Tips Memakai Ban agar Laju Mobil Stabil

Kecelakaan lalu lintas tragis terjadi di Tol Cipularang, tepatnya di Km 80.400 wilayah Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, pada Rabu, 22 Januari 2025. Insiden ini melibatkan sebuah minibus hitam berpelat nomor D 1013 VBC dan sebuah truk Fuso.
Kronologi kecelakaan berdasarkan informasi, kecelakaan terjadi di jalur arah Bandung. Minibus tersebut melaju di lajur dua, sementara truk Fuso berpelat nomor Z 9109 KA berada di lajur satu. Saat kejadian, minibus tergencet di antara tembok pembatas tol dan truk, menyebabkan kerusakan parah pada kendaraan.
Menurut informasi yang beredar, kecelakaan di tol Cipularang terjadi karena pecah ban. Membahas tentang ban, Tukang Mobil Mobilan dengan akun X @MasMasBiassaa mengulasnya. Muoai dari kembangan, cara perawatan, jenis-jenis ban, dan lain-lain.
Paling simple membahas masa berlaku dan speed rating. Nah, selain ada masa berlakunya, ternyata di ban itu ada speed ratingnya, ditandai dengan huruf dan angka pada dinding ban. Dan memang benar, speed ratenya lebih tinggi dan jarang bisa sampai limit kalau dibawa jalan
Ketika ban sudah melebihi expired date tapi masih bisa dipakai, saya selalu ngelimit dan potong speed ratenya jadi 50% dari rating. Semisal ini, W itu max 270, karena ban yang saya pakai misal produksi tahun 2017, maka saya reduce 50% dari 270, jadi max speed saya harus 135 demi keamanan. Untuk biar tidak kepanjangan, saya bahas dibawah.
Jenis-jenis kembangan (pattern) ban
Membahas tentang pattern ban, patut kita akui bahwasanya masih banyak orang yang acuh dengan pemilihan pattern yang sesuai dengan kebutuhan. Kondisi cuaca dan kondisi jalanan, tapi kebanyakan beli ban cuma karena mengejar keren atau harganya miring aja.Padahal pemilihan pattern ban itu sangat penting untuk kenyamanan dan keamanan ketika berkendara.
Pattern ban yang paling banyak, umumnya terbagi jadi 3 pattern, yaitu simetrikal, asimetris dan directional (detilnya ada digambar).
Pattern ban
Pemilihan pola ban yang tepat sangat penting untuk menunjang performa kendaraan dan keselamatan berkendara karena sejatinya pola ban dirancang sesuai kebutuhan. Seperti ban dengan pola simetris yang cocok untuk penggunaan harian di jalan raya, ban asimetris memiliki daya cengkeram lebih baik di tikungan dan ideal untuk kendaraan performa tinggi, serta ban dengan pola directional cocok untuk cuaca basah karena dapat mencegah aquaplaning.
Nah, di jalan Indonesia yang mulus itu sebaiknya pakai ban jenis apa?
Jenis ban
Untuk kondisi jalan dan cuaca di Indonesia, kalau saya sendiri sih lebih prefer ke ban All-Season. Selain karena bisa untuk segala musim, tapi juga biar tidak ribet aja dan tidak harus gonta-ganti ban dan spooring balancing tiap ganti musim.
Tapi jika ada yang mungkin agak kurang cocok dengan ban all-season, berikut beberapa jenis ban yang bisa direkomendasikan :
• Ban All-Season (All-Weather)
Ban jenis ini dirancang untuk kondisi cuaca panas dan hujan, sangat cocok dengan iklim tropis Indonesia. Polanya biasanya kombinasi directional atau asimetris untuk mencegah aquaplaning saat hujan dan memberikan performa optimal saat kering.
• Ban Radial
Ban radial populer untuk penggunaan di jalan tol karena menawarkan kenyamanan berkendara, daya cengkeram yang baik, dan umur pakai lebih lama.
• Ban Comfort atau Touring
Cocok untuk kendaraan keluarga, jenis ban ini dirancang untuk perjalanan jauh di jalan tol dengan fokus pada kenyamanan dan tingkat kebisingan rendah.
Yang terpenting, pastikan ban yang dipilih itu sudah sesuai dengan spesifikasi kendaraan, termasuk ukuran, load index, dan speed rating. Selain itu, pilih merek terpercaya yang memiliki sertifikasi SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk menjamin kualitas dan keamanannya.
Oke, sekarang membahas apasih pengaruh lebar tapak ban pada kualitas berkendara?

1. Tapak Ban (Lebar vs Kecil)
• Tapak Lebar
Kelebihan: Daya cengkeram lebih baik, terutama saat menikung atau di jalan kering. Stabilitas lebih tinggi pada kecepatan tinggi.
Kekurangan: Boros bahan bakar karena hambatan gulir lebih besar, dan kurang efektif di jalan basah atau berlumpur karena risiko aquaplaning lebih tinggi.
Cocok buat Jalan tol, kendaraan sporty, atau performa tinggi.
• Tapak Kecil
Kelebihan: Efisien dalam konsumsi bahan bakar, manuver lebih mudah di jalan sempit, dan lebih baik untuk melintasi genangan air karena tekanan lebih terpusat.
Kekurangan: Stabilitas berkurang pada kecepatan tinggi dan daya cengkeram lebih rendah di jalan kering.
Cocok Untuk: Penggunaan harian di perkotaan dengan kecepatan moderat.
2. Dinding Ban (Tebal vs Tipis)
• Dinding Tebal
Kelebihan: Menyerap guncangan lebih baik, memberikan kenyamanan lebih di jalan rusak atau berbatu, dan tahan terhadap benturan.
Kekurangan: Respons handling lebih lambat, kurang cocok untuk kendaraan sporty.
Cocok Untuk: Jalan berbatu, kendaraan off-road, atau penggunaan di daerah dengan banyak jalan rusak.
• Dinding Tipis
Kelebihan: Memberikan respons handling lebih tajam dan stabil pada kecepatan tinggi. Tampilan lebih sporty dan aerodinamis.
Kekurangan: Rentan terhadap kerusakan akibat benturan dan kurang nyaman di jalan bergelombang.
Cocok Untuk: Kendaraan sporty atau penggunaan di jalan mulus seperti jalan tol.
Kesimpulannya Pemilihan tapak dan dinding ban sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi jalan. Untuk Indonesia, kombinasi tapak sedang dengan dinding agak tebal biasanya menjadi pilihan terbaik untuk keseimbangan kenyamanan, efisiensi, dan performa. (*)
Editor : Zainuddin Qodir