Pelajaran dari Runtuhnya Kedai Abuya

Reporter : -
Pelajaran dari Runtuhnya Kedai Abuya
Okta Wirawan

Kedai Abuya. Dari 26 cabang hingga akhirnya tumbang. Ini pelajaran berharga untuk semua pebisnis.

Dulu kami memulai dari sebuah kontainer kecil, dengan 3 menu utama: Nasi Kebuli, Martabak, dan Roti Canai. Perlahan, Kedai Abuya berkembang. dari satu kontainer menjadi 26 cabang di berbagai kota.

Baca Juga: 25 Tahun Perjuangan Okta Membangun Bisnis, Gagal, dan Pernah Hutang untuk Bayar Gaji

Misi kami: Sebar berkah, jual makanan enak dengan harga terjangkau untuk semua. Tapi kami lupa sesuatu.

Kesalahan #1 – Margin Terlalu Tipis

"Jual murah itu berkah, tapi tanpa margin yang cukup, bisnis jadi rentan!"

Kami jual makanan seharga Rp 10.000 dengan nasi + teh. Margin kecil = Susah mensejahterakan karyawan. Margin kecil = Minim dana untuk promosi. Margin kecil = Tidak cukup untuk bertahan saat badai datang.

Pelajaran: Bisnis harus untung, bukan sekadar bertahan. Kalau kamu mau berbagi, berbagi dari profit, bukan dari modal!"

Kesalahan #2 – Menu Terlalu Banyak = Positioning Lemah

"Kami ingin melayani semua orang... Akhirnya, kami tidak kuat di mana pun."

Dari 3 menu, berkembang jadi 40 menu! (Ayam geprek, burger, dimsum, dan lain-lain).

Terlalu banyak pilihan = pelanggan bingung! Orang yang ingin kebuli mencari brand kebuli. Orang yang ingin ayam geprek mencari brand ayam geprek.

Kami tidak masuk di benak siapa pun. Kami bukan kebuli terbaik, bukan ayam geprek terbaik, bukan burger terbaik...

Pelajaran: Fokus! Brand kuat bukan yang jualan semua, tapi yang paling dikenal di satu kategori!

Kesalahan #3 – Operasional Berat Menu banyak? Masalah juga banyak!"

Setiap menu butuh bahan baku berbeda. Koki harus bisa masak banyak jenis makanan sekaligus. Lama persiapan = pelanggan menunggu lama. Semakin rumit operasional, semakin besar potensi gagal.

Pelajaran: Bisnis yang besar butuh sistem yang simpel. Kalau operasional ribet, bisnis akan tumbang saat menghadapi tantangan!

Pandemi Menguji Semuanya

Saat pandemi, kami harus pindah dari offline ke online. Tapi ada masalah besar. Di online, orang cari menu spesifik. "Nasi kebuli" = mereka cari brand kebuli. "Ayam geprek" = mereka cari brand geprek."

Kedai Abuya? Tidak jelas di mana posisinya. Pelanggan bingung, pesanan makin sedikit. Cabang mulai tutup satu per satu.

Pelajaran: Digital itu soal positioning. Kalau nama brand tidak jelas, kamu akan tenggelam di lautan kompetitor!

26 Cabang Merontok, Satu Per Satu

Kami melihat impian kami runtuh di depan mata. Satu per satu cabang tutup. Karyawan kehilangan pekerjaan. Bisnis yang kami bangun dengan keringat dan air mata... tidak bisa diselamatkan.

Tapi kegagalan bukan akhir. Itu guru terbaik.

Pelajaran besar dari kegagalan kami agar kalian tidak melakukan kesalahan yang sama, ingat 3 hal ini

1. Jangan jualan terlalu murah kalau itu membuat bisnis tidak sehat.

2. Jangan punya terlalu banyak menu sampai positioning bisnis jadi lemah.

3. Jangan buat operasional terlalu rumit, karena itu akan menjatuhkanmu saat ada badai.

Bisnis harus untung. Fokus. Dan punya sistem yang rapi. (*)

*) Source : Okta Wirawan (Founder & CEO at PT ABINDO)

Editor : Zainuddin Qodir