Sejarah memberikan banyak pelajaran kepada kita semua. Ribuan tahun Sejarah manusia di masa lampau dipelajari untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Sebab itulah, jika kita abai terhadap Sejarah maka akan ada kemungkinan bahwa pola Sejarah yang sama akan terulang kembali.
Rezim Reich Ketiga yang juga dikenal sebagai rezim Nazi di Jerman merupakan salah satu rezim paling berdarah dalam Sejarah manusia. Tak tanggung-tanggung, puluhan juta nyawa manusia harus melayang akibat pembantaian, perang, kelaparan, wabah, dan sebab lainnya.
Baca juga: Kecaman Keras Jamaah Muslimin Terhadap Tentara Israel di Atas Mushaf Al Quran
Adolf Hitler lahir pada 20 April 1889 di dalam keluarga yang cenderung tidak harmonis. Masa kecil dijalani olehnya dengan aksi-aksi nakal yang tidak terpuji. Meski demikian, jauh di dalam sanubarinya, ia bercita-cita menjadi seorang seniman. Di masa mudanya, ia merantau ke Wina, ibukota Austria-Hungaria pada waktu itu. Menjalani kehidupan dengan uang yang sangat sedikit, ia pun terpaksa menjadi gelandangan dan menggantungkan hidupnya pada orang-orang yang mau membeli lukisannya. Gagal dan gagal lagi, apa yang ia cari, tangis pedih tersimpan dalam hati ia rasakan ketika ditolak oleh Akademie der bildenden Künste Wien atau Akademi Seni Rupa Murni Wina.
Namun beberapa tahun kemudian, Perang Dunia Pertama mengubah hidupnya. Terbakar dalam jilatan api nasionalisme, Adolf Hitler yang lahir di Austria merasa dirinya sebagai bagian dari bangsa Jerman yang digdaya.
Ia pun memutuskan menjadi tentara dan dikirim untuk bertempur di Prancis. Nyawanya hampir melayang di berbagai kesempatan, tetapi ia tetap selamat, yang akhirnya membuat ia merasa bahwa ada campur tangan ilahi yang mempersiapkannya menjadi sosok yang hebat.
Selepas perang, Hitler yang sakit hati akibat menerima kabar kekalahan Jerman yang memalukan membuat ia semakin semangat dalam dunia politik. Awalnya ia bekerja sebagai Verbindungsmann atau agen intel militer yang berusaha memata-matai sebuah partai buruh bernama Deutsche Arbeiterpartei atau Partai Buruh Jerman. Ternyata partai ini membuat Hitler terpesona akan paham anti kapitalis, anti Yahudi, dan anti komunis mereka.
Dengan kemampuan pidatonya, Hitler membuat para anggota partai tersebut akhirnya menerima dirinya, bahkan membuat ia muncul sebagai sosok penting di partai tersebut.
Kemampuan politiknya yang lihai membuat ia akhirnya menjadi pemimpin partai tersebut dan mengganti namanya menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei atau Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman yang lebih dikenal sebagai Nazi.
Baca juga: Kecaman Keras Jamaah Muslimin Terhadap Tentara Israel di Atas Mushaf Al Quran
Hitler yang merasa bahwa Republik Weimar, pengganti Kekaisaran Jerman setelah Perang Dunia Pertama semakin melemah memutuskan untuk melakukan kudeta di München, negara bagian Bavaria untuk membangun basis Nazi yang nantinya akan dipakai untuk merongrong pemerintah pusat Jerman. Gerakan ini terinspirasi dari Benito Mussolini, pencetus paham fasisme di Italia.
Kudeta tersebut gagal dan Hitler pun dipenjara. Namun, sejatinya, penjara tersebut malah membuat Hitler memiliki waktu untuk membuat sebuah buku berjudul "Mein Kampf" atau "Perjuangan Saya" dan merenung bahwa lebih baik ia naik ke tampuk kekuasaan dengan cara yang lebih halus, yakni mengganti konstitusi negara Republik Weimar.
Gaya pidato Hitler, meningkatnya sentimen negatif terhadap kaum Yahudi, krisis ekonomi di masa itu, hingga inflasi besar-besaran di Jerman membuat Partai Nazi semakin populer.
Rakyat Jerman memohon untuk memiliki pemimpin yang kuat dan berwibawa, serta bisa mengembalikan militer Jerman digdaya seperti sediakala. Faktor itulah yang memuluskan Hitler ke tampuk kekuasaan.
Baca juga: Insiden Black September, 1972
Pada tahun 1933, Hitler naik menjadi Kanselir Jerman dan Reichstag atau Parlemen Jerman perlahan dikuasai oleh Partai Nasional Sosialis. Dengan dukungan militer dan parlemen yang berada di pihaknya, serta hakim-hakim yang bersimpati kepada dirinya, Hitler perlahan mengubah konstitusi negara yang akhirnya berujung pada kekuasaan absolut Hitler sebagai Führer atau pemimpin absolut Jerman.
Republik Weimar pun hilang digantikan oleh Jerman Nazi yang setiap perintah Hitler adalah absolut. Hitler adalah Jerman dan Jerman adalah Hitler. Selebihnya adalah Sejarah yang berdarah-darah, yang dampaknya masih bisa dirasakan hingga hari ini. (*)
*) Sumber : Neo Historia Indonesia
Editor : Ahmadi