Tentang Abah Guru Sekumpul

Reporter : -
Tentang Abah Guru Sekumpul
Abah Guru Sekumpul

Abah Guru Sekumpul adalah tokoh ulama terkenal yang berasal dari Kalimantan Selatan (Kalsel). Nama aslinya adalah Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari. Beliau lahir pada tahun 1942 dan wafat pada tahun 2005.

Semasa hidupnya, Abah Guru Sekumpul aktif dalam mendakwahkan agama Islam di Kalimantan. Beliau turut mengajarkan berbagai ilmu keislaman dari kitab-kitab kuning karya para ulama kepada jemaahnya. Di sisi lain, kegiatan pengajian lain juga dilaksanakan. Pengajian yang Abah Guru Sekumpul gelar senantiasa dipadati banyak orang. Jemaahnya bahkan datang dari berbagai kalangan dan wilayah.

Baca Juga: Fakta Menarik di Acara Haul Akbar Tuan Guru Abah Sekumpul

Abah Guru Sekumpul lahir pada tanggal 11 Februari 1942 di Desa Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Pada awalnya, nama beliau adalah Qusyairi. Setelah beranjak usia, beliau meminta agar namanya diganti menjadi Muhammad Zaini.

Semasa kecil, kehidupan Abah Guru Sekumpul terbilang sederhana. Ayah beliau, Abdul Ghani, berprofesi sebagai tukang gosok intan dengan penghasilan yang pas-pasan. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya saja terkadang kurang mampu.

Pernah pada suatu waktu, keluarga Abah Guru Sekumpul hanya menyantap sebungkus nasi yang dibagi menjadi empat porsi dan sayur gedebok pisang.

Keluarga Abah Guru Sekumpul juga hanya tinggal di rumah tua tanpa kamar dan atap yang berlubang. Kehidupan masa kecil Abah Guru Sekumpul yang demikian membuat beliau memiliki jiwa yang tegar.

Masa muda beliau diisi dengan perjalanan mencari ilmunya dengan berguru kepada sejumlah ulama terkemuka. Hingga pada usia 33 tahun, Abah Guru Sekumpul menikah dengan Juwairiyah binti H. Sulaiman. Pernikahan beliau dengan Juwairiyah tidak dikaruniai keturunan.

Kemudian beliau menikah lagi dengan Noor Laila binti KH. Abdul Muin Kandangan dan dianugerahi 2 anak laki-laki. Saat wafat pada 10 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul meninggalkan 3 orang istri dan 2 orang anak

advertorial

Perjalanan dakwah Abah Guru Sekumpul dimulai saat dirinya menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Setelah 5 tahun mengajar, beliau mengajukan pengunduran diri. Kemudian, Abah Guru Sekumpul mulai mensyiarkan Islam lebih luas kepada khalayak umum dengan membuka pengajian di rumah beliau.

Pada awalnya, pengajian kitab-kitab digelar hanya sebagai pelajaran penunjang bagi para santri Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Pengajian beliau pun semakin berkembang dan jemaah yang hadir bukan hanya para santri tapi juga masyarakat umum. Abah Guru Sekumpul juga mensyiarkan kitab Simthud Durar karangan Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi. Pengajian kitab maulid ini dibarengi pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan kasidah berisi pujian bagi Nabi Muhammad SAW.

Pengajian yang diadakan Abah Guru Sekumpul semakin besar dengan jemaah yang berasal dari berbagai kalangan. Bahkan jemaahnya juga datang dari wilayah luar Martapura, seperti Banjarmasin, Rantau, Hulu Sungai, serta Kotabaru.

Padatnya jemaah yang menghadiri pengajian sampai membuat beliau memindahkan kediamannya ke wilayah Sungai Kacang. Di rumahnya itu juga menjadi lokasi pusat pengajian Abah Guru Sekumpul yang mampu menampung ribuan jemaah. Dalam keadaan sakit sebelum wafat, Abah Guru Sekumpul bahkan tetap berdakwah dengan menggelar pengajian melalui rekaman layar video dari dalam kamar beliau. (*)

*) Source : Yusuf Ikrom

Editor : Zainuddin Qodir