Kisah Pak Pono, Difabel Puluhan Tahun Merawat Ibunya Sendiri

Reporter : -
Kisah Pak Pono, Difabel Puluhan Tahun Merawat Ibunya Sendiri
Pak Pono

“Sampai sekarang saya ngerasa dosa pernah nyeret ibu. Dulu ibu pernah sakit sampai gak bisa bangun. Sedangkan saya gak bisa gendong ibu ke kamar mandi buat buang air, wudhu atau mandi. Alhasil ibu saya baringkan di sarung terus sarungnya saya tarik pelan-pelan…” - Pak Pono (51 tahun).

Diusia yang sudah menginjak kepala lima, Pak Pono masih tinggal bersama ibunya dan belum berkeluarga. Ibunya saat ini sudah berumur 70 tahun, dan sudah lama tidak bisa bekerja. Sedangkan ayah Pak Pono sudah meninggal dunia…

Pak Pono tak bisa berdiam diri meski punya keterbatasan. Puluhan tahun ia jadi tulang punggung untuk ibunya, sudah banyak sekali usaha yang ia coba. Namun, semuanya belum bisa memberikan hasil yang diharapkan.

Sejak usianya baru 7 tahun Pak Pono sudah tak bisa berjalan seperti anak-anak seumurannya. Beliau mengidap polio, kakinya mengecil seiring waktu. Sampai pada akhirnya Pak Pono benar-benar tak bisa menggunakan kedua kakinya untuk melangkah.

“Dulu sempet malu sama kondisi saya karena ngeliat anak-anak lain udah bisa lari, saya justru harus belajar jalan lagi pake tangan. Waktu kecil karena tangan saya belum kuat saya cuma bisa ngesot. Dan saya jadi bahan ledekan karena itu..” lirih Pak Pono.

Tak lama setelah Pak Pono divonis difabel seumur hidup beliau juga berhenti sekolah. Akibatnya saat dewasa tak banyak pekerjaan yang bisa Pak Pono lakukan. Kini beliau hanya bisa menggantungkan hidupnya dan sang ibu dari hasil sol sepatu yang tak tentu.

advertorial

Pak Pono bisa keliling sejauh hampir 10 km di daerah Pringsewu, Lampung. Musim hujan seperti sekarang, meski keliling dari pagi sampai sore hasilnya paling banyak hanya Rp20.000.

“Mungkin karena udah ada internet orang jadi bisa belajar sendiri. Tinggal beli lem semuanya pasti bisa perbaiki sepatunya sendiri. Belum lagi sekarang banyak sepatu murah. Jadi, jasa sol sepatu gak semenjanjikan dulu,” ucap Pak Pono.

Dalam hati kecilnya Pak Pono ingin sekali membuka usaha lain yang lebih menjanjikan. Namun jangankan untuk modal buka usaha. Kadang Pak Pono harus memilih antara beli beras atau obat ibunya yang mulai gampang sakit. (*)

Editor : Zainuddin Qodir