dan masyarakat Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo, atas partisipasi untuk memilih PKB dan memberi kepercayaan kepada saya kembali pada Pemilu 2024. Alhamdulillah secara berturut-turut pada pemilu 2014-2019-2024, PKB menjadi pemenang pemilu di Dapil Jawa Timur III untuk DPR RI dan Nduk Nik mendapat suara tertinggi di Dapil Jatim III. Dan PKB kembali bisa mengirimkan dua kursi untuk DPR RI. Saya dan Bapak Nasim Khan akan kembali ke senayan,” kata wanita yang dipanggil Nduk Nik ini.

Dia merasa bangga masih ada ratusan ribu masyarakat yang memiliki nurani dengan tidak memilih politik transaksional. Dia yang sejak awal memilih jalur politik tanpa money politik tentu sangat hormat setinggi-tingginya dengan kepercayaan masyarakat.

“Dengan melihat hasil pileg kali ini, masih tersisa harapan untuk demokrasi yang bersih di Indonesia. Mari terus bergandeng tangan dengan saya, untuk mewujudkan politik yang bersih, politik yang demokratis, politik yang menjunjung tinggi etika. Saya pribadi memberikan apresiasi setinggi-tinggi untuk tim yang sudah siang malam menjaga suara, mulai dari tingkat TPS, pleno kecamatan hingga pleno di kabupaten. Tentu tidak ada yang bisa saya sampaikan selain ucapan terimakasih atas seluruh perjuangan panjenengan semua. Semoga lelah panjenengan semua menjadi amal ibadah. Amin,” katanya.

Nihayatul Wafiroh saat ini merupakan Anggota DPR RI periode 2019 – 2024 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur 3. Jabatan sebagai anggota DPR RI diembannya selama beberapa periode. Mulai sebagai Anggota Komisi IX DPR RI (2014 – 2018), Wakil Ketua Komisi II DPR RI (2018 – 2019), dan Anggota Tim Pengawasan TKI DPR RI (2019-sekarang).

Nihayatul Wafiroh, lahir di Banyuwangi pada tanggal 15 Desember 1979. Dia adalah aktivis, dosen, dan ulama perempuan. Ning Niek atau Mbak Ninik—demikian ia akrab disapa—adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Selain vokal dalam menyuarakan kesetaraan perempuan di ruang legislatif, Ning Niek juga berjuang menghidupkan majelis taklim di sektor akar rumput. Figur energik yang sudah melahirkan 3 buah hati ini tercatat sebagai dosen Institut Agama Islam Darussalam, dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU), Wakil Ketua Komisi IX DPR RI (2019-2022), Anggota Tim Pengawasan TKI DPR RI (2019-sekarang), dan Anggota Pemindahan Ibu Kota DPR RI (2015-sekarang).

Baca Juga: Keliru Mengetuk Palu Bebas Ronald Tannur

Sebelumnya, Ning Niek pernah berkiprah di DPR RI sebagai Wakil Ketua Komisi II (2018-2019), Anggota Komisi IX DPR RI (2014-2018), Anggota Badan Legislasi DPR RI (2016-2018), Anggota BKSAP DPR RI (2014-2016),  Wakil Sekretaris KPPRI DPR RI (2014-2019), GOPAC DPR RI (2015), Green Economic Caucus DPR RI (2015), Consultant Final Women View Report Search For Common Ground (SFCG) pada September-Oktober 2012, Temporary Program Officer in SILE/LLD Canadian International Development Agency (CIDA) pada tahun 2012-2013, Program Manager  pada Association for Community Empowerment (ACE) pada tahun 2011-2012, Program Executive  pada Globethics.net (2010-2011), Teaching Assistant di University of Hawaii sebagai Manoa (2008), dan pengajar Pondok Pesantren Darussalam (2004-2010).

Nihayatul tumbuh dalam tradisi pesantren yang kuat. Ia tumbuh dalam lingkungan pesantren terbesar di Kota Banyuwangi, Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung.

Hidup dengan penuh pelayanan, itulah yang ia rasakan. Namun hal ini tidak serta merta membuatnya menjadi sosok yang menggantungkan orang lain. Bahkan ketika dewasa, ia mulai keluar dari zona nyaman karena menempuh pendidikan di luar negeri. Adaptasi, adalah satu kata yang ia jadikan sebagai upaya untuk mampu bertahan dalam perjuangan sebagai musafir ilmu.

Dia mengenyam pendidikan di SD  Darussalam (Blokagung) dan melanjutkan pendidikan di MTs Al-Amiriyah (Blokagung). Setelah menamatkan pendidikan MTs dengan gemilang, ia melanjutkan pendidikan di MA Al-Amiriyah, Blokagung.

Pasca dinyatakan lulus dari MA, perempuan yang memiliki minat belajar akademik ini dinikahkan dengan lelaki pilihan keluarga. Demi bakti kepada kedua orang tua, Nihayatul yang masih belia ikhlas menerima perjodohan dengan syarat. Syarat yang ia ajukan adalah ia harus diberi ijin untuk melanjutkan pengembaraan ilmiah. Syarat ini pun disetujui oleh pihak keluarga.

Baca Juga: Hasil Suara M Rizaldi Saputra Unggul Sementara Diantara Para Caleg di Dapil 4 Gresik

Dengan demikian, Nihayatul merupakan cucu perempuan pertama yang menempuh pendidikan tinggi. Antara merasa bimbang dan bungah, perempuan dengan gaya bicara lugas ini pun melanjutkan studi S1 di IAIN, Sunan Kalijaga Yogyakarta pada jurusan tafsir hadis.

Perjalanan pengembaraan di dunia akademik meluaskan cakrawala dan menjernihkan pikiran. Hingga ketika perkawinan goncang, ia memutuskan untuk menyelesaikan pernikahan. Beruntung, kedua orang tua memberikan dukungan dan memahami keputusannya. 

Titik ini adalah titik tolak pemikiran kritis Nihayatul dalam hal kesetaraan dan keadilan gender. Berkaca pada medan pengalamannya sebagai seorang perempuan, ia mulai tertarik terhadap isu-isu yang berkaitan dengan perjuangan keseteraan dan keadilan hakiki.

Meski separuh sayapnya terluka, ia tetap melanjutkan perjalanan dengan tabah dan gigih. Selepas menyelesaikan pendidikan di IAIN Sunan Kalijaga (sekarang UIN Sunan Kalijaga), Nihayatul melanjutkan pendidikan S2 di  Universitas of Hawai, Moana pada fokus kajian Amerika Asian Studies. Bahkan, Nihayatul juga melanjutkan studi S3 di ICRS UGM Yogyakarta. Disertasinya yang berjudul, “Women’s Agency in Arranged Marriages Within The Context of Pesantrean” mengantarkannya meraih gelar doktor. (nang)

Editor : Ahmadi