Kisah Bayi yang Nyaris Meninggal, Lalu Keajaiban Itu Datang

Reporter : -
Kisah Bayi yang Nyaris Meninggal, Lalu Keajaiban Itu Datang
Jieun dan suami serta anaknya

Sebulan setelah lahir, nyawa seorang bayi berada di ujung tanduk setelah tiba-tiba mengalami perdarahan otak. Dokter bahkan berkata pada orangtua si bayi, “Sebaiknya Anda mengikhlaskannya…” Namun, ibu dari bayi tersebut menolak menyerah.

Setiap hari, sang ibu setiap hari selalu mengobrol dengan sang bayi, menyebutnya sebagai keajaiban. Ia juga kerap menggenggam tangan sang bayi. Saat bayi tersebut berusia 100 hari, sang ibu melaksanakan perayaan (Kor: , baegiljanchi. Lit: Perayaan 100 hari). Sang ibu pun mengunggah foto perayaan 100 hari sang anak hingga netizen berbondong-bondong memberikan dukungan.

Sebelumnya, Jieun telah lama mengunjungi berbagai rumah sakit terkemuka, memohon agar mereka dapat menyelamatkan anaknya, Sol, yang mengalami pendarahan otak di usianya 27 hari. Namun, tanggapan mereka serupa.

“Ilmu kedokteran modern pun takkan bisa menyelamatkan Sol.”

Harapannya pupus sudah. Dalam keadaan putus asa, Jieun bahkan tak berani untuk berdoa. Namun, ia pun tersadar bahwa keajaiban Tuhan pasti datang.

“Tuhan pasti akan menunjukkan keajaibannya lewat Sol.”

Saat itulah, keajaiban benar-benar terjadi.

Sol lahir pada 29 Oktober 2024. Jieun dan sang suami, Yoon Seokhyun (34 tahun) telah menjalin hubungan selama 5 tahun sebelum memutuskan untuk menikah. Di tahun ketiga pernikahan mereka, pasangan tersebut dikaruniai seorang anak. Namun, 27 hari setelah Sol dilahirkan, ia dilarikan ke IGD karena muntah dan kejang-kejang. Saat itulah, dokter berkata bahwa Sol mengalami perdarahan otak. Dokter mengatakan, paling lama, Sol hanya akan bertahan 1-2 minggu sebelum meninggal karena mati otak.

Saat ini, Sol dirawat di ruangan ICU Seoul National University Bundang Hospital. Orangtua hanya diperbolehkan menemani pada 3 hari pertama saja. Hati kedua orangtua Sol remuk saat menyadari bahwa mereka bahkan tak bisa membelikan satu setel pakaian baru untuk Sol. Saat mengantarkan Sol ke rumah sakit, mereka membawa pakaian-pakaian dan boneka-boneka milik Sol.

Jieun bercerita, “Kami meletakkan tangan kami di tangan dan kaki Sol yang terbaring seperti boneka. Kami bisikkan padanya, ‘Sol, Ayah dan Ibu mencintaimu. Tuhan menyertaimu’.”

Pada hari keempat Sol dirawat, kedua orangtuanya tak lagi diizinkan menemani. Hal ini juga karena kondisi Sol telah mulai stabil. Meski begitu, para tenaga medis menyebut bahwa Sol mengalami “perdarahan intraserebral non-traumatik, perdarahan intraventrikular stadium 4, dan dugaan kematian otak akibat infark serebral.”

Sol tidak bisa bernapas sendiri, tidak merespons terhadap rangsangan, dan tidak ada aktivitas listrik pada otak. Secara hukum, bayi yang baru lahir tidak dapat dinyatakan mati otak, tetapi itulah yang terjadi pada Sol.

Para dokter berkata, “Sol mengalami kondisi vegetatif, dan ini tentu akan sulit baginya. Akan lebih baik bagi orangtua Sol untuk tidak memeluknya—lebih baik mereka tidak menyayangi Sol sebegitu dalam agar tak hancur saat Sol harus pergi.”

Namun, di hari ketujuh Sol dirawat, keajaiban terjadi. Lubang hidung Sol bergerak sedikit-sedikit. Pupil dan bibirnya juga mulai merespons pada rangsangan. Sol akhirnya membuka mata. Perlahan, Sol mulai bisa menggerakk an tangan dan kaki. Kateter dicabut dari tubuhnya. Bahkan, mesin-mesin yang terhubung dengan tubuh Sol pun perlahan dicabut satu-satu. Pelan tapi pasti, tubuh Sol kembali berfungsi sebagaimana mestinya.

Tim medis tetap berkeras bahwa tak ada harapan bagi Sol. Namun, Sol menunjukkan bahwa keajaiban itu ada. Sol, yang semula didiagnosa mengalami kelumpuhan, peralahan mulai bisa menggerakkan anggota tubuhnya.

Ibunya berkata, “Keajaiban ini bukanlah sesuatu yang mengubah hidup Sol secara drastis. Sebaliknya, keajaiban ini terjadi dalam hal-hal kecil, setiap hari. Saya yakin, ada campur tangan Tuhan di sini. Tuhan selalu bersama kami.”

Doa yang dipanjatkan sang ibu untuk Sol: “Di tengah keputusasaan, aku kembali pada Tuhan. Dalam keputusasaan, Tuhan menunjukkan keajaibannya lewat dirimu. Kedua tanganmu mulai bergerak, gelombang otakmu terdeteksi, bahkan kamu sudah bisa berekspresi. Empat bulan telah berlalu, dan setiap harinya, kamu menunjukkan perubahan-perubahan kecil. Saat itulah, aku berpikir, sebaiknya kita tidak mengkhawatirkan masa depan yang belum terjadi. Lebih baik aku mencintai hari-hari yang dianugerahkan pada kita. Aku percaya pada keajaiban—keajaiban yang ditunjukkan Tuhan lewat Sol. Sol, anakku, hari ini juga Ibu akan berdoa untukmu. Semoga hari-harimu dipenuhi kedamaian.”

Terakhir, Jieun berkata bahwa ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada orangtua yang menghadapi cobaan yang sama dengan dirinya.

“Jangan terlalu khawatir dengan masa depan anak Anda. Fokus saja pada anugerah yang diterima keluarga Anda hari ini, maka Anda akan menemukan alasan untuk bersyukur dan berbahagia. Saat Anda fokus pada kebahagiaan tersebut, perlahan kekhawatiran Anda akan sirna. Saya percaya bahwa anak saya, makhluk mungil ini, yang telah berjuang keras melawan sakitnya, ada dalam penjagaan Tuhan.” (*)

*) Source : Bintang (X: @tang__kira)

Editor : Zainuddin Qodir