Israel Membunuh Perdana Menteri Yaman

avatar Redaksi
  • URL berhasil dicopy
Ahmad Ghaleb al-Rahwi
Ahmad Ghaleb al-Rahwi
grosir-buah-surabaya

Mengapa saya perlu menyebut ‘Sunni’ di judul? Karena, terlalu banyak yang belum paham soal konstelasi politik Yaman. Bahkan seorang mantan diplomat Republik Indonesia (RI) pun baru-baru ini dalam sebuah diskusi, berkeras menyebut Pemerintah de facto Yaman saat ini adalah Houthi-Syiah.

Kesalahpahaman ini tentunya muncul karena semua media mainstream kompak menyatakan demikian; dan hanya sedikit yang benar-benar mau menelaah dengan teliti. Saya akan tuliskan dengan situasinya sesimpel mungkin supaya mudah dipahami.

Pada Kamis (28 Agustus 2025), Israel telah membunuh (dengan bom) Perdana Menter (PM) de facto Yaman, Ahmad Ghaleb al-Rahwi, bersama beberapa rekan Menterinya. Namun pengumuman resmi baru disampaikan pihak Yaman kemarin (30 Agustus 2025). PM al-Rahwi dan para Menteri dibunuh Israel saat mereka mengadakan lokakarya rutin untuk mengevaluasi kinerja setelah satu tahun bertugas.

PM al-Rahwi, adalah seorang Muslim Sunni Syafi'i dari Yaman Selatan, dan dia bukan anggota Houthi. Dari namanya pun (al-Rahwi), sudah ketahuan kalau dia bukan Houthi.

Houthi adalah nama klan, nama keluarga. Anggota keluarga ini, tentu saja namanya memakai nama Houthi, misalnya Abdul-Malik al-Houthi. Sejak 1990-an, keluarga Houthi melakukan perlawanan terhadap presiden Yaman terdahulu, Ali Abdullah Saleh.

FAKTA: klan Houthi menganut Syiah Zaidiyah, dan Ali Abdullah Saleh pun penganut Syiah Zaidiyah. Klan Houthi menolak infiltrasi AS di Yaman, sebaliknya, Saleh bersahabat dekat dengan AS. AS pada era Obama, memberi Saleh bantuan dana militer puluhan juta USD dengan kedok “menumpas terorisme” (yaitu, Al Qaida Yaman).

Saleh adalah seorang presiden yang korup dan menjalankan pemerintahan yang militeristik/tangan besi, sudah berkuasa 30 tahun. Korbannya bukan cuma keluarga Houthi, tapi warga Yaman lainnya, yang termiskinkan.

Seiring dengan gelombang aksi-aksi demo di negara-negara Arab tahun 2011-2012, di Yaman pun terjadi demo besar-besaran (tradisi orang Yaman sepertinya sudah sangat terbiasa untuk turun ke jalan; publik dunia semakin terbiasa melihat aksi demo sangat besar yang diadakan orang Yaman tiap Jumat selama 2 tahun terakhir).

Tuntutan warga Yaman pada saat itu: mundurnya Ali Abdullah Saleh.

Ingat fakta ini: Saleh seorang Syiah Zaidiyah; salah satu tokoh perlawanan terhadap Saleh adalah keluarga Houthi; tapi yang turun ke jalan berdemo besar-besaran adalah RAKYAT YAMAN, bukan hanya keluarga Houthi, bukan hanya warga Syiah.

Saudi, Amerika Serikat (AS) dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) kemudian berusaha menengahi situasi. Saleh mundur, digantikan presiden interim, Mansour Hadi, seorang Sunni Syafi’I, yang menjanjikan akan mengadakan pemilu dan perbaikan ekonomi.

Hasilnya: ekonomi semakin sulit karena Hadi memilih bekerja sama dengan International Monetary Fund (IMF) dan menjual asst-aset negara (privatisasi, liberalisasi ekonomi).

Pemilu? Tidak ada kabar. Rakyat berdemo lagi besar-besaran. Januari 2015, Hadi mundur dari jabatannya. Artinya, saat itu terjadi VACUUM OF POWER. Menurut kesaksian utusan khusus PBB untuk Yaman, Jamal Ben Omar, pada saat itu, faksi-faksi di Yaman (termasuk keluarga Houthi) sudah bersepakat akan bergabung untuk membentuk pemerintahan Bersama. Tapi apa yang terjadi?

Alih-alih membiarkan warga Yaman menyelesaikan urusan internal mereka sendiri, Amerika Serikat melakukan intervensi.

1. Mansour Hadi kabur ke Arab Saudi dan di sana, dengan dukungan AS, ia mendirikan “pemerintahan Yaman” (dan pemerintahan ini yang diakui oleh sebagian besar negara-negara PBB, termasuk Indonesia).

2. Pada malam 25 Maret 2015, Dubes Saudi untuk AS, Adel al-Jubeir mengumumkan dimulainya Operation Storm of Resolve (ʿĀṣifat al-Ḥazm), di Washington, D.C., setelah sebelumnya ia sowan ke Presiden Obama.

Malam itu juga Yaman dibombardir jet-jet tempur Saudi. Esoknya, Qatar, Maroko, Kuwait, UAE, Bahrain, Jordan, dan Sudan bergabung, mengirim jet-jet tempur membombardir Yaman.

Aksi pembantaian Saudi dkk kepada Yaman berlangsung 7 tahun 2015-2022. Selama masa itu, AS, Inggris, Israel, juga ikut mengebom Yaman. Militer Yaman melakukan serangan balasan ke kilang-kilang minyak Saudi, sehingga Saudi terpaksa mau gencatan senjata dan berhenti menyerang pada 2022.

Korbannya tentu saja, RAKYAT YAMAN (karena bom tidak punya mata, tidak bisa memilih, hanya warga Syiah, atau hanya keluarga Houthi saja yang dibunuh).

MENGAPA DUNIA cenderung DIAM? Karena, media serempak menyebarkan narasi: ini gara-gara “pemberontak Houthi - Syiah.” Dan buat kaum Muslim Sunni, sayangnya, karena korban dicitrakan sebagai "Syiah", mereka cenderung abai.

Padahal, PBB berkali-kali mengumumkan bahwa kondisi Yaman adalah salah satu krisis “kemanusiaan terburuk” di dunia. Serangan bom Saudi dkk selama 7 tahun menyebabkan 4,5 juta orang terpaksa jadi pengungsi dan lebih dari 17 juta orang mengalami kelaparan akut (total populasi: 40 juta). Tapi dalam kondisi berat itu, pemerintah de facto dan rakyat Yaman tetap MEMBELA PALESTINA.

Setelah rezim Zionis memulai genosida-nya di Gaza pada Oktober 2023, Angkatan Laut Yaman memblokade Laut Merah (tapi, yang dilarang lewat hanya kapal-kapal Israel atau yang menuju Israel; kapal-kapal lain bebas). Militer Yaman juga mengirimkan rudal ke Israel.

Tuntutan mereka: hentikan genosida di Gaza. Para pejuang Palestina di Gaza, berkali-kali membuat video menyatakan terima kasih kepada Yaman. Kejadian 28 Agustus 2025 lalu adalah harga yang mereka tanggung atas pembelaan mereka pada Palestina. Alasan Israel mengebom Yaman, tak lain, untuk menghentikan serangan Yaman ke Israel. Israel mengebom lokasi dimana PM Yaman dan para menteri sedang rapat.

Di antara yang gugur syahid:

Perdana Menteri: Ahmad Ghalib Al-Rahwi.

Menteri Luar Negeri: Jamal bin Amir

Menteri Listrik dan Energi: Ali Seif Muhammad.

Menteri Pemuda dan Olahraga : Muhammad al Muwalad

Menteri Kehakiman: Mujahid Ahmad Abdullah Ali.

Menteri Penerangan: Hashim Sharaf al-Din.

(ada beberapa menteri lain yang diberitakan juga gugur, ini nama-nama yang ada di foto).

PERHATIKAN: nama-nama ini tidak ada yang mereka, bukan “Houthi.”

ARTINYA: pemerintahan de facto Yaman adalah pemerintahan yang plural, berasal dari berbagai mazhab.

Faktanya, mayoritas warga Yaman memang Sunni Syafii (55–65%), sisanya Syiah (ada yang Zaydi, Imamiyah, Ismaili) sekitar 35–45%.

Presiden Yaman, Mehdi al-Meshat (perhatikan: bukan Houthi), telah membuat pernyataan yang ditujukan pada rezim Zionis Israel:

- Balas dendam kami tak terelakkan dan tak dapat ditunda.

- Hari-hari kelam menanti kalian.

- Ini akan menjadi hasil dari tindakan pengkhianatan dan keji pemerintah kalian. -Kalian tak akan mampu mematahkan tekad kami.

- Kami bersama Tuhan dan kami berdiri di jalan-Nya.

- Kami yakinkan kalian bahwa angkatan bersenjata kami berada di puncak kekuatannya.

- Apa yang dicapai musuh hanyalah sebuah kesempatan yang cepat berlalu.

Lalu, peran klan Houthi ada dimana? Tahun 1990-an, tokoh dari keluarga Houthi bernama Sayyid Hussein Badruddin at-Tabatabai al-Houthi (ia seorang guru), bersama saudara-saudaranya, Ibrahim, Abdul Khaleq, Abdul Malik, bangkit melawan ketidakadilan rezim Ali Abdullah Saleh.

(Ingat lagi: Saleh ini penganut Syiah Zaidiyah ya.)

Cara yang mereka tempuh:

EDUKASI, orasi, membentuk partai politik dan ikut pemilu. Namun gerakan ini dihadapi dengan represif, militer menyerang mereka; dan Sayyid Hussein beserta pengikutnya pun angkat senjata untuk melawan.

Demikian seterusnya, gerakan ini membesar; tapi Sayyid Hussein gugur dibunuh; digantikan oleh adiknya, Sayyid Badruddin Al Houthi. Dalam aksi-aksi demo massa (berbagai mazhab, bukan cuma klan Houthi) tahun 2011 dan seterusnya, Sayyid Abdul-Malik Badruldeen al-Houthi menjadi tokoh yang berperan penting.

Sejak tahun 2016 (setelah presiden interim Mansour Hadi mundur dan pergi ke Saudi) struktur pemerintahan Yaman seperti ini:

1. Dewan Politik Utama [Supreme Political Council -SPC] SPC dibentuk sejak tahun 2016, hasil kesepakatan antara faksi-faksi di Yaman (termasuk di antaranya Houthi).

SPC bertindak sebagai kepresidenan kolektif. Saat ini, Presiden Yaman dijabat oleh Mahdi al-Mashat (sejak 2018).

2. Pemerintahan Penyelamatan Nasional [Government of National Salvation -GNS], yang melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan. GNS dipimpin oleh Perdana Menteri, dibantu oleh menteri-menteri.

Pengangkatan Perdana Menteri (PM) dan kabinet dilakukan atas kesepakatan SPC dan persetujuan DPR Yaman. Karena masih dalam situasi perang dan krisis kemanusiaan akut (seperti diakui oleh PBB), DPR yang bertugas masih DPR yang lama; belum dilakukan pemilu.

Sebagaimana biasa terjadi di negara-negara lain, ada saja faksi yang terkuat/dominan dan ada tokoh yang menonjol dalam politik.

Di Yaman, faksi yang dominan adalah Ansharullah (ini bukan partai, tapi lebih ke gerakan/movement, yang berpengaruh dalam berbagai bidang, mulai dari pelayanan publik, hingga militer).

Anggota Ansharullah banyak yang Syiah Zaidiyah, ada juga yang Sunni. Pemimpin Ansharullah saat ini adalah Sayyid Abdul-Malik Badruddin al-Houthi.

PM Al Rahwi yang baru dibunuh Israel, bukan anggota Ansharullah, dan ia seorang Sunni Syafii. Dia diangkat karena kapabilitas, komitmen membela tanah air, dan dukungannya pada Palestina. Innalillaahi wa inna ilahi roojiuun. Turut berduka untuk seluruh martir Yaman pembela Palestina. Demikian. Semoga bermanfaat. (*)

*) Source : Dina Y. Sulaeman (Pengamat Timur Tengah, Analis Geopolitik, Dosen Hubungan Internasional).