Rahasia Bisnis Utsman Bin Affan yang Sangat Relevan di Era Modern

Strategi bisnis Utsman bin Affan yang beliau praktekkan sejak Abad ke -7 ternyata bisa dijadikan rujukan kekinian karena prinsip-prinsipnya relevan, bahkan untuk era startup dan digital economy sekarang.
Yuk kita analisa satu per satu dan lihat korelasinya dengan ilmu bisnis modern:
1. Terjun Langsung, Tidak Asal Instruksi Validasi Modern
Ini sesuai dengan prinsip Servant Leadership dan Founder’s Mentality. Contoh nyata: Elon Musk tidur di pabrik Tesla saat krisis produksi. Banyak founder hebat yang hands-on, bukan hanya duduk ngatur.
Insight:
Pemimpin yang paham medan akan lebih cepat ambil keputusan tepat, karena langsung melihat realita, bukan asumsi.
2. Keuntungan Kecil Tetap Dikejar dan Dihargai Validasi Modern
Ini prinsip yang mirip dengan Kaizen (perbaikan kecil berkelanjutan) dalam bisnis Jepang, dan juga Lean Startup. Tidak harus untung besar dulu baru jalan. Jalan dulu, kecil dulu, tapi stabil.
Insight:
Skalabilitas yang sehat itu dimulai dari margin kecil yang terus diperbaiki. Bahkan Amazon di awal hampir tanpa profit bertahun-tahun, tapi growth-nya terjaga.
3. Keuntungan Bukan untuk Disimpan, Tapi Digerakkan Validasi Modern
Ini prinsip Reinvesting Profit yang dilakukan oleh Warren Buffett. Utsman bin Affan seperti investor visioner yang tahu: “Money that sleeps is money that dies.”
Insight:
Alih-alih menimbun kekayaan, ia memilih mengakselerasi pertumbuhan melalui diversifikasi dan ekspansi.

4. Kualitas Bukan Pilihan, Tapi Standar Wajib Validasi Modern
Sama seperti prinsip Total Quality Management (TQM) dan brand modern seperti Apple yang menjadikan kualitas sebagai identitas. Trust = repeat customer.
Insight:
Brand awet itu bukan yang viral, tapi yang dipercaya. Dan kualitas adalah fondasinya.
5. Bisnis Bukan Sekadar Untung, Tapi Dampak Validasi Modern
Ini adalah core dari Social Entrepreneurship dan ESG (Environmental, Social, Governance). Bisnis modern makin digerakkan oleh nilai dan kebermanfaatan, bukan cuma profit semata.
Insight
Utsman paham bahwa harta terbaik adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Nilai ini menciptakan legacy, bukan hanya kekayaan sesaat.
Kesimpulan Umum:
Utsman bin Affan menjalankan “sustainable business” jauh sebelum istilah itu lahir. Kalau dia bisa melakukan itu di abad ke-7, dengan infrastruktur minim dan tanpa artificial inteligence (AI), maka kita di abad ke-21 kehilangan alasan untuk tidak meniru model ini. (*)
*) Source : Saiful Islam (Inbound Marketing Practitioner and Business Ecosystem Builde)
Editor : Zainuddin Qodir