Insiden Mematikan Beruang Sankebetsu (1915)

Reporter : -
Insiden Mematikan Beruang Sankebetsu (1915)
Insiden Sankebetsu
advertorial

Teror seekor beruang cokelat yang terbangun dari hibernasinya dengan kondisi kelaparan, mulai berkeliaran mencari makan dan menyerang penduduk desa. (Kasus serangan hewan paling mematikan dalam sejarah Jepang).

Insiden Sankebetsu adalah serangkaian serangan beruang yang terjadi pada 9-15 Desember 1915, di sebuah desa terpencil bernama Sankebetsu Rokusensawa, Hokkaido, Jepang. Selama enam hari berturut-turut, seekor beruang cokelat Ezo jantan menyerang pemukiman dan menewaskan 7 orang.

Pada akhir abad ke-19 hingga Perang Dunia II, Kekaisaran Jepang saat itu menjalankan kebijakan imigrasi dan pembangunan untuk mengembangkan Hokkaido, yang memiliki banyak daerah yang belum berkembang. Dalam proses tersebut, habitat hewan dan tempat tinggal manusia saling tumpang tindih.

Sebelum insiden, pada November 1915, seekor beruang coklat Ezo terlihat di kediaman Keluarga Ikeda sebanyak 2x. Demi keselamatan, mereka menembaknya. Beruang yang terluka itu pun berlari ke arah Gunung. Mereka pikir beruang itu tidak akan kembali, namun perkiraan mereka salah.

Pada 9 Desember 1915, pukul 10 pagi, beruang Ezo itu muncul kembali di kediaman keluarga Ota, lalu merangsek masuk. Abe Mayu (istri) dan Mikio (anak) berada di rumah tersebut. Mikio digigit di bagian kepala dan tewas seketika, sementara Mayu sempat melawan dengan melempar kayu bakar ke arah beruang itu dan mencoba kabur. Namun sayang, beruang itu berhasil mengejar, kemudian menyerang Mayu dengan brutal dan menyeret tubuhnya ke dalam hutan. Menurut saksi, pemandangan di rumah tersebut menyerupai rumah jagal, darah menggenang dimana-mana.

Setelah penyerangan di kediaman keluarga Ota, dibentuklah tim regu pencari sebanyak 30 orang untuk menemukan jasad Mayu dan menangkap sang beruang. Di dalam hutan mereka berhasil bertemu beruang itu, mereka pun menembakinya namun hanya 1 peluru yang mengenainya.

Penduduk desa pun menyadari jika beruang itu akan kembali. Mereka mulai mencari tempat perlindungan ke kediaman Yasutaro. Namun ketika mendengar rumor bahwa beruang terlihat muncul di kediaman Ota lagi, beberapa pria berangkat untuk bergabung dalam perburuan dan hanya tersisa satu dari mereka untuk melindungi para wanita dan anak-anak yang berada di dalam rumah. Dan naas, ketika istri Yasutaro, Yayo, sedang memimpin para wanita untuk menyiapkan makanan, tiba-tiba tanpa peringatan beruang itu menerobos jendela, memasuki rumah, dan mengamuk.

Yayo berusaha melarikan diri tapi kakinya dijegal oleh anaknya yang ketakutan. Beruang itu pun hampir membunuh Yayo jika saja perhatiannya tidak dialihkan oleh satu-satunya pria yang berjaga Mereka berhasil melarikan diri dan bersembunyi dari amukan beruang meskipun luka parah.

Namun amukannya tidak berhenti sampai situ, beruang itu berhasil membunuh dua anak laki-laki dan terakhir, menyerang seorang wanita hamil sebelum akhirnya membunuh dan mencaplok kepalanya. Para saksi mengatakan wanita itu sempat memohon agar tidak menyentuh perutnya.

Yayo yang terluka parah berhasil keluar dari rumah dan mencari bantuan, beruntung di jalan dia berpapasan dengan para penjaga yang baru saja kembali. Ketika mereka kembali, suara amukan beruang dan teriakan orang-orang terus terdengar di dalam rumah Yasutaro yang gelap itu.

Rencana awal mereka ingin langsung membakar rumah tersebut, namun dibatalkan. Para penjaga pun membagi 2 kelompok, 10 orang dengan senjata ditempatkan di pintu depan, sementara sisanya berputar-putar di belakang rumah. Disana, mereka mulai berteriak dan menggertak beruang agar pergi ke pintu depan. Rencana itu berhasil, tapi lagi-lagi mereka menembak tidak tepat sasaran dan beruang berhasil kabur

Keesokan harinya, sekelompok pria berkumpul sekali lagi untuk mencoba membunuh sang beruang. Kali ini menyertakan 6 penembak jitu yang dikirim oleh polisi di kota terdekat Hoboro. Mereka memutuskan menggunakan mayat para korban untuk memancing beruang itu keluar (meskipun sempat ada protes dari keluarga Ota dan Yasutaro).

Pada 14 Desember 1915, penembak jitu sekaligus pemburu beruang berpengalaman berhasil melacak jejaknya dan menemukan beruang itu tengah beristirahat di bawah pohon ek Jepang. Pemburu itu langsung menembak beruang itu dengan tembakan yang akurat, satu di jantung dan satu di kepalanya, dari jarak 20 yard. Sang beruang pun akhirnya mati.

Setelah insiden mengerikan itu, penduduk desa Rokusen-sawa kebanyakan mulai percaya jika sang beruang itu sebenernya adalah seorang iblis. Sebagian besar penduduk pun memutuskan pergi dan dengan cepat desa itu menjadi desa mati hingga tahun 1946. (*)

Editor : Bambang Harianto