Ku Klux Klan, Kelamnya Sejarah Rasialisme di Amerika Serikat

Reporter : -
Ku Klux Klan, Kelamnya Sejarah Rasialisme di Amerika Serikat
Ku Klux Klan
advertorial

Awal Mula Pembentukan Ku Klux Klan (KKK) lahir dari kekacauan sosial yang muncul setelah Perang Saudara Amerika (1861-1865), ketika wilayah selatan Amerika Serikat hancur akibat kekalahan Konfederasi.

Pada tahun 1865, sekelompok mantan tentara Konfederasi di Pulaski, Tennessee, membentuk sebuah organisasi rahasia yang awalnya berfungsi sebagai kelompok sosial eksklusif. Namun, tak lama kemudian, Ku Klux Klan berkembang menjadi organisasi teror yang bertujuan mempertahankan dominasi kulit putih di Amerika Serikat.

Saat itu, era Rekonstruksi tengah berlangsung, di mana pemerintahan federal berusaha membangun kembali negara bagian Selatan serta memberi hak-hak politik dan sosial kepada warga Afrika-Amerika yang baru saja dibebaskan dari perbudakan.

Bagi banyak warga kulit putih di Selatan, langkah ini dilihat sebagai ancaman terhadap tatanan sosial yang mereka kenal. Ku Klux Klan kemudian muncul sebagai respons penuh kebencian terhadap upaya pemberian hak-hak sipil kepada warga kulit hitam.

Ideologi dan Tindakan Kekerasan Ku Klux Klan percaya pada superioritas ras kulit putih dan dengan tegas menolak kesetaraan hak bagi orang Afrika-Amerika. Mereka menggunakan kekerasan sebagai alat utama untuk menakut-nakuti, mengintimidasi, dan menekan populasi kulit hitam serta para pendukung Rekonstruksi di Selatan.

Kekerasan yang dilakukan oleh Klan berupa penyiksaan, pembunuhan, dan penggantungan, dengan tujuan untuk menciptakan ketakutan yang lebih luas.

 

 

 

Taktik-taktik brutal mereka termasuk penyerangan di malam hari dengan mengenakan jubah putih dan tudung, yang menutupi identitas mereka serta memperkuat citra mereka sebagai kelompok yang menakutkan. Klan juga membakar gereja-gereja, sekolah-sekolah, dan properti yang dimiliki oleh warga kulit hitam.

Pada puncak kekuasaannya di akhir 1860-an, Ku Klux Klan memainkan peran penting dalam merusak upaya Rekonstruksi di Selatan. Meski pemerintahan federal pada akhirnya memberlakukan Undang-Undang Ku Klux Klan pada 1871 yang melarang aktivitas Klan dan memungkinkan tindakan keras terhadap kelompok tersebut, kekerasan rasial tetap berlanjut di wilayah Selatan dalam bentuk yang berbeda.

Tahun 1915 dan Film "The Birth of a Nation" Setelah sempat tenggelam pada akhir abad ke-19, Klan kembali bangkit pada 1915, dipicu oleh dua peristiwa penting, pertama, penayangan film "The Birth of a Nation" karya D.W. Griffith, yang menggambarkan Klan sebagai pahlawan yang melindungi Selatan dari "ancaman" orang kulit hitam. yang Kedua, adanya kebangkitan nasionalisme kulit putih yang disertai ketakutan terhadap gelombang imigran, terutama dari Eropa Timur dan Yahudi.

Pada Kemunculannya yang kedua ini, Klan memperluas target mereka tidak hanya terhadap orang kulit hitam, tetapi juga imigran Katolik, Yahudi, dan orang asing lainnya. Dengan menggunakan simbol-simbol seperti salib terbakar, Ku Klux Klan mengklaim diri mereka sebagai pembela nilai-nilai Amerika yang "asli." Keanggotaan Klan melonjak hingga mencapai lebih dari 4 juta anggota pada pertengahan 1920-an.

Meski mereka melakukan aksi-aksi kekerasan yang serupa dengan tindakan di abad ke-19, Klan juga mulai terlibat dalam politik, baik di tingkat lokal maupun nasional. Di beberapa wilayah, seperti Indiana, Klan bahkan memiliki pengaruh yang kuat dalam pemerintahan negara bagian.

Kebangkitan yang Ketiga Pada 1950-an hingga 1960-an, Klan kembali muncul sebagai reaksi terhadap gerakan Hak Sipil yang bertujuan mengakhiri segregasi dan diskriminasi rasial di Amerika Serikat. Klan melakukan berbagai bentuk kekerasan untuk menentang integrasi sekolah, hak pilih bagi warga kulit hitam, dan berbagai kebijakan pro-kesetaraan lainnya. Insiden-insiden tragis seperti pemboman gereja di Birmingham, Alabama pada 1963, yang menewaskan empat gadis kulit hitam, menjadi simbol dari kebrutalan Klan selama periode ini. Namun, seiring waktu, gerakan Hak Sipil berhasil mengalahkan segregasi legal, dan kekuatan Klan mulai memudar.

Meski jumlah anggota mereka terus menurun, Ku Klux Klan tetap ada hingga saat ini dalam berbagai bentuk kelompok kecil yang tersebar di Amerika Serikat. Mereka masih menggunakan retorika supremasi kulit putih, kebencian terhadap ras dan agama tertentu, meskipun aktivitas mereka kini lebih terkendali oleh penegak hukum dan pengawasan sosial.

Referensi : Encyclopaedia Britannica

– Ku Klux Klan Southern Poverty Law Center

– Ku Klux Klan History Channel

– The Rise and Fall of the Ku Klux Klan

Editor : Bambang Harianto