Kisah Kuntjung Bersama Bintang Surabaya

Reporter : -
Kisah Kuntjung Bersama Bintang Surabaya
Kwik Tjin Pang

"Kuntjung", namanya yang sebenarnya Kwik Tjin Pang, tinggal di Solo. Kuntjung tidak pernah sekolah. Pada umur 12 tahun, ayahnya meninggal dunia, membuat dia mengambil keputusan keluar rumah dan bekerja di toko Liem Boen Kiat dengan gaji 1 sen sehari.

Setelah bekerja selama 5 tahun, gajinya naik menjadi 5 sen sehari. Di waktu senggang, ia belajar membaca dan menulis dengan bantuan temannya.

Karena ingin maju, Kuntjung pindah kerja pada toko lain yang lebih besar milik Sie Sik Hok yang berdagang batik, jamu, dan lain-lain. Belakangan ia dijadikan penjual keliling, dibelikan sepeda dan disuruh menjual malam (lilin) untuk membatik.

Keluarga Sie menyayangi Kuntjung terutama putra mereka Siauw Tjing yang seringkali mentraktir makanan.

Kuntjung berkenalan dengan pemain kroncong di belakang toko yang membuatnya tertarik dan belajar bermain gitar dan lagu-lagu kroncong. Akhirnya, pagi hari bekerja di toko dan malam hari ikut rombongan kroncong. Akibatnya ia sering mengantuk dalam bekerja dan Tuan Sie menjadi marah.

Kuntjung mengambil keputusan untuk berhenti bekerja dan menjadi pemain musik dengan penghasilan yang tidak pasti. Akhirnya Bintang Kuntjung menjadi terang, 2 kenalannya Ong Siong Tjoen dan Tjio King Sian pemilik pabrik rokok "Marikangen" mengajak Kuntjung membentuk orkes kroncong dengan nama "Kwik".

advertorial

Diwaktu senggang jika orkesnya tidak main, Kuntjung turut serta dalam rombongan keroncong Mata Roda (Suprapti) yang sering tampil di berbagai tempat. Disitulah Kuntjung mulai belajar melawak.

Kuntjung pandai menarik perhatian dengan lelucon-leluconnya dan kejenakaannya. Pada masa Jepang, Fred Young yang tengah membentuk sandiwara "Bintang Surabaya" melihat Kuntjung melawak di Yogyakarta dan tertarik hati dengan leluconnya. Kuntjung diajak bergabung "Bintang Surabaya". (*)

*) Sumber : Majalah Star Weekly nomor 645, 10 Mei 1958.

Editor : Zainuddin Qodir